Interest | Art & Culture

Tentang Hetty Koes Endang dan Kover "Buih Jadi Permadani" Versi Keroncong

Senin, 16 Oct 2023 20:00 WIB
Tentang Hetty Koes Endang dan Kover
Foto: Istimewa
Jakarta -

Selepas berkunjung dari kawasan Bumi Serpong Damai (BSD), ada satu topik aneh yang tetiba muncul dan menarik untuk dibahas. Ialah penyanyi senior, Hetty Koes Endang, atau yang selama ini akrab dikenal dengan sebutan Bunda Hetty. Konon, menurut sedikit kesaksian beberapa teman, Bunda Hetty adalah salah satu artis yang mengangkat pamor pemukiman di sekitaran BSD, lantaran dirinya dan keluarga telah berdiam di sana dari zaman baheula.

Walau di mana tepatnya Bunda Hetty tinggal di BSD tidak pernah terbuktikan, memperbincangkan nama besar Hetty Koes Endang ternyata cukup seru. Hal ini tentu lebih berlaku bagi generasi '90-an akhir yang tumbuh di depan layar kaca, di mana Bunda Hetty dengan jambul hijabnya yang ikonik berhasil meninggalkan kesan familiar—karena perannya sebagai komentator untuk berbagai ajang tarik suara di salah satu stasiun televisi.

Namun demikian, kendati sangat akrab dengan nama besar Hetty Koes Endang, karya-karyanya justru terbilang asing di telinga. Tentu hal ini cukup ironis, mengingat penyanyi yang diplot sebagai salah satu diva keroncong tersebut punya segudang karya hit hingga karya yang klasik. Menariknya, ketika sedikit berselancar di laman pencarian, ternyata Bunda Hetty baru saja membuahkan satu single daur teranyar, yakni meng-cover tembang lawas "Buih Jadi Permadani" (1997), milik grup band asal Malaysia, Exists.

Selayang Pandang Hetty Koes Endang
Lahir di Jakarta 66 tahun yang lalu, penyanyi bernama asli Hetty Koes Madewi itu telah memulai karirnya sejak belia. Melansir Insertlive, dirinya sempat pula mengisahkan perjuangan menjadi penyanyi dari nol, sampai-sampai pernah sekali hanya dibayar 500 perak. Namanya sendiri perlahan melambung usai menjuarai sederet festival bernyanyi lokal dan nasional di medio 70an, hingga meraih predikat "Most Outstanding Performance" bersama Aji Bandi (pencipta lagu "Damai Tapi Gersang") sewaktu merepresentasikan Indonesia di WPSF Tokyo tahun 1977.

Dari sana, mengandalkan lengkingan suaranya yang khas, Bunda Hetty kian konsisten melantunkan nada-nada keroncong, khususnya dengan mendaur beberapa tembang popular di masa itu. Misalnya, menyanyikan ulang hit "Kemuning" (A. Riyanto, 1977), hingga "Dingin" (1979) dan "Bibir & Mata" (1984) milik Rinto Harahap. Tapaknya di blantika musik tanah air juga dilanjutkan dengan sumbangsihnya bersama Benyamin Sueb, lewat lagu "Galang Persatuan Sukseskan Pembangunan" untuk album kompilasi "plat merah" Lomba Cipta Lagu Pembangunan (1987).

Karir solonya lantas meledak di era 80an, setelah berhasil mempopularkan tembang "Demi Cinta Nih...Ye" (1985), atau album dan title track hit: Berdiri Bulu Romaku (1988) yang terjual jutaan kopi. Belum selesai di sana, berjalan bersama Musica Studios—yang menjadi label musiknya hingga saat ini—sang penyanyi berdarah Sunda-Minangkabau itu juga mempunyai sederet nomor pop-Sunda, pop-Minangkabau, dan keroncong yang tidak kalah fenomenal.

[Gambas:Instagram]

Keroncong Sepanjang Jalan
Pembawaan seorang Hetty Koes Endang sebagai komentator ajang pencarian bakat memang sulit untuk dikesampingkan. Namun, lebih dari itu, sudah sepatutnya Bunda Hetty lebih dikenal karena diskografi yang fantastis. Apalagi menurut catatan, dirinya sendiri telah ditahbiskan sebagai pemegang sebuah rekor MURI (2022) yang sulit dipatahkan, lantaran telah memproduksi sekitar 250 album musik selama 5 dekade berkarya.

Di masa ini, walaupun eksistensinya sebagai penyanyi kian termakan zaman, Bunda Hetty juga kembali mempertebal diskografinya dengan mendaur "Buih Jadi Permadani" dalam versi keroncong. Rilis di YouTube Musica Klasik, 29 Juli 2023 lalu, tembang lawas ciptaan Saari Amri bergaya khas Bunda Hetty itu pun telah diputar sebanyak ratusan ribu kali di sejumlah kanal musik digital.

Mengutip rilis resmi Musica Klasik, konon pemilihan lagu ini dikarenakan oleh kejelian seorang Hetty Koes Endang, yang merasakan absennya lagu-lagu keroncong di industri musik dalam negeri. "Bunda perhatikan selama ini kok lagu keroncong sudah lama kosong, tidak dibawakan lagi oleh penyanyi-penyanyi baru kita," katanya. "Oleh karena itu, Bunda berusaha menghidupkan kembali lagu keroncong lewat 'Buih Jadi Permadani' yang dibawakan dengan versi keroncong."

Kemudian, jika dilihat lebih cermat, kover lagu "Buih Jadi Permadani" ternyata juga menjadi sebuah kolaborasi terbaru Hetty Koes Endang bersama musisi tradisional lainnya, yakni Koko Thole, yang dikenal alunan campur sari pada karya-karyanya. Ditambah lagi, penyanyi yang sudah menjadi seorang nenek tersebut memang punya hubungan sentimental dengan negeri Jiran, karena pernah pula bermukim di sana untuk beberapa saat.

Ya, walaupun sebenarnya lagu "Buih Jadi Permadani" sudah banyak dibawakan ulang oleh banyak musisi, khususnya para penyanyi kover lintaskanal digital zaman sekarang, setidaknya versi keroncong kental a la Hetty Koes Endang ini bisa kembali meniupkan aroma murni pop-keroncong Indonesia yang pernah berjaya di masa lampau. Mungkin juga, kover "Buih Jadi Permadani" ini bisa mengubah benchmark-nya sebagai komentator, dan mengembalikan harkatnya sebagai penyanyi super produktif kepada para pendengar muda, yang juga patut menjejal irama-irama keemasan keroncong dan tidak berhenti pada adukan musik kontemporer serba viral di media sosial.

Last but not least, "Buih Jadi Permadani" exhibits Hetty Koes Endang's neverending allure.

[Gambas:Youtube]

(RIA/alm)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS