Interest | Art & Culture

Adaptasi Novel Legendaris 'Jalan Tak Ada Ujung',Mouly Surya mempersembahkanFilm'Perang Kota'

Selasa, 22 Apr 2025 14:01 WIB
Adaptasi Novel Legendaris 'Jalan Tak Ada Ujung',Mouly Surya mempersembahkanFilm'Perang Kota'
Poster Film Perang Kota. Foto: Istimewa
Jakarta -

Mouly Surya, sutradara peraih 2 Piala Citra, mempersembahkan karya terbaru berjudul Perang Kota. Mengambil latar Jakarta pada era pascakemerdekaan, film ini menjadi karya roman-spionase dengan adegan "perang" dominan pertama Mouly di layar lebar.

Meng-capture "perang" yang jamak terjadi di wilayah perkotaan, Perang Kota juga memvisualisisasikan "perang batiniah" yang dialami para tokoh di dalamnya. Dibintangi oleh Chicco Jerikho, Ariel Tatum, dan Jerome Kurnia, film berdurasi hampir dua jam ini menampilkan kisah perjuangan, percintaan, hingga pengkhianatan yang tragik.

Adaptasi Interpretatif Novel Jalan Tak Ada Ujung

Film Perang Kota mengisahkan perjuangan Guru Isa (Chicco). Seorang eks pejuang, sekaligus guru dan pemain biola berbakat, dalam melancarkan gerilya-gerilya mempertahankan kemerdekaan.

Di antara peperangan-peperangan fisik, Isa, yang juga seorang suami bagi Fatimah (Ariel), turut bergelut dengan pertempuran di alam batinnya. Melibatkan sang murid, sekaligus sahabat, Hazil (Jerome), Isa menemui intrik internal yang berkelindan dengan perjuangannya melawan penjajah.

Menurut Mouly, dalam konferensi pers (Senin, 21/4/25), Perang Kota terilhami dari novel legendaris Jalan Tak Ada Ujung karya Muchtar Lubis. Namun, film persembahan Cinesurya, Starvision, dan Kaninga Pictures ini bukan alihwahana, melainkan hasil adaptasi interpretatif Mouly

"Ide dasar dari film Perang Kota adalah saya ingin menunjukan kehidupan orang-orang yang berada dalam masa peperangan, dalam konteks di suatu kota yang tengah berada di bawah tekanan," kata Mouly.

"Ini seperti metafora, bahwa guerilla fighting itu ada di Indonesia. Pertarungan dan peperangan tak hanya terjadi di jalan-jalan besar tapi lewat jalan-jalan kecil."

Perjuangan, Cinta, dan Pengkhianatan

Mouly Surya menampilkan set kota Jakarta di tahun 1946 dengan nuansa vintage, berlanskap bangunan tua megah, lengkap dengan modis berpakaian masyarakat pada zamannya.

Lewat film ini, Mouly membubuhkan banyak warna yang menyelingkupi masyarakat. Mulai dari hubungan percintaan sepasang suami istri Isa-Fatimah, yang tulus walau tak melulu mulus; hubungan perkawanan sesama pejuang; hingga intrik pengkhianatan yang kadang luput dari pandangan.

"Isa di film ini memiliki spektrum yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan yang ada di novel," tutur Chicco. "Ia sosok yang flamboyan, pejuang, tetapi juga punya perjuangannya sendiri bersama Fatimah. Dengan sisi tragisnya yang tak ada ujungnya."

Mouly bahkan melebarkan porsi perjuangan Fatimah. "Di bukunya, Fatimah adalah ibu rumah tangga yang punya hubungan khusus dengan teman suaminya, Hazil. Namun di film ini, ada sedikit transofrmasi karakter, lebih mewakili persona perempuan tangguh pada masanya," tutur Ariel. "Saya bangga, memerankan Fatimah, yang diterjemahkan Mouly sebagai sosok perempuan dengan resiliensi tangguh di masa perang."

Dalam film ini, perang, krisis ekonomi, hingga cinta segitiga, dipertontonkan secara gamblang. Diperkuat arahan Roy Lolang dalam aspek sinematografi, film dengan rasio aspek 4:3 ini secara eksplisit membawa penonton ke sebuah periode kelam dengan penuh pengalaman. 

[Gambas:Instagram]

Film Perang Kota tayang di bioskop-bioskop Indonesia mulai 30 April 2025. Informasi lebih lengkap mengenai film Perang Kota dapat diakses melalui Instagram @perangkotafilm. 

(cxo/RIA)

Author

Editorial CXO Media

Description
We are a part of young generations that delivers inspiring, insightful, and entertaining content
NEW RELEASE
CXO SPECIALS