Insight | General Knowledge

Kilas Balik Kasus Unabomber dan Ted Kaczynski

Kamis, 15 Jun 2023 18:30 WIB
Kilas Balik Kasus Unabomber dan Ted Kaczynski
Foto: Associated Press
Jakarta -

Ted Kaczynski, pelaku pengeboman berantai yang dikenal sebagai "Unabomber", ditemukan dalam keadaan meninggal dunia di sel tahanannya di Federal Medical Center, North Carolina, Amerika Serikat, pada Sabtu (10/06/23). Kaczynski yang berumur 81 tahun sempat dirumorkan menderita kanker stadium akhir, namun menurut Associated Press beberapa sumber mengatakan bahwa ia mati karena bunuh diri.


Berita kematian Kaczynski membangkitkan ingatan mengenai kasus Unabomber yang kontroversial. Selama 17 tahun, mulai dari 1978 hingga 1995, Kaczynski melakukan serangkaian pengeboman yang menargetkan beberapa institusi hingga perorangan. Dalam kurun waktu tersebut, ia merakit 16 bom yang menewaskan 3 orang dan melukai 23 orang. Kelihaian Kaczynski dalam menyembunyikan identitas dan jejak membuat penangkapannya berujung pada salah satu investigasi terlama dan termahal yang pernah dilakukan FBI.


Manifesto Unabomber


Salah satu alasan mengapa Unabomber sulit untuk ditangkap adalah adanya dugaan awal bahwa ia memilih sasarannya secara acak. Kaczynski pertama kali mengebom Northwestern University pada 1978, kemudian ia menargetkan pesawat American Airlines pada 1979. Dua peristiwa ini membuat kasusnya diidentifikasi sebagai "UNABOM", yaitu singkatan dari "university and airline bombing". Bertahun-tahun berikutnya, sasarannya menjadi semakin luas, beberapa di antaranya yaitu profesor teknik mesin di Berkeley, perusahaan Boeing, pemilik toko komputer, hingga pelobi industri kayu.

Benang merah dari para target pengeboman Kaczynski baru terkuak ketika pada 1995 ia mengirimkan sebuah manifesto berjudul Industrial Society and Its Future kepada beberapa media. Dalam esai 35,000 kata tersebut, ia menjelaskan ideologi yang melatarbelakangi aksi pengeboman yang dilakukannya—menurut Kaczynski, teknologi modern telah menghancurkan alam dan merampas kebebasan manusia. "Revolusi Industri dan konsekuensinya telah mendatangkan bencana bagi umat manusia," tulisnya dalam manifesto tersebut. Dengan demikian, sasaran pengeboman adalah institusi dan individu yang merepresentasikan segala hal yang dibenci oleh Kaczynski dari masyarakat modern.

Ahli Matematika yang Membenci Kehidupan Modern
Terbitnya manifesto tersebut akhirnya membuat identitas Unabomber terbongkar. Adik dari Kaczynski mengenali tone penulisan yang digunakan dalam manifesto tersebut melalui surat-surat yang pernah dikirimkan oleh kakaknya, ia pun lalu memberi tip kepada FBI. Pada April 1996, FBI menangkap Kaczynski di kabinnya yang terletak di tengah hutan, di daerah Montana, di mana ia hidup seorang diri tanpa listrik dan jauh dari masyarakat. Di dalam kabin itu, FBI menemukan bahan peledak, bom rakitan, dan jurnal pribadi Kaczynski.

Meski manifesto yang ditulisnya memberikan indikasi bahwa pengeboman ini bersifat politis, tapi jurnal yang ditulis Kaczynski menunjukkan bahwa tindakannya juga dilandasi oleh motivasi pribadi. Semasa hidupnya, Kaczynski mengalami hal-hal yang membuatnya merasa terkucilkan.

Theodore John Kaczynski adalah seorang prodigy dalam matematika, kepintarannya membuatnya diterima di Harvard University ketika masih berumur 16 tahun. Di Harvard, Kaczynski menjadi objek eksperimen psikolog Henry Murray yang disokong oleh CIA dengan tujuan menemukan metode yang efisien untuk menginterogasi mata-mata Uni Soviet dan melakukan mind control. Dalam eksperimen yang tidak manusiawi ini, Kaczynski dan juga partisipan lainnya diminta untuk menulis esai mengenai filosofi hidup mereka. Namun setelahnya, mereka diinterogasi dan dihina secara bertubi-tubi. Kaczynski menjalani eksperimen ini selama 3 tahun, sehingga banyak yang menduga eksperimen ini berdampak terhadap kondisi emosional dan psikologis Kaczynski.

Setelah berhasil lulus dari Harvard, Kaczynski melanjutkan studinya untuk mendapat gelar master dan doktor. Di usianya yang baru 25 tahun, Kaczynski menjadi assistant profesor di University of California, Berkeley. Namun setelah 2 tahun, Kaczynski mengundurkan diri tanpa alasan yang jelas.

Kaczynski pun akhirnya memutuskan untuk pindah ke Montana, di mana ia tinggal di sebuah kabin kecil di tengah hutan, jauh dari modernitas. Pada 1978, ia pernah pindah ke Chicago untuk bekerja di perusahaan kakaknya. Namun, ia akhirnya dipecat setelah melakukan kekerasan verbal ke pegawai perempuan. Setelah itu, Kaczynski kembali ke kabinnya di Montana dan semakin mengisolasi hidupnya dari masyarakat.

Aksi pengeboman yang dilakukan Kaczynski tak bisa dijelaskan dengan alasan yang sederhana, sebab tindakannya merupakan akumulasi dari berbagai faktor dan peristiwa yang telah terjadi selama hidupnya. Kepintaran yang dimiliki Kaczynski membuatnya mampu melihat masyarakat modern sebagaimana adanya, yaitu sebuah masyarakat yang lebih sering mengagungkan sains dan teknologi ketimbang menaruh kepedulian terhadap kemanusiaan maupun lingkungan. Kondisi ini menciptakan dunia yang kejam, di mana manusia tak memiliki kebebasan—Kaczynski merasakannya sendiri ketika ia menjadi kelinci percobaan dari eksperimen yang brutal.

Tindakan ekstrem Kaczynski dalam menjadi pelaku pengeboman tak bisa dijustifikasi dengan alasan apapun. Namun harus diakui, sentimen yang dicurahkan Kaczynski dalam manifestonya memiliki kebenaran. Sebab pada akhirnya, masyarakat modern pun memiliki andil dalam melahirkan sosok-sosok seperti Kaczynski.

[Gambas:Audio CXO]

(ANL/alm)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS