Inspire | Human Stories

Stigma Perempuan dan Makeup di Mata Masyarakat

Kamis, 26 Jan 2023 15:00 WIB
Stigma Perempuan dan Makeup di Mata Masyarakat
Foto: Pexels: Jose Musa
Jakarta -

Perempuan dan makeup kini sudah menjadi satu kesatuan yang sulit untuk dilepaskan. Meskipun tidak sedikit perempuan yang enggan untuk menggunakan makeup dengan lengkap from base to setting spray, paling tidak sentuhan lipstik dan goresan pensil alis menjadi suatu hal mendasar bagi mereka. Riasan wajah memang secara psikologis dapat meningkatkan self-esteem para penggunanya karena makeup dipercaya oleh peneliti dapat menyorot dan memperkuat fitur feminin pada perempuan.

Stigma Makeup bagi Perempuan

Pada dasarnya, perempuan dan laki-laki memiliki karakteristik wajah yang sama hingga masa pubertas, namun hormon testosteron pada laki-laki membuat mereka memiliki bentuk wajah yang lebih kasar dengan garis alis dan hidung yang lebih menonjol. Sebaliknya, perempuan justru memiliki bentuk hidung yang lebih kecil, tulang pipi menonjol, serta mata yang terlihat lebih besar karena alisnya tidak terlalu menonjol seperti laki-laki. Bulu mata perempuan juga lebih panjang dan bibirnya pun lebih sintal apabila dibandingkan dengan lawan jenisnya.

Sentuhan warna dari eyeshadow, eyeliner, serta maskara yang membuat mata terlihat semakin bersinar, blush yang menyorot tulang pipi, hingga goresan lipstik untuk membuat bibir terlihat semakin plump. Kosmetik-kosmetik ini merupakan sebuah hal yang revolusioner untuk lebih memamerkan karakteristik feminin pada perempuan.

Meskipun dengan fakta bahwa kepercayaan diri perempuan meningkat dengan adanya makeup, kebanyakan laki-laki justru malah cenderung tidak menyukai penggunaan makeup pada perempuan. Mayoritas pendapat laki-laki terhadap perempuan yang menggunakan riasan wajah setiap hari cenderung negatif dan meskipun perempuan merasa percaya diri dengan riasannya, laki-laki tidak setertarik itu dengan mereka dibandingkan dengan perempuan yang mengenakan less-makeup.

Pandangan Buruk Tentang Makeup

Hal ini dibuktikan oleh sebuah riset yang dilakukan oleh Bangor University dan Aberdeen University di Britania Raya. Riset ini menggunakan 44 foto perempuan berusia 20-an, mulai dari yang tidak menggunakan makeup, makeup tipis hingga makeup tebal layaknya mereka sedang menghadiri sebuah acara besar pada malam hari. Hasil dari riset ini menghasilkan sebanyak 60% responden lebih memilih foto perempuan yang tidak mengenakan makeup.

Stigma makeup pada perempuan sebenarnya sudah ada semenjak zaman Romawi kuno dan era Victoria di Britania Raya, di mana kosmetik selalu diasosiasikan oleh pekerja seks yang secara terus menerus dikaitkan dengan kurangnya moralitas. Pada masa Renaissance Italia, kecantikan seorang perempuan merefleksikan karakternya, sedangkan pekerja seks selalu identik dengan sebutan "painted women".

Hingga saat ini, stigma mengenai perempuan yang menggunakan makeup memang tidak sekejam masa lalu. Tetapi, ucapan-ucapan seperti "take a girl swimming on a first date" yang sering dibicarakan di internet oleh kalangan laki-laki serta reaksi "this is why I have trust issues" pada foto before and after makeup perempuan menimbulkan sebuah persepsi oleh masyarakat bahwa perempuan yang mengenakan riasan wajah membuat masyarakat dan laki-laki tidak mudah memercayai mereka.

Stigma makeup pada perempuan sempat dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan pada tahun 2017, dimana sebanyak 63% laki-laki percaya bahwa perempuan yang mengenakan makeup memiliki niat untuk menipu masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa laki-laki lebih memilih perempuan yang cantik secara natural tanpa mengenakan makeup sedikitpun. Layaknya yang dijelaskan oleh Dr Brooke Erin Duffy, associate professor di Cornell University, "Women are expected to be effortlessly, naturally beautiful in a way that requires things like makeup and filters, but if you go too far you are seen as a fake, a fraud or narcissistic. This sets women up for intense scrutiny, and ultimately failure."

Perempuan pun kini paham dengan adanya stigma dan pandangan masyarakat terhadap makeup, sehingga kini perempuan berusaha untuk mengurangi penggunaan makeup dengan produk-produk yang mendukung mereka untuk terlihat tetap natural. No-makeup makeup look merupakan sebuah gebrakan yang mendunia, di mana perempuan hanya menggunakan makeup seminim mungkin hanya untuk sekadar menutupi kekurangan pada bagian wajahnya seperti bekas jerawat, lingkaran hitam pada mata dan yang lain-lainnya.

Makeup adalah sebuah bentuk empowerment untuk perempuan dan segala jenis makeup baik itu smokey maupun no-makeup makeup adalah sebuah seni tersendiri bagi mereka yang mengapresiasinya. Perempuan memiliki kebebasan untuk mengekspresikan dirinya dengan berbagai cara tanpa harus takut untuk dianggap buruk oleh masyarakat. Apabila kita sebagai perempuan merasa nyaman dan percaya diri dengan mengenakan makeup sebanyak mungkin, anggapan buruk dari masyarakat seharusnya tidak perlu kita pikirkan, bukan? Lagipula, kenapa dorongan untuk menjadi autentik selalu dijatuhkan lebih berat pada perempuan?

Be kind to yourself and the makeup products you bought with your own money. The freedom of wearing much or little makeup is entirely yours.

[Gambas:Audio CXO]

(DIP/alm)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS