Berkaca pada perjalanan sejarah di peradaban Mesopotamia, manusia sudah mulai perlahan mengubah lingkungan alam menjadi lahan pertanian, merusak habitat aslinya, mengurangi keanekaragaman hayati, dan mendorong pelepasan karbondioksida ke atmosfer. Lambat laun, dunia mengenal industrialisasi dan secara ekstrem melakukan perubahan masif pada kondisi lingkungan dengan pembangunan eksploitatif. Meledaknya populasi dunia juga membuat pola pemeliharaan lingkungan semakin menurun hingga terabaikan di beberapa wilayah.
Deforestasi, tingginya tingkat polusi, penumpukan limbah, pencemaran laut adalah beberapa latar belakang terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim yang lambat laun mempengaruhi kondisi lingkungan saat ini. Memang, selama beberapa tahun ke belakang, isu lingkungan telah menjadi topik hangat lantaran menjadi isu yang terus menerus diangkat urgensinya di pertemuan-pertemuan antar pemerintah, baik regional maupun internasional.
Hal ini dikarenakan penanggulangan terkait masalah lingkungan merupakan upaya kolektif yang harus dijalani oleh tidak satu pihak saja. Kendati demikian, masih banyak orang yang mengabaikan himbauan dari beragam pihak meskipun telah sadar akan bahayanya dampak dari isu-isu lingkungan yang sedang terjadi saat ini.
Studioelse/ Foto: Instagram @/studioelse_ |
Menyambut Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang diperingati setiap 5 Juni, CXO Media berbincang dengan salah satu komunitas lingkungan yang bergerak dalam bidang kreatif, Studio Else. Dibangun pada tahun 2020, Studio Else mengutamakan keterlibatan dalam projek-projek seputar isu lingkungan bersama dengan organisasi non profit (ONP), aktivis, perusahaan eco-friendly, dan pihak-pihak kreatif lain untuk mendorong industri yang bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Berangkat dari keresahan terhadap keadaan lingkungan hidup yang semakin mengkhawatirkan, Studio Else memulai perjalanannya untuk menyuarakan isu-isu lingkungan ke telinga masyarakat Indonesia. "Kami sebagai makhluk hidup, ingin memiliki peran lebih untuk menyuarakan isu-isu tersebut dengan mengajak lingkungan terdekat kami untuk sama-sama belajar mengenai solusi terhadap perubahan iklim," ujar Melodya, salah satu founder dari Studio Else.
Saat ini, Studio Else aktif beroperasi melalui platformnya di Instagram @studioelse_ dengan misi menumbuhkan harapan besar untuk memberi perubahan bagi lingkungan dari skala kecil ke skala besar. Sehingga nantinya dapat membentuk ekosistem yang sirkular dan mewujudkan sistem ramah lingkungan sebagai pedoman dalam perekonomian, pendidikan, bisnis, politik, pemerintahan, beragam industri maupun gaya hidup bagi seluruh individu. Namun, apa yang membedakan Studio Else dari komunitas lingkungan hidup lain?
Studioelse/ Foto: Instagram @/studioelse_ |
"Masing-masing tentunya memiliki ranah yang berbeda, karena solusi untuk perubahan iklim itu gak hanya satu, ada yang bergerak di bidang manajemen sampah, vegan food, daily need supply, daur ulang sampah, komunitas sepeda, green energy, zero waste fashion, farming, dan banyak lagi. Sedangkan kami ingin menjadi mediator untuk memperkenalkan sosok-sosok penting di komunitas tersebut kepada audience yang lebih luas lewat jalur kreatif dan kolaborasi. Hanya beda ranah, tapi tujuan kita harusnya sama, yaitu melawan perubahan iklim," jelas Melodya.
Perhatian khusus Studio Else saat ini terletak kepada polusi udara di Indonesia, sehingga Studio Else sedang berusaha untuk membantu mewujudkan Jakarta menjadi kota yang lebih sehat. Namun, Melodya turut menambahkan bahwa salah satu isu penting lain adalah tentang edukasi mengenai lingkungan hidup di masyarakat Indonesia, terutama untuk anak-anak.
The Eco Journal menjadi buah hasil dari salah satu upaya Studio Else dalam memerankan perannya untuk publik. Jurnal ini merupakan bentuk kolaborasi bersama seniman, penulis, fotografer, desainer grafis, serta eco businesses atau brand, dalam mengajak masyarakat belajar tentang fakta dan solusi terhadap perubahan iklim melalui cara yang mudah dan friendly. Setelah The Eco Journal, Studio Else berencana untuk meluncurkan buku selanjutnya.
The Eco Journal/ Foto: Instagram @/studioelse_ |
"Setelah peluncuran The Eco Journal, sebenarnya banyak agenda seperti eksibisi dan workshop yang harusnya kita realisasikan tapi harus tertunda karena pandemi," tutur Melodya. "Mimpi kami adalah untuk bisa memiliki situs sendiri agar lebih aksesibel untuk semua orang dan juga memiliki e-commerce sendiri untuk membantu eco local businesses agar lebih berkembang," lanjutnya. "Ada yang menyarankan untuk membuat podcast dan aplikasi, but we think these still seem further in the future." ungkapnya.
Selain terus menyuarakan tentang isu lingkungan hidup, Studio Else turut mengembangkan creative consultancy dan proyek kolaborasi dengan brand lokal/komunitas. Ke depannya, Studio Else memupuk harapan agar seluruh masyarakat Indonesia dapat sadar bahwa isu lingkungan merupakan isu penting, sangat mengkhawatirkan, dan membutuhkan dorongan yang besar dari semua stakeholder. Seluruh industri dapat berkecimpung dalam perjuangan kolektif ini dan bisa ikut menyuarakan ataupun memberikan influence pada orang-orang di sekitar untuk melakukan hal yang sama dalam menyelamatkan bumi sebelum terlambat.
(HAI/HAL)