Insight | General Knowledge

Stereotip Masyarakat Soal Warna Rambut

Senin, 09 May 2022 16:00 WIB
Stereotip Masyarakat Soal Warna Rambut
Foto: PEXELS LURIKO YAMAGUCHI
Jakarta -

Pernahkah kamu mendengar istilah Dumb Blonde, baik itu dalam lingkup sosial ataupun kultur pop? Seiring waktu, warna rambut tertentu telah dikaitkan dengan berbagai ciri kepribadian dan penelitian menunjukkan bahwa warna rambut dapat membawa persepsi tertentu dari masyarakat. Stereotip ini dikaitkan dengan warna rambut alami kita: pirang yang selalu dianggap bodoh, berambut cokelat atau brunette adalah orang-orang cerdas, dan berambut merah memiliki temperamen yang berapi-api. Stereotip ini bahkan dapat memengaruhi karier dan kehidupan pribadi kita. Berikut ini adalah stereotip dari beberapa warna rambut dan dampaknya bagi mereka atas perlakuan yang diberikan oleh masyarakat.

Blonde atau rambut pirang
Ada banyak generalisasi tentang orang-orang dengan rambut pirang   wanita pirang pada khususnya. Rambut pirang sering dianggap menarik, genit, glamor, dan seksi. Wanita pirang juga terlihat populer dan menyenangkan-seperti sebuah pepatah yang terkenal, "perempuan pirang lebih tahu untuk bersenang-senang." Karena orang menganggap perempuan pirang lebih genit daripada orang dengan warna rambut lain, masyarakat menganggap perempuan pirang memiliki lebih banyak pengalaman berkencan.

Rambut pirang juga sering distereotipkan secara negatif sebagai orang yang "bodoh". Seorang wanita pirang banyak yang dianggap hanya mengandalkan penampilannya daripada kecerdasannya. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, istilah dumb blonde atau pirang bodoh memang sudah sering kita dengar. Berawal dari film Hollywood Legally Blonde yang dibintangi oleh Reese Witherspoon sebagai Elle Woods, istilah dumb blonde mengeksploitasi stereotip bahwa wanita berambut pirang tidak cerdas, sedangkan ungkapan yang sering diucapkan oleh orang barat, ketika melakukan sesuatu yang tidak cerdas atau melupakan sesuatu biasa disebut dengan "to have a blonde moment".

Karena masyarakat yang biasanya menganggap pirang sebagai kurang cerdas dan kompeten daripada orang-orang dengan warna rambut lain, seseorang yang pirang sering dianggap tidak akan berhasil dalam lingkungan kerja.

Rambut gelap atau brunette
Berbeda dengan "dumb blonde" orang-orang yang memiliki rambut gelap-hitam atau coklat-sering dianggap cerdas. Wanita berambut cokelat distereotipkan secara beragam sebagai ambisius, canggih, atau serius. Wanita berambut cokelat juga dapat dianggap sebagai tipe girl-next-door yang ramah dan bijaksana. Hollywood pun memiliki preferensi untuk pria berambut cokelat, terutama pria yang "tinggi, gelap, dan tampan" untuk menunjukkan karakter yang misterius dan eksotis.

Karena stereotipnya yang beredar, masyarakat menganggap seseorang yang berambut gelap adalah seseorang yang paling berhasil di lingkungan kerja karena pintar dan konsisten sehingga menghasilkan kesuksesan. Temuan ini juga cocok dengan realitanya dimana mayoritas CEO sukses di dunia nyata memiliki rambut gelap atau cokelat.

Memang, rambut cokelat adalah warna rambut yang paling umum, sehingga berambut cokelat pun juga dapat dicirikan sebagai kepolosan dan keluguan. Sehingga, banyak pula yang menganggap bahwa orang-orang yang memiliki rambut gelap adalah orang-orang yang membosankan, tidak seperti orang-orang yang memiliki rambut pirang.

Rambut merah
Rambut merah telah distigmatisasi sepanjang sejarah dan telah dituduh sebagai vampir, setan, dan penyihir. Selama perburuan penyihir Eropa pada abad keenam belas dan ketujuh belas, beberapa wanita dihukum mati hanya karena mereka memiliki rambut merah, yang diyakini sebagai tanda keiblisan.

Ketakutan akan rambut merah ini mungkin juga berasal dari kisah Alkitab tentang Yudas yang mengkhianati Kristus, karena banyak karya seni menggambarkan Yudas dengan rambut merah dan janggut merah. Di Prancis hingga saat ini, orang dengan rambut merah disebut poil de Judas, yang berarti "rambut Yudas".

Orang dengan rambut merah sering diasumsikan memiliki ciri-ciri tertentu berdasarkan warna rambutnya. Mereka dicirikan sebagai seseorang yang impulsif dan cepat marah. Kepribadian orang dengan rambut merah sering diyakini meniru rambut merah mereka-berapi-api, pemarah, berdarah panas, dan bersemangat. Stereotip populer ini berdampak negatif pada kehidupan orang-orang dengan rambut merah sehingga mereka sering kali memiliki kepercayaan diri yang rendah dan insecure.

Tidak hanya itu saja, bahkan diketahui juga terdapat sebuah komunitas yang membenci orang-orang berambut merah-anti-red bias. Anti-red bias dan bullying adalah masalah umum yang tidak kian kunjung reda, terutama di Inggris. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, terdapat sejumlah kasus bunuh diri terkait bullying terhadap orang berambut merah. Pada 2013, Helena Farrell yang berusia 15 tahun mengakhiri hidupnya sendiri karena intimidasi terus-menerus yang dia alami hanya karena memiliki rambut merah.

Warna rambut adalah bagian unik dari diri setiap orang dan merupakan bagian dari identitas diri. Namun, hal ini seharusnya tidak menjadi sebuah cara untuk mengeneralisasikan kepribadian seseorang. Meskipun demikian, stereotip mengenai warna rambut sampai saat ini masih dapat memengaruhi bagaimana seseorang diperlakukan oleh orang lain di lingkup masyarakat.

[Gambas:Audio CXO]



(DIP/DIR)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS