Interest | Art & Culture

Sum 41 Bubar, Mari Melihat 5 Album Terbaik Mereka

Selasa, 09 May 2023 18:03 WIB
Sum 41 Bubar, Mari Melihat 5 Album Terbaik Mereka
Foto: Istimewa
Jakarta -

"Sum 41 bubar!" Sebuah kalimat yang keluar dari mulut saya setelah akun media sosial mereka mengumumkan kabar buruk ini. Dalam postingan tersebut, Sum 41 berkaca terhadap perjalanan mereka sejak 1996 alias 27 tahun hingga bisa mendapatkan para pendengar dari berbagai penjuru dunia. Tapi itu semua hanya jadi pemanis sebelum kalimat yang menyatakan Sum 41 akan segera bubar.

Bisa dibilang beruntung atau tidak, bubarnya Sum 41 tidak segera terjadi pada saat ini juga. Mereka akan terlebih dahulu merilis album terakhir Heaven x Hell dan menjalankan world tour-yang semoga memasukkan nama Indonesia sebagai salah satu negara yang dikunjungi. Tapi apapun yang mereka lakukan untuk menutup perjalanan band dari Kanada ini, tetap saja kabar ini membuat saya flashback ke masa-masa saat mendengarkan beberapa album mereka setiap hari pada masa SMP.

Sum 41 Bubar, Ini 5 Album Terbaik Mereka

Hampir semua album Sum 41 saya dengarkan, khususnya lima album pertama mereka: dari Half Hour of Power (2000), All Killer No Filler (2001), Does This Look Infected? (2002), Chuck (2004), dan Underclass Hero (2007). Walaupun sempat ada pergantian personil, penambahan personil, dan kembalinya personil lama, perjalanan Sum 41 yang berbarengan dengan masa saya menuju remaja hingga dewasa akhirnya membuat tulisan ini terjadi. Inilah lima album terbaik Sum 41 yang wajib kamu dengarkan sekarang juga!

1. Does This Look Infected? (2002)

Does This Look Infected? merupakan album Sum 41 pertama yang saya beli. Kepincut oleh lagu "Still Waiting" yang tiba-tiba sering diputar di salah satu stasiun TV pada masa itu membuat saya membeli album ini di sebuah toko musik di Lippo Karawaci.

Bermodalkan walkman warisan ibu yang menjadi teman saya dari hari ke hari, saya langsung memulai dengan "Hell Song" yang langsung menunjukkan betapa catchy-nya album ini, lalu dihajar "Over My Head" sebelum masuk ke "Still Waiting" yang memang paling saya suka saat itu. Satu album langsung saya lahap sambil berpikir kalau memang Sum 41 itu band yang paling tepat untuk saya berkat Deryck Whibley, Dave Brownsound, Cone, dan Stevo 32.

Lagu favorit: "Hell Song", "Over My Head", "Mr. Amsterdam", "Thanks for Nothing"

2. Chuck (2004)

Album Chuck sebenarnya yang paling terakhir saya beli dibandingkan tiga album pertama mereka. Tapi kesan pertama saya atas album ini memang jauh lebih "metal" dan paling dewasa dari sektor lirik. Distorsi gitar dari Dave Brownsound beneran menghajar kuping sejak lagu "No Reason" yang ditambah dengan lirik sarat politik dari lagu seperti "We're All To Blame", "Open Your Eyes", dan "There's No Solution".

Bagi yang belum tahu, nama album ini diambil dari salah satu relawan United Nations bernama Chuck yang menyelamatkan mereka saat sedang melakukan aksi charity sekaligus membuat film dokumenter tentang anak-anak yang terdampak perang saudara di Kongo. Band punk mana lagi yang berani turun langsung ke daerah konflik lalu dilanjutkan dengan album yang diambil langsung dari pengalaman mereka dikelilingi suara tembakan dari berbagai sisi?

Lagu favorit: "No Reason", "We're All To Blame", "Some Say", "Pieces", "I'm Not The One"

3. All Killer No Filler (2001)

All Killer No Filler bisa dibilang jadi album yang membuat nama Sum 41 lebih dikenal, khususnya karena single "Fat Lip". Dirilis pada tahun 2001, album ini jauh lebih dewasa dari album pertama mereka tapi tetap ugal-ugalan khas anak muda. Sudah tak terhitung berapa kali saya mengulang lagu "Fat Lip" hingga "In Too Deep" yang juga dijadikan single andalan.

Salah satu kreativitas Sum 41 terlihat dari cover album yang ikonik dengan proses pemotretan yang jadi ciri khas band pop punk sendiri: sembarangan dan seenaknya. All Killer No Filler memang termasuk album yang paling ikonik dengan single yang juga paling terkenal dari mereka.

Lagu favorit: "Handle This", "Heart Attack", "Fat Lip, "In Too Deep"

4. Underclass Hero (2007)

Underclass Hero menjadi album pertama mereka tanpa gitaris Dave Brownsound yang memutuskan untuk keluar-karena kabarnya ia ingin album selanjutnya setelah Chuck jauh lebih keras dengan nafas musik metal yang kuat. Walaupun tanpa sound gitar dari Dave, setiap lagu Underclass Hero masih bisa saya nikmati hingga saat ini.

Walaupun sempat tidak tahu kalau mereka merilis Underclass Hero karena keterbatasan informasi dan tidak ada internet di rumah, single pertama yang berjudul sama seperti album ini sudah langsung bisa saya nikmati ketika saya pasang setelah membelinya di toko musik di BSD Plaza. Untungnya ada lagu yang cukup hits sampai sekarang seperti "With Me" dan "Best of Me". Setidaknya, berkat lagu itu nama Sum 41 masih terdengar walau memang sudah semakin meredup.

Lagu favorit: "Speak of the Devil", "Best of Me", "Confusion and Frustration In Modern Times", "King of Contradiction"

5. Half Hour of Power (2000)

Melihat cover Half Hour of Power sudah menunjukkan ketidakdewasaan dari Sum 41. Wajar saja, album yang terkadang juga disebut sebagai EP dari mereka ini menjadi karya pertama yang dirilis. Lagu-lagu yang hadir juga cukup cuek dari segi komposisi. Semuanya terasa polos dan tanpa ada intensi berusaha menciptakan lagu-lagu di dalamnya dengan musikalitas yang tinggi.

Kepolosan Half Hour of Power bisa saya nikmati sambil melihat bagaimana musik Sum 41 terus bertumbuh dari album ke album. Dan album ini bisa dibilang menjadi fondasi mereka yang masih belum kokoh, tapi sudah terlihat kalau masa depan Sum 41 bakalan cerah pada kemudian hari.

Lagu favorit: "Makes No Difference", "Summer", "Machine Gun"

Ya sudah, kabar bubarnya Sum 41 memang cukup membuat saya sedih. Tapi setidaknya, mereka sudah memiliki barisan album yang akan terus saya dengarkan dan rayakan untuk menunjukkan bahwa band ini tetap akan hidup walaupun secara kenyataannya, Sum 41 telah bubar.

[Gambas:Audio CXO]

(tim/alm)

Author

Timotius P

NEW RELEASE
CXO SPECIALS