Inspire | Human Stories

Emma Sri Martini, Perempuan yang Memimpin, dan Pertiwi Pertamina

Rabu, 14 May 2025 15:30 WIB
Emma Sri Martini, Perempuan yang Memimpin, dan Pertiwi Pertamina
Emma Sri Martini dan Putri Tanjung di Program Ngobrol Sore Semaunya Eps. 188. Foto: CXO Media
Jakarta -

Berkarir sebagai perempuan di era kiwari turut menyimpan tantangan tersendiri. Sebab, ketika emansipasi telah menjamin kesetaraan, perempuan yang berkarir—terlebih mendapat kesempatan untuk memimpin—wajib membuktikan keandalannya dalam bekerja, sehingga tidak dipandang sebatas "penyeimbang persentase".

Kurang lebih itulah yang dibicarakan seorang Emma Sri Martini, Direktur Keuangan Pertamina, ketika berbincang bersama Putri Tanjung, di program Ngobrol Sore Semaunya Episode 188. Menurut Emma, seorang perempuan yang menempati posisi strategis harus mampu memberikan dampak dan perbedaan yang lebih nyata.

Perempuan yang Memimpin

Emma mengawali karirnya di jajaran direksi "plat merah" sejak tahun 2004 silam, dan resmi ditunjuk sebagai Direktur Keuangan Pertamina pada akhir 2019. Di bawah arahannya, kinerja keuangan Pertamina mengalami peningkatan yang baik dari tahun ke tahun. Pertamina berhasil mencatatkan laba bersih senilai US$ 4,44 miliar (2023), yang merupakan keuntungan terbesar sepanjang sejarah perusahaan.

Namun demikian, sebagai seorang perempuan, Emma sendiri tidak menganggap status kepemimpinannya sebagai hal yang luar biasa. Sebab sejak duduk di bangku pendidikan hingga saat ini, yang cenderung didominasi kaum pria, Sarjana Sistem Teknik Informatika ITB tersebut telah berupaya memposisikan diri secara "setara".

"Perempuan sebagai minoritas, itu jangan menjadikan itu menjadi suatu kelemahan. seharusnya perempuan tidak merasakan itu sebagai batasan. Semua itu ada di mindset kita. saya tidak merasa asing di tengah situasi baru, justru itu adalah kekuatan wanita. Saya tegaskan lagi, it's not a privilege just because we are women. Yang paling penting adalah kapabilitas kita," tuturnya.

Bertanggung Jawab kepada Bangsa

Bekerja di lingkungan BUMN adalah tentang dedikasi kepada negara. "Menyenangkannya karena bisa berkontribusi buat negara, karena ini mengelola aset negara," ujar Emma. "Secara langsung ataupun tidak langsung, kami menyetorkan dividen kepada negara, berkontribusi untuk kemajuan negara, dan kemakmuran rakyat sebesar-besarnya."

Namun, bekerja di BUMN juga datang dengan tantangan khas, Menurut Emma, BUMN kerap disalahpahami sebagai entitas yang memiliki "jalan tol" kemudahan. Padahal, sebaliknya, mereka harus tampil "lebih kompetitif, dengan kualitas dan value creation yang tidak kalah dari swasta."

Mentalitas seperti itulah yang coba ia bangun di lingkungan kerjanya: bahwa bekerja di BUMN tidak boleh sekadar mengandalkan privilege, melainkan harus menghadirkan keunggulan nyata. "Kita harus mampu memberi kualitas yang lebih tinggi, lebih capable, dan bisa menunjukkan bahwa kita layak bersaing," tegasnya.

Pertiwi Pertamina

Dalam karirnya, Emma yang sudah kenyang asam-garam tak luput dari prestasi. Belum lama ini, ia dianugerahi Indonesia Women Empowerment Principles Awards 2024 dari UN Women, 1st Winner Gender Inclusive Workplace dan 1st Runner-up Transparancy & Reporting.

Sebagai seorang perempuan yang memimpin, mantan Dirut Telkomsel (2019) tersebut juga bertekad untuk membagikan ilmunya kepada sesama perempuan, agar bisa lebih optimal dalam menapaki karir.

Di Pertamina, upaya membangun keunggulan dan kesetaraan itu lantas diwujudkan lewat komunitas bernama Pertiwi-singkatan dari Perempuan Tangguh, Berwibawa, Berintegritas, dan Inovatif. Komunitas ini digagas Emma dan tim sejak tahun 2020, untuk mengembangkan kapasitas serta keberdayaan perempuan di lingkungan Pertamina.

"Kami percaya bahwa keberagaman, inklusi, dan kesetaraan gender bukan sekadar slogan, tapi inti dari pertumbuhan yang berkelanjutan dalam sebuah perusahaan," kata Emma. Lewat Pertiwi, Pertamina ingin mendorong lebih banyak perempuan menduduki posisi strategis, serta menciptakan sistem dukungan yang konkret di lingkungan kerja.

Salah satu hasil nyatanya, kata Emma, adalah peningkatan proporsi pemimpin perempuan di Pertamina. "Waktu Pertiwi dibentuk, jumlah senior leaders perempuan hanya 14%. Sekarang sudah naik jadi 18%," ujarnya.

Dalam kerangka kerjanya, Pertiwi mengimani empat pilar utama: pengembangan diri, kesejahteraan, keberlanjutan, dan kemitraan. Pilar pertama diwujudkan lewat program pelatihan, beasiswa, mentorship, hingga sesi berbagi yang inklusif—melibatkan coach dari laki-laki dan perempuan; pilar kedua adalah well-being, yang mengedepankan keseimbangan fisik dan mental; pilar ketiga fokus pada sustainability, yang memprioritaskan isu ESG (Environmental, Social, and Governance) kini jadi prioritas utama; sementara pilar terakhir berfokus pada partnership.

Emma menegaskan, dampak dari intervensi tersebut bukan hanya dirasakan secara struktural, tapi juga terlihat dari performa keuangan Pertamina. "Selama tiga tahun terakhir, sejak 2022, Pertamina mencatat kinerja keuangan tertinggi sepanjang sejarah," ujarnya. Ia percaya bahwa pencapaian ini tak lepas dari peran perempuan yang kian dominan di posisi senior.

"Coincidentally atau tidak, itu terjadi setelah Pertiwi berjalan. Saya percaya, ini adalah fakta yang terbukti, sejalan dengan berbagai riset global," kata Emma.

[Gambas:Youtube]

(cxo/RIA)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS