Interest | Art & Culture

Hangatnya Persembahan Terakhir Sum 41 di Tanah Air

Senin, 04 Mar 2024 18:00 WIB
Hangatnya Persembahan Terakhir Sum 41 di Tanah Air
Foto: Istimewa
Jakarta -

Uptown Park yang bertempat dibalik megahnya Summarecon Mall Serpong menjadi saksi dari meriahnya persembahan musik terakhir Sum 41 di Tanah Air. Sekumpulan punk-rock-slash-pop-punk asal Ontario, Kanada ini menetapkan hat-trick kehadiran mereka di Indonesia sejak berkarier sejak 1996 dalam tur bertajuk "Tour Of The Setting Sum", sekaligus menjadi "jalan-jalan" terakhir mereka sebelum bubar.

Hujan yang membasahi daerah Gading Serpong seakan ingin menunjukkan bagaimana semesta menyambut Sum 41 untuk terakhir kalinya. Dibuka oleh unit melodic hardcore asal USA, Ignite, mereka sedikit memanaskan malam tersebut seraya menunggu penampil puncak yang terakhir kali datang ke Indonesia pada tahun 2012 silam.

Tanpa perlu berlama-lama, backdrop bertuliskan "SUM 41" yang didukung artwork seluruh album mereka membuat penonton riuh rendah. Mereka sadar bahwa beberapa menit lagi, Deryck Whibley cs bakal mengguncang pentas untuk merayakan apa yang sudah sepantasnya dirayakan: perjalanan Sum 41 yang menemani generasi demi generasi umat manusia di bumi pertiwi.

Konser Terakhir Sum 41 Sebelum Bubar

Autoplay speech yang mengingatkan kepada intro "Introduction to Destruction" dari All Killer, No Filler [2001] perlahan tapi pasti menaikkan excitement para penonton. "The Hell Song" dari Does This Look Infected? [2002] menjadi full track perdana Deryck, Dave Baksh, Cone McCaslin, Tom Thacker, dan Frank Zummo untuk malam yang panjang.

Circle pit mini tercipta di depan panggung, dibarengi wajah sumringah dari banyak penonton. Ada beban yang seperti diangkat dari pundak dan kepala mereka saat melihat Sum 41 di atas panggung. Tidak ada lagi alasan umur sudah melebihi kepala tiga atau masih capek selepas kerja pada pagi-sorenya. Malam ini waktunya semua berpesta untuk Sum 41.

Secara berturut-turut, Sum 41 memainkan hits dari lima album awal mereka. Sebut saja "Motivation" yang ditutup peliknya outro "88", "Over My Head (Better of Dead)" yang disambut loncatan setinggi-tingginya dari jiwa-jiwa menua di lapangan luas itu, sampai "No Reason" dari Chuck [2004] dengan nuansa metal cukup kuat berkat permainan gitar Dave "Brownsound" Baksh.

Sedikit menurunkan tempo, lagu baru "Out for Blood", single "Underclass Hero" yang lebih nge-pop, dan "Some Say" yang cocok untuk kontemplasi, menjadi musik selanjutnya. Deryck sempat speech tentang album Heaven :x: Hell yang akan jadi karya terakhir sebelum bubar. Pastinya banyak suara sumbang dari beberapa titik karena mereka tidak ingin melihat Sum 41 benar-benar bubar. Walaupun Deryck sebagai frontman sudah beberapa kali jatuh sakit-wajar saja karena badannya terlihat sangat kurus-ia memahami kekecewaan dalam speech tersebut.

Beruntung, ringkihnya badan Deryck tidak mengganggu showmanship-nya. "We're All to Blame", "Walking Disaster", "With Me", dan "Makes No Difference" dengan gimmick old-school drum set yang dimainkan Frank berhasil membuat penonton melupakan fakta pahit dari masa depan band ini. Ada sedikit penyesalan kenapa gimmick ini tidak membawa satu nama, yaitu Steve "Stevo32" Jocz, yang merupakan original drummer Sum 41. Padahal ini menjadi tur terakhir mereka. Namun absennya sosok legendaris itu dengan alasan yang tidak jelas-walaupun Frank merupakan drummer energik-sama sekali tidak bisa menutupi kurangnya aura dari balik set drum.

Medley "My Direction / No Brains / All Messed Up / All She's Got" kembali memanaskan penonton, termasuk drum solo Frank serta didukung beberapa cover lagu "We Will Rock You" hingga riff gitar "Seven Nation Army" yang ikonik. Sum 41 kembali ke jalur mereka dengan membawakan trio lagu paling ditunggu, yaitu "Pieces", "Fat Lip", dan "Still Waiting".

Pergulatan perasaan pun muncul akibat barisan lagu itu. Perasaan miris saat mengingat video klip "Pieces", vokal Stevo32 yang menghilang dari "Fat Lip", serta bahagianya mendengar "Still Waiting" yang jadi alasan kenapa banyak orang mulai ngulik Sum 41. Walaupun para penonton masih kuat untuk mendengar repertoar Sum 41, mereka berlima sempat silam dari atas panggung untuk menyiapkan encore dalam fase emosi berbeda.

Deryck membawa gitar akustik untuk memulai koor massal lewat "Best of Me" sebagai nomor slow rock album Underclass Hero [2007]. Kemudian ada nomor cepat nan bitter berjudul "Mr. Amsterdam" yang membuat kita meneriakkan lirik "This world's a sinking ship" sepenuh hati. Dan pastinya "In Too Deep" yang masih kuat disambut meriah para bocah tua, walaupun tanpa gimmick Brownsound keluar dari kolam saat sesi solo gitar.

Sepertinya para penonton sadar masih ada satu lagu lagi yang seharusnya dibawakan, karena kelima personil ini malah kembali ke belakang panggung. Penantian yang cukup lama membuat penonton sempat bubar, tapi untungnya tidak sampai membuat mereka melewatkan "So Long Goodbye" yang layak menjadi bentuk persembahan terakhir Sum 41. Kehangatan melepas kepergian Sum 41 diiringi lambaian tangan sampai jumpa pada waktu yang ditakdirkan, menunjukkan murninya rasa ikhlas.

27 lagu dengan dukungan beberapa medley dan cover benar-benar menandakan aneka warna musik Sum 41 di industri musik. Seakan tidak mau berpisah, masih banyak orang yang berfoto ria dengan backdrop atau menghabiskan sedikit uang jajan mereka dengan membeli merchandise tur ini. 30 menit setelah konser ini selesai, kelompok-kelompok kecil mulai berjalan ke luar venue dengan wajah puas. Walaupun harus berakhir, setidaknya ada kegembiraan yang diraih dan akan terus dikenang. Long live Sum 41!

(tim/tim)

Author

Timotius P

NEW RELEASE
CXO SPECIALS