Insight | General Knowledge

Berkaca dari Warga Bondowoso, Kita Semua Pernah Bersikap Norak

Senin, 31 Oct 2022 19:06 WIB
Berkaca dari Warga Bondowoso, Kita Semua Pernah Bersikap Norak
Foto: Istimewa
Jakarta -

Mal Citiplaza resmi dibuka di Bondowoso pada Jumat (28/10). Hadirnya pusat perbelanjaan ini disambut antusias oleh warga setempat, sebab ini adalah mal pertama dan satu-satunya yang ada di daerah tersebut. Namun warga Bondowoso yang mengunjungi Citiplaza menjadi perbincangan di media sosial, setelah media menyorot tingkah laku pengunjungnya yang unik. Ada yang bingung ketika mencoba naik eskalator, ada juga yang duduk lesehan di dalam mal seperti sedang piknik.

Setelah ramai diperbincangkan, beberapa warganet pun membela perilaku warga Bondowoso yang dicap 'norak'. Mereka membandingkan warga Jakarta yang sama-sama norak ketika melihat sawah atau segala jenis hal tradisional yang tak ada di perkotaan. Misalnya, bagi turis dari Jakarta, makan pisang goreng di pinggir sawah sambil menyeruput kopi hitam adalah healing. Padahal, kegiatan tersebut sudah menjadi rutinitas sehari-hari bagi warga setempat.

Bias dan Stereotip
Memang, kelas menengah Jakarta seringkali memandang orang daerah lain norak dan kampungan. Padahal, kelakuan mereka juga tak ada bedanya. Bagi orang Jakarta atau kota-kota besar lainnya, mal megah dengan fasilitas yang modern memang sudah menjadi pemandangan sehari-hari. Lain halnya, bagi warga daerah luar Jakarta yang jauh dari fasilitas serba ada.

Meski bersikap norak sudah menjadi fenomena sehari-hari, tapi cara pandang yang bias kelas membuat kita pilih-pilih ketika melabeli sesuatu atau seseorang sebagai 'norak'. Buktinya, turis Indonesia yang berfoto di depan Eiffel Tower atau pertama kali melihat salju tidak pernah mendapat label 'norak' dari orang-orang. Adanya bias terhadap orang-orang daerah luar Jakarta tidak lepas dari peran media yang kerap membingkai desa secara stereotipikal.

Di sinetron dan film, misalnya, desa selalu digambarkan sebagai tempat yang terbelakang dan jauh dari modernitas. Kalaupun ada hal baik dari pedesaan yang diangkat di media, pasti tak jauh-jauh dari kekayaan alam dan budaya tradisionalnya yang dianggap 'eksotis'. Padahal, ada banyak hal yang bisa diangkat, seperti alasan mengapa pembangunan di desa kerap mandek. Atau kalau dalam kasus Bondowoso, media sebenarnya bisa juga mempertanyakan mengapa baru sekarang ada mal di daerah ini.

Bersikap Norak adalah Suatu Kewajaran

Kalau dipikir-pikir, semua orang pasti pernah terlihat 'norak' di mata orang lain. Misalnya, seseorang yang tidak pernah ke luar negeri sebelumnya pasti akan mengabadikan momen di setiap tempat wisata yang ia kunjungi. Tapi di mata orang yang sudah terbiasa jalan-jalan ke luar negeri, perilaku tersebut bisa saja dicap norak.

Saya pun juga pernah bersikap norak, ketika pertama kali naik kereta. Ketika itu, melihat pemandangan yang terbentang di luar jendela membuat saya merasa terpukau, sampai-sampai saya mengabadikannya lewat story Instagram. Padahal mungkin bagi orang yang terbiasa naik kereta, itu adalah hal yang biasa saja.

Pada akhirnya, rasa terpukau ketika melihat sesuatu untuk pertama kalinya wajar dialami oleh siapa saja. Setiap orang pun memiliki caranya masing-masing dalam merespons hal-hal baru yang mereka temui. Jadi, sebenarnya tak ada yang salah ketika kita atau orang lain bersikap norak. Sudah seharusnya kita berhenti memberikan label 'norak' kepada orang lain, apalagi kalau perilaku mereka tidak merugikan siapa-siapa.

[Gambas:Audio CXO]

(ANL/alm)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS