Insight | Science

Cute Aggression: Saat Gemas Jadi Geram

Kamis, 23 Feb 2023 17:00 WIB
Cute Aggression: Saat Gemas Jadi Geram
Foto: Unsplash: Nine Koepfer
Jakarta -

Sebagian orang pasti pernah mengalami kejadian ini dimana saat melihat sesuatu yang sangat lucu nan menggemaskan, rasanya muncul tendensi untuk mencubit, menggigit, hingga meremasnya. Sebagai contoh, para pecinta kucing yang terpesona dengan tingkah laku mereka yang menggemaskan, atau daya tarik tersendiri saat sedang berinteraksi dengan bayi dengan pipinya yang gembul seperti hampir tumpah.

Nyatanya, merupakan suatu hal yang wajar jika tanggapan pertamamu mengatakan keinginan seperti, "I want to squeeze it til it pops. I want to crush it til it breaks. I want to bite it into pieces," tanpa adanya intensi apapun untuk mencelakakan mereka. Walau terdengar cukup gila dan ekstrem hingga siapapun yang mendengarnya bisa berpikiran bahwa kita punya benih-benih psycho, tapi ternyata fenomena ini memiliki sebutan khusus yang bisa dijelaskan secara ilmiah.

Dikenal sebagai cute aggression, istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh peneliti dari Yale University, Dyer & Aragon dalam penelitiannya tahun 2015. Hingga sekarang, cute aggression masih dipelajari seluk beluknya oleh para peneliti namun terdapat dua alasan saintifik yang dapat menjelaskan alasan mengapa kita bisa merasa agresif saat melihat sesuatu yang lucu.

Pertama, cute aggression merupakan sebuah bentuk dari apa yang dinamakan sebagai ekspresi dimorphous. Ekspresi dimorphous sendiri merupakan keadaan saat ekspresi yang kita tunjukkan itu sebenarnya berlawanan dengan perasaan yang sedang kita rasakan. Contoh sederhananya, saat kita menangis di acara pernikahan kerabat terdekat padahal kita sedang merasa kebahagiaan yang mendalam. Sehingga, cute aggression sering dianggap sebagai ekspresi dimorphous karena saat kita melihat objek yang menggemaskan, kita mentranslasikan perasaan tersebut dengan ungkapan yang agresif padahal sebenarnya kita merasa senang.

Cute aggression dipelajari lebih lanjut pada tahun 2018 melalui studi oleh psikolog klinis Katherine Stavropoulos di mana ia meneliti respon otak 54 partisipan terhadap beberapa gambar bayi dan binatang. Studi tersebut menemukan bahwa objek-objek menggemaskan nyatanya memang memiliki hubungan yang kuat dengan aktivitas di area otak yang berkaitan dengan perasaan. Tapi, semakin cute aggression dirasakan oleh mereka, semakin banyak pula aktivitas yang terjadi di sistem reward di otak. Aktivitas sistem reward pada otak sendiri berkaitan dengan motivasi, kenikmatan, serta keinginan untuk memiliki.

Sehingga penelitian tersebut menyimpulkan bahwa fenomena cute aggression merupakan bentuk dari coping mechanism manusia. Hal ini dikarenakan, ketika partisipan melihat sesuatu yang terlalu menggemaskan, otak merespon dengan sesuatu perasaan yang relatif "negatif" dengan tujuan mengimbangi kebanjiran emosi positif tersebut agar kita tidak kewalahan dalam meregulasi emosi luar biasa yang sedang dirasakan.

Kalau kamu sendiri, apa yang bisa memicu kamu untuk merasakan cute aggression?

[Gambas:Audio CXO]

(HAI/tim)

Author

Hani Indita

NEW RELEASE
CXO SPECIALS