Insight | Science

Bumi yang Lain dan Obsesi Kita Bermigrasi ke Luar Angkasa

Kamis, 08 Dec 2022 17:00 WIB
Bumi yang Lain dan Obsesi Kita Bermigrasi ke Luar Angkasa
Foto: Pexels: Alex Andrews
Jakarta -

Beberapa intelek berpendapat bahwa kini Bumi tidak lagi menjadi tempat yang layak untuk dihuni manusia. Mulai dari perubahan iklim yang ekstrem, populasi yang membengkak, hingga banyaknya bencana alam yang terjadi membuat bumi tak lagi kuat menahan beban tersebut. Satu-satunya yang terpikirkan oleh para ilmuwan adalah pindah dan mencari planet lain di luar angkasa yang serupa dengan Bumi.

Namun sejak 1992, ketika para astronom menemukan galaksi lain—selain Bima Sakti—mereka pun merencanakan penelitian dan penjelajahan jangka panjang untuk mencari "Bumi" lain di luar angkasa. Bahkan setelah 30 tahun berlalu, para astronom dan ilmuwan belum menemukan planet yang serupa dengan Bumi di galaksi lain.

Meski begitu, hal ini tidak menyurutkan niat mereka mencari tempat tinggal yang layak selain bumi atau kalau pun tidak ada planet dan galaksi yang bisa ditinggali, mereka sudah merencanakan membuat negara di luar angkasa.

Obsesi Manusia Tinggal di Luar Bumi

Sebut saja Asgardia, sebuah negara buatan di luar angkasa yang ditawarkan oleh sekelompok ilmuwan kepada masyarakat yang ingin bermigrasi dari bumi. Asgardia pertama kali dicetuskan oleh ilmuwan asal Rusia, Dr. Igor Ashurbeyli pada 12 Oktober 2016 di Prancis. Menurut Igor, langkahnya membuat negara di luar angkasa bukanlah fantasi belaka, sebab ia mengaku mendanai proyek ini sendiri.

Mengutip laman Asgardia, kurang lebih ada 1 juta orang yang telah menjadi bagian dari negara luar angkasa tersebut. Tak hanya itu, dari tahun 2017 hingga 2020, Asgardia telah mempersiapkan diri jadi negara independen yang siap berlayar di angkasa. Mulai dari pembuatan kalender sendiri, deklarasi persatuan Asgardia, memiliki konstitusi sendiri, undang-undang tentang hak warga negara, bahkan mereka punya presiden sendiri.

Di sisi lain, para astronom pun masih terus melakukan penelitian dan penjelajahan lebih jauh ke galaksi lain untuk menemukan tempat yang serupa dengan bumi bahkan lebih besar. Dilansir The Conversation, pada musim panas 2022 lalu, tim yang mengerjakan Satelit Transit Exoplanet Survey NASA, menemukan beberapa planet menarik yang mengorbit di zona layak huni bintang-bintang induknya.

Mereka menemukan sebuah planet yang memiliki ukuran 30 persen lebih besar dari Bumi dan mengorbit mataharinya dalam kurun waktu kurang dari tiga hari. Lalu, ada satu planet lainnya berukuran 70 persen lebih besar dari Bumi dan mungkin memiliki lautan yang dalam. Kedua exoplanet ini disebut Bumi super karena lebih besar dari Bumi tapi lebih kecil dari Uranus dan Neptunus.

Menurut para peneliti, Bumi super yang kini telah terkumpul dua lusin tersebut dianggap mempunyai banyak atribut yang menjadikannya layak huni. Para astronom mulai menemukan exoplanet yang telah dikeluarkan dari sistem bintang mereka, dan mungkin jumlahnya yang berada di Bima Sakti mencapai miliaran.

Planet yang lebih besar mempunyai kemungkinan lebih untuk menjadi aktif secara geologis. Inilah fitur yang menurut para ilmuwan akan mempromosikan evolusi biologis—dengan ini, planet yang paling layak huni akan memiliki kurang lebih dua kali massa Bumi. Planet tersebut juga akan memiliki lautan yang cukup dangkal yang memungkinkan cahaya merangsang kehidupan sampai ke dasar laut dan suhu rata-rata 25 derajat Celcius.

Ini akan membuat planet tersebut punya atmosfer yang lebih tebal dari Bumi. Planet seperti itu kemudian akan mengorbit bintang yang lebih tua dari Matahari untuk memberi kehidupan lebih lama supaya bisa berkembang, dan akan memiliki medan magnet kuat yang melindunginya dari radiasi kosmik. Hal-hal tersebutlah yang dianggap oleh para ilmuwan sebagai kombinasi atribut-atribut yang dapat membuat sebuah planet layak huni.

Meski begitu, para astronom sebenarnya mengetahui bahwa komponen-komponen untuk kehidupan ada di luar sana, tetapi layak huni bukan berarti telah dihuni. Selama para peneliti belum menemukan bukti kehidupan di planet lain, mungkin saja hanya Bumi tempat di mana kehidupan berada. Jika selama beberapa tahun mendatang para astronom menemukan Bumi super yang sangat layak huni ini masih tidak ada kehidupan, bisa jadi alam semesta memang tempat yang sepi.

Terlepas segala obsesi para ilmuwan untuk bermigrasi dari bumi kemungkinan akan menjadi kenyataan di masa mendatang, tapi mungkin tidak semua manusia bisa pindah ke luar angkasa. Kalaupun saya atau kamu adalah manusia yang termasuk tidak bisa pindah ke planet lain atau luar angkasa, agaknya kita seharusnya lebih berusaha untuk menjaga Bumi yang saat ini kita tinggali.

Meski kini Bumi dianggap sangat tua dan mungkin tak lagi bisa dihuni, bukankah tujuan manusia sebenarnya di muka Bumi adalah menjaga dan merawatnya? Bukan meninggalkannya tanpa tanggung jawab dan mencari alternatif lain untuk tinggal.

[Gambas:Audio CXO]

(DIR/alm)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS