Insight | General Knowledge

Siapa Sebenarnya Hamas?

Rabu, 11 Oct 2023 15:08 WIB
Siapa Sebenarnya Hamas?
Hamas Foto: Getty Images
Jakarta -

Situasi Palestina-Israel kembali memanas usai kelompok pejuang Palestina, Hamas melancarkan serangan besar-besaran ke berbagai kota di Israel dengan serangan rudal hingga sergapan sekelompok pejuang lewat udara. Hingga hari ini, setidaknya ribuan jiwa yang bermukim di perbatasan Gaza menjadi korban dari "dentuman" perang yang dilayangkan Hamas sejak Sabtu (7/10) waktu setempat.

Meskipun kita tahu bahwa Palestina dan Israel tak pernah menyurutkan perang sejak berpuluh tahun lalu, namun kali ini adalah serangan terbesar dan paling masif yang dilakukan oleh Hamas. Kecaman demi kecaman dilontarkan pada Hamas yang dikenal sebagai pejuang paling radikal di Palestina.

Banyak yang menganggap Hamas hanyalah "pion" yang digunakan untuk melancarkan agenda politik kepada Israel, ada juga yang merasa bila Hamas bukanlah bagian dari Palestina. Lantas siapa sebenarnya Hamas ini? Benarkah mereka adalah pejuang yang akan membebaskan Palestina dari jajahan Israel, atau justru mereka punya agenda sendiri?

Peran Hamas dalam Perselisihan Palestina-Israel

Dilansir Al Jazeera, Hamas adalah singkatan dari Islamic Resistance Movement yang dalam bahasa Arab berarti "zeal" atau semangat. Kelompok ini secara politis menguasai Jalur Gaza   wilayah seluas sekitar 365 km persegi   yang merupakan rumah bagi lebih dari dua juta orang yang diblokade oleh Israel.

Hamas sendiri berkuasa di Gaza sejak 2007, setelah perang singkat melawan pasukan Fatah yang setia kepada Presiden Mahmoud Abbas    Kepala Otoritas Palestina dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Sebenarnya pada tahun 1987, Gerakan Hamas sudah didirikan oleh seorang imam bernama Sheikh Ahmed Yassin bersama ajudannya Abdul Aziz al-Rantissi tak lama setelah dimulainya Intifada pertama-sebuah pemberontakan melawan pendudukan Israel di wilayah Palestina.

Gerakan ini dimulai sebagai cabang dari Ikhwanul Muslimin di Mesir dan membentuk sayap militer, Brigade Izz al-Din al-Qassam untuk melakukan perjuangan bersenjata melawan Israel dengan tujuan membebaskan Palestina. Mereka juga menawarkan program kesejahteraan sosial kepada warga Palestina yang menjadi korban jajahan Israel.

Berbeda dengan PLO, Hamas tidak mengakui kenegaraan Israel tetapi menerima negara Palestina berdasarkan perbatasan tahun 1967. "Kami tidak akan melepas satu inci pun tanah air Palestina, apapun tekanan yang terjadi saat ini dan berapapun lamanya jajahan," kata Khaled Meshaal, pemimpin kelompok Palestina di pengasingan pada tahun 2017 lalu.

Hamas dengan keras menentang perjanjian perdamaian Oslo yang dinegosiasikan oleh Israel dan PLO pada pertengahan tahun 1990-an. Negara ini secara resmi berkomitmen untuk mendirikan negara Palestina di wilayahnya sendiri. Mereka mencapai kesepakatan ini melalui serangan terhadap tentara Israel, pemukim, dan warga sipil baik di wilayah jajahan Palestina maupun di Israel.

Walaupun kerap dicap teroris, Hamas merupakan bagian dari aliansi regional yang juga mencakup Iran, Suriah, dan kelompok Hizbullah di Lebanon, yang menentang kebijakan Amerika Serikat terhadap Timur Tengah dan Israel.

Hamas dan kelompok Jihad Islam, kelompok bersenjata terbesar kedua di kawasan tersebut, seringkali bersatu melawan Israel. Tetapi hubungan kedua kelompok pernah menjadi tegang, ketika Hamas memberikan tekanan pada Jihad Islam untuk menghentikan serangan kepada Israel.

Nuansa Politik di Balik Aksi Hamas

Selama ini yang kita tahu, Hamas adalah kelompok militan yang cukup gencar melancarkan serangan kepada Israel. Puncaknya adalah hari Sabtu lalu di mana Hamas memasuki wilayah Israel dan menyandera warga. Beberapa orang menganggap aksi ini sebagai bagian dari usaha untuk melepaskan Palestina dari jajahan Israel, tapi tidak sedikit juga yang berpikir bahwa ada motivasi politik di dalamnya.

Beberapa bulan lalu, Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman secara terbuka mengakui sedang bernegosiasi dengan Amerika Serikat untuk kemungkinan menjalin hubungan dengan Israel. Padahal sebelumnya, Arab Saudi dikenal melakukan perang dingin dengan Israel atas tindakan masif Israel yang menyerang warga Palestina di Gaza.

Namun normalisasi Saudi-Israel beberapa bulan belakangan menjadi momen penting untuk legitimasi regional Israel karena akan kemungkinan bisa mendorong negara-negara muslim lainnya untuk melakukan hal sama. Peneliti senior di Institut Timur Tengah dan Direktur Program Palestina dan Urusan Israel-Palestina, Khaled Elgindy mengatakan sampai batas tertentu, Hamas telah melakukan tujuannya yakni mengembalikan perhatian pada perjuangan Palestina.

Bahkan diakui oleh militer Israel jika Hamas telah menyandera banyak warga sipil Israel. Jumlah sandera yang diculik dan fakta bahwa banyak dari mereka adalah warga sipil menunjukkan kalau Hamas menginginkan lebih dari sekadar pertukaran tahanan. Dalam situasi penculikan sebelumnya, Israel menukar lebih dari 1.000 tahanan dengan satu sandera Israel.

Pihak Israel yakin, jika aksi Hamas ini bukan militer belaka, melainkan implikasi politik jangka panjang. Apalagi diketahui kalau kelompok ini telah lama terjebak dalam perang politik di dalam negeri.

Walaupun serangan termasif Hamas selama 50 tahun terakhir tersebut menjadi sorotan dunia, namun sepertinya tujuan kelompok ini bisa jadi keduanya. Pertama untuk membebaskan Palestina dari Israel, dan mungkin saja mendirikan negara sendiri di bawah kepemimpinan mereka.

[Gambas:Audio CXO]

(DIR/alm)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS