Interest | Wellness

Memahami Apa Itu Trauma Secara Lebih Dalam

Selasa, 23 May 2023 17:30 WIB
Memahami Apa Itu Trauma Secara Lebih Dalam
Foto: Pexels
Jakarta -

Istilah trauma atau post-traumatic stress disorder (PTSD) memang sudah sangat familiar di telinga kita. Karena sudah terlalu umum, banyak orang yang menginterpretasikan istilah trauma ini dengan cara yang berbeda-beda. Tetapi secara umum, trauma merupakan sebuah respon emosional yang hadir setelah adanya sebuah kejadian mengejutkan dan menyedihkan yang tidak dapat dikontrol.

Kejadian traumatis seperti ini pun dapat menghadirkan rasa cemas, tertekan, dan ketakutan yang dapat bertahan lama. Tidak hanya itu, kejadian traumatis juga bisa meliputi hal-hal yang mengindikasi ancaman keamanan fisik serta aspek lain yang membuat seseorang merasa tidak berdaya.

Jenis-jenis trauma
Trauma yang biasanya ditandai dengan respon emosional terhadap suatu peristiwa, memiliki tiga jenis:

Acute trauma
Trauma jenis ini merupakan sebuah hasil dari satu peristiwa yang mengancam keamanan seseorang, baik fisik maupun emosional. Contoh dari penyebab trauma ini adalah bencana alam.

Chronic trauma
Trauma kronis adalah sebuah respon emosional dari pengalaman yang berkepanjangan dan berulang karena peristiwa stres yang sama. Contohnya adalah kontak yang terlalu lama dengan kekerasan dalam rumah tangga.

Complex trauma
Trauma kompleks melibatkan pengalaman berbagai peristiwa stres yang berbeda. Kita dapat menemukan contohnya dalam keluarga yang berantakan di mana anak-anak dihadapkan pada situasi yang sangat menegangkan, seperti penyalahgunaan obat-obatan, pelecehan psikologis, fisik, dan/atau seksual.

Gejala trauma secara fisiologis

Secara tidak disadari, trauma dapat mempengaruhi fungsionalitas tubuh. Secara umum, tubuh kita dirancang untuk melindungi kita dari potensi ancaman, sehingga trauma pun dapat menimbulkan respon secara fisiologis. Saat kita mengalami trauma, tubuh akan bereaksi dengan meningkatkan reaktivitas sistem saraf simpatik serta meningkatkan kadar hormon. Gejala fisiologis yang dialami pasca trauma meliputi:

Mati rasa
Trauma dapat mempengaruhi persepsi kita tentang rasa sakit, dan "tidak merasakan apa-apa" ini seringkali dapat mengakibatkan sikap apatis secara keseluruhan. Namun, trauma bahkan juga dapat mempengaruhi kita dengan meningkatkan ambang rasa sakit kita.

Kecemasan
Bukan menjadi sebuah kejutan lagi apabila seseorang yang mengalami trauma akan memiliki kecenderungan untuk mudah merasa cemas. Rasa cemas itu sendiri merupakan sebuah taktik tubuh untuk mempersiapkan sebuah bahaya yang bisa saja terjadi.

Kesulitan berkonsentrasi
Ketika tubuh kita telah mengalami pengalaman yang mengejutkan dan merusak mental, akan menjadi sangat sulit bagi kita untuk berkonsentrasi pada tugas sehari-hari. Respons dari sebuah trauma dapat mempengaruhi pekerjaan, hobi, atau interaksi sosial.

Perubahan pola tidur
Respon tubuh setelah mengalami trauma juga dapat mempengaruhi tidur, mulai dari kesulitan tidur atau insomnia serta mimpi buruk yang terkait dengan kejadian traumatis.

Mudah tersinggung
Ketika gejala-gejala seperti cemas,kesulitan untuk tidur dan berkonsentrasi, kita pun akan menjadi cenderung sensitif dan mudah tersinggung terhadap lingkungan sekitar.

Gejala trauma secara fisik
Selain secara fisiologis, seseorang yang mengalami kejadian traumatis juga dapat menunjukkan gejala fisik. Gejala-gejala tersebut meliputi:

Panic attack
Panic attack bisa datang dari perasaan cemas berlebih yang mencapai puncaknya. Panic attack pada setiap orang berbeda-beda, namun hal ini biasanya meliputi detak jantung yang sangat kencang, pusing, mati rasa pada bagian tangan atau kaki serta kesulitan bernapas.

Rasa lelah yang berlebihan
Dengan tubuh kita yang berada dalam kondisi puncak hampir sepanjang waktu, respons alami terhadap hal ini adalah kelelahan yang berlebihan. Hal ini dikarenakan kita tidak seharusnya mengalami stres sebanyak itu untuk waktu yang lama.

Tegang dan nyeri otot
Respon tubuh dari rasa cemas berlebih karena mengalami kejadian traumatis kerap kali mengirim sinyal ke otot tubuh untuk bersiap menghadapi ancaman yang pernah dialami. Sehingga, tubuh membuat kita selalu berada dalam mode siaga yang konstan sebagai mekanisme pertahanan diri.

Psycho-somatization
Istilah ini merujuk pada reaksi tubuh yang berbicara di saat pikiran kita tidak. Dalam bahasa lain, psycho-somatization adalah sebuah ekspresi tubuh yang mengungkap berbagai emosi dan perasaan yang tidak kita ungkapkan secara verbal. Psycho-somatization dapat berupa sakit perut, sakit kepala atau migrain, disfungsi seksual, infeksi kulit dan masih banyak lagi.

Bagaimana cara menangani sebuah trauma?

Selain memahami respon trauma, penting juga bagi kita untuk menyadari bahwa trauma adalah pengalaman individu yang memicu reaksi berbeda-beda. Tidak ada reaksi yang salah dari respon sebuah trauma, meskipun tidak sehat tetapi memiliki respon terhadap sebuah kejadian traumatis adalah hal yang normal.

Meskipun demikian, kita juga perlu memahami bahwa kita memiliki kemampuan dan kekuatan untuk melewati trauma tersebut demi membangun kesehatan mental yang lebih baik-dimana kita memiliki kendali penuh atas emosi, pikiran, perilaku. Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menangani respon pasca-trauma:

Dengarkan apa yang kamu butuhkan

Tubuh dan pikiran adalah dua hal yang saling terhubung, karena hal inilah keduanya dapat menunjukkan apa yang sebenarnya sedang kita butuhkan. Sebagai contohnya, kitak kita mudah ter-trigger karena suatu hal yang mengingatkan kejadian traumatis hingga mengalami kecemasan yang berlebih, maka yang harus dilakukan adalah menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat membuat kecemasan tersebut muncul.

Berikan waktu

Istilah "time heals all wounds" merupakan sebuah approach yang benar adanya. Tidak perlu memburu-burukan diri untuk dapat menghilangkan trauma tersebut. Cobalah untuk bersabar dan menyibukkan diri sendiri terlebih dahulu hingga adanya kesiapan untuk berproses dalam menyembuhkan suatu trauma.

Jangan abaikan masalahnya

Melepaskan diri dari masalah tidak akan membuat trauma tersebut hilang begitu saja, faktanya, hal ini hanya akan terus tumbuh sampai menghasilkan penyakit mental lainnya. Memang sulit untuk melakukannya secara langsung, maka dari itu cobalah untuk memberikan waktu kepada diri sendiri hingga yakin dan siap.

Meminta bantuan

Layaknya seseorang yang mengalami sakit fisik, sudah pasti kita membutuhkan bantuan dari orang lain untuk membimbing kita dalam proses penyembuhan. Sama halnya dengan penyembuhan emosional, kita dapat meminta bantuan orang lain atau bahkan pihak profesional untuk memberikan arahan mengenai langkah apa yang harus dilakukan dalam proses menyembuhkan sebuah trauma.

Kerap kali kita meremehkan kekuatan pikiran dan kesulitan dalam memahami apa yang terjadi di dalamnya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami bagaimana pikiran dan tubuh memberikan respon terhadap sebuah kejadian agar kita dapat berperan aktif dalam menjaga kesehatan mental.

Sangat penting untuk diketahui bahwa mencari bantuan dari profesional adalah hal yang harus dilakukan karena seorang terapis yang profesional dapat membantu kita untuk memahami proses yang sedang kita lalui, serta mengidentifikasi pola dan program penyembuhan mental kita.

Do remember that help will be given to those who ask for it.

[Gambas:Audio CXO]



(DIP/tim)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS