Insight | Business & Career

Bukan Sekadar Gaji, Narasi Baru Generasi Z Soal Cara Kerja Mereka

Rabu, 21 May 2025 17:00 WIB
Bukan Sekadar Gaji, Narasi Baru Generasi Z Soal Cara Kerja Mereka
Ilustrasi Gen Z bekerja zaman now. Foto: Unsplash
Jakarta -

Harus diakui generasi muda saat ini atau Generasi Z telah menjadi generasi yang mengusai dunia kerja saat ini. Dengan kelompok umur tertua yang berusia akhir 20-an, kini Gen Z bukan lagi anak baru dalam lingkungan tersebut. Tak mengherankan, dalam beberapa tahun terakhir, usai COVID-19 mereda, narasi baru soal cara bekerja mereka mulai terbentuk.

Mengutip Forbes, berdasarkan proyeksi Zurich Insurance tahun 2025, Gen Z diharapkan menguasai 27% dari angkatan kerja global di akhir tahun ini. Oleh sebab itu, perspektif mereka terhadap pekerjaan lambat laun berubah secara signifikan. Kelompok muda ini membawa pola pikir yang mengutamakan nilai-nilai dalam bekerja.

Mereka bukan hanya menginginkan sekadar gaji, tetapi bekerja untuk mereka harus punya tujuan, bermakna, dan memberikan dampak untuk orang lain atau kelompok yang lebih luas. Berdasarkan survei Gen Z dan Milenial Global Deloitte 2024, 86% Gen Z mengatakan bahwa bekerja dengan sebuah tujuan akan meningkatkan kepuasan kerja mereka, dan 44% dari mereka bersedia menolak sebuah pekerjaan kalau tidak sesuai dengan visi mereka.

Gen Z pun cenderung mencari pekerjaan yang kegiatannya mencerminkan cita-cinta mereka, mulai dari keadilan rasial hingga advokasi kesehatan mental. Studi dari Pew Research tahun 2023 mengungkapkan kalau 70% Gen Z memprioritaskan bekerja untuk organisasi dengan sikap etis yang kuat, meskipun mereka digaji rendah.

Bagi mereka, bekerja di sebuah perusahaan bukan hanya menjadi karyawan, tetapi mereka menilai diri mereka sebagai pemangku kepentingan dalam misi budaya. Mereka merasa punya andil untuk memberikan dampak yang nyata ketika memutuskan bergabung di perusahaan tersebut.

Namun, pemikiran ini juga memiliki dampak yang negatif. Para Gen Z akan lebih mudah untuk berganti pekerjaan alias menjadi 'kutu loncat'. Survei Deloitte tahun 2023 menemukan kalau 49% pekerja Gen Z akan berhenti dalam waktu dua tahun kalau tidak puas dengan nilai-nilai perusahaan atau keseimbangan kehidupan kerja.

Tidak seperti generasi yang lebih tua, Gen Z cenderung tidak bertahan jika kebutuhan mereka akan fleksibilitas, pertumbuhan, dan penyesuaian tidak terpenuhi, membuat frustrasi manajer yang terbiasa dengan masa kerja lebih lama.

Remote dan Fleksibilitas Tingkatkan Kualitas Kerja

Gen Z ternyata membawa dampak nyata dalam cara mereka bekerja. Dulu pilihan bekerja hibrid dianggap terlalu mengada-ada dan tidak akan memajukan perusahaan. Tapi justru sekarang menurut survei Global Gallup, 45% Gen Baby Boomer dan 52% Gen X mulai bekerja secara hibrid di tahun 2025.

Survei LinkedIn tahun 2024 pun membuktikan 72% Gen Z sudah meninggalkan atau mempertimbangkan untuk meninggalkan pekerjaan full office. Mereka lebih menyukai pekerjaan yang memberikan kesempatan untuk bekerja remote. Mereka suka kendali atas tempat dan waktu mereka bekerja. Bukan sekadar kemudahan tetapi ini juga menjadi penyelamat untuk menyeimbangkan diri di tengah tekanan ekonomi dan kesehatan mental.

Walau begitu, Gen Z juga berharap bisa naik jabatan di perusahaan. Namun di sisi lain, mereka juga menginginkan pertumbuhan, mempelajari keterampilan baru, memberi dampak, dan fleksibilitas kerja. Terkesan memang seperti tidak punya ambisi seperti pekerja dari generasi lainnya, tapi justru 70% dari mereka berharap bisa naik jabatan setidaknya 18 bulan setelah bekerja.

Nah, bagaimana? Apakah kamu setuju dengan definisi ini?

(DIR/DIR)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS