Interest | Wellness

Mari Berhenti Melakukan Self-Sabotage Demi Dirimu

Sabtu, 13 Apr 2024 12:00 WIB
Mari Berhenti Melakukan Self-Sabotage Demi Dirimu
Foto: Unsplash
Jakarta -

Tak ada salahnya menjadi seorang introvert yang punya energi sosial tak sebesar si ekstrovert. Namun sayangnya, ada sisi buruk dari introvert yakni terkadang lebih banyak punya pikiran yang negatif. Sehingga tidak sedikit akhirnya berlarut dalam kesedihan karena pikiran sendiri. Inilah perilaku yang disebut self-sabotage.

Self-sabotage merupakan perilaku yang mendisrupsi kehidupan sehari-hari dan menjadi hambatan bagi seseorang untuk mencapai tujuan hidup. Mulai dari terobsesi dengan kesempurnaan, kebiasan menunda sesuatu, overthinking, self-critical, hingga keinginan untuk menghindari konflik atau tantangan.

Sebenarnya self-sabotage datang karena disebabkan banyak hal. Seperti rendahnya harga diri, keyakinan yang tertanam dalam diri, ketakutan karena perubahan atau hal yang tidak diketahui, atau kebutuhan berlebihan atas kendali diri. Tapi di balik alasan ini terdapat dorongan manusia untuk mempertahankan diri.

Jika terus-menerus melakukan hal-hal tersebut tanpa tahu bagaimana caranya berhenti, self-sabotage akan merusak mentalmu, bahkan dirimu sendiri. Maka, cobalah untuk berhenti sekarang juga untuk melakukannya. Lantas, bagaimana caranya?

Cara Berhenti Berperilaku Self-Sabotage

Dikutip Berkeley Edu, demi berhenti menyabotase diri sendiri, kamu perlu mengetahui pola perilaku dan menemukan cara kreatif untuk melawannya serta membentuk kebiasaan baru. Ini strateginya:

1. Ketahui Pola Pikir Khas Kamu

Kepribadian dan pengalaman hidup mempengaruhi cara berpikirmu yang dominan, namun hal ini bisa menjadi bias sehingga tidak membantu dalam sebagian besar situasi. Misalnya, orang yang rentan terhadap kecemasan cenderung sangat waspada terhadap tanda-tanda ancaman, dan mendeteksi ancaman yang sebenarnya tidak ada.

Bagi orang yang memiliki anxiety, masalah terlihat lebih besar dari yang sebenarnya; setiap kali seseorang meminta tolong, kamu mungkin akan bereaksi berlebihan dan menganggap apa pun yang diminta lebih berat dari yang sebenarnya. Untuk itu, kamu harus mengetahui bias pemikiranmu. Ketika kamu sudah memahami kesalahan berpikirmu, kamu bisa memperbaikinya dengan latihan.

2. Prioritaskan Perilaku yang Bisa Mengurangi Stres

Kebiasaan menyabotase diri yang paling umum adalah berpikir kita akan ingat untuk melakukan sesuatu tetapi kemudian lupa. Untuk mengatasi kecenderungan ini, kamu dapat merancang aspek-aspek kehidupan kamu dengan asumsi bahwa kamu tidak sempurna.

Dalam pekerjaan dan kehidupan rumah tangga, kamu bisa menyederhanakan alur kerja sehingga kamu bisa menyelesaikan hal-hal sederhana dengan simpel. Perubahan kecil bisa membantu kamu merasa memegang kendali.

3. Gunakan Aturan Praktis Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan sangat menguras tenaga-terutama kalau kamu cemas atau perfeksionis yang terlalu memikirkan setiap keputusan. Kalau kamu bisa mengurangi kelelahan kognitif akibat pengambilan keputusan, kamu bisa mempunyai lebih banyak energi emosional untuk hal lain. 

Caranya adalah menggunakan heuristik untuk memberi hasil yang baik. Kamu harus mengembangkan heuristikmu sendiri yang sesuai dengan kepribadian, keadaan, dan preferensimu. Misalnya, apa yang cocok untuk seseorang yang terlalu ragu-ragu, belum tentu cocok untuk seseorang yang terlalu impulsif.

4. Belajar untuk Menyukai Secara Bertahap

Paradoks yang dihadapi oleh para perfeksionis dalam upaya mengurangi sabotase diri adalah kecenderungan mereka untuk memiliki standar yang tidak fleksibel. Mereka ingin memecahkan masalah secara menyeluruh, saat ini juga, dan tidak termotivasi oleh solusi yang dapat memperbaiki masalah yang tidak menyeluruh-bahkan jika solusi tersebut tidak memerlukan usaha.

Cobalah untuk mulai menghargai indahnya melakukan perbaikan bertahap. Kamu akan melihat solusi mudah yang sebelumnya kamu abaikan. Seiring waktu, perubahan atau perbaikan sekecil apa pun, akan bertambah secara signifikan.

5. Strategi Memerangi Procrastination

Saat kamu menunda atau menghindari sesuatu, kecemasanmu terhadap apa pun yang kamu hindari cenderung meningkat. Sering kali, orang yang suka menunda-nunda tidak berpikir untuk menggunakan strategi untuk memulai. Dengan mengidentifikasi enam atau tujuh strategi favoritmu, kamu akan selalu memiliki satu strategi yang relevan dan dapat dicapai dalam situasi tertentu.

Misalnya menggunakan daftar tugas untuk menguraikan langkah menyelesaikannya, perkecil tugas-tugas yang relatif tidak penting ke tingkat minimum, cobalah hal yang terakhir dulu, dan cobalah menulis instruksi yang akan kamu berikan kepada orang lain.

6. Latih Penerimaan dan Perawatan Diri

Membuat perubahan dalam hidupmu membutuhkan waktu dan energi. Kamu tidak bisa menanyakan hal ini pada diri sendiri apakah rekening bank psikologismu sudah dalam cerukan.

Kadang-kadang orang terjebak dalam pemikiran, "Ketika saya menjadi lebih disiplin atau lebih produktif, maka saya akan lebih banyak merawat diri." Namun, kalau kamu merasa hampa, cobalah sebaliknya: Biarkan dirimu merasakan lebih banyak kesenangan sebelum kamu merasa "pantas" mendapatkannya. Jika tidak, kamu akan terus menjatuhkan diri dan melakukan sabotase diri.

Cara lain untuk mengosongkan cadangan kognitif dan emosionalmu adalah dengan melatih penerimaan. Tanyakan pada dirimu: Aspek realitas apa yang dapat saya terima alih-alih terus memikirkannya? Hal ini bisa berupa menerima sifat-sifat tertentu dari pasanganmu, kesalahan manusia yang terjadi sesekali, atau perubahan di tempat kerja, Ketika kamu bisa melepaskan amarah, kecemasan, dan frustrasi mengenai hal ini, kamu akan memiliki lebih banyak fokus dan energi untuk mengatasi sabotase dirimu secara produktif.

Itulah beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk bisa berhenti menyabotase diri sendiri. Mungkin hal-hal di atas sulit lakukan bahkan untuk memulainya, namun demi kesehatan mental yang lebih baik, segeralah berhenti untuk berpikir buruk terhadap dirimu sendiri.

(DIR/alm)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS