Perfilman Indonesia kembali mencatatkan prestasi di kancah internasional. Film terbaru Wregas Bhanuteja, Para Perasuk, resmi terpilih untuk world premiere dan berkompetisi di World Cinema Dramatic Competition Sundance Film Festival 2026.
Pencapaian ini menempatkan film produksi Rekata Studio tersebut sebagai satu dari hanya 10 film internasional terpilih dari total 16.201 submissions (termasuk 2.579 film panjang internasional) dari 164 negara.
Dari Penyalin Cahaya hingga Para Perasuk
Para Perasuk adalah film panjang ketiga Wregas Bhanuteja—yang siap tayang tahun depan-menyusul kesuksesan Penyalin Cahaya (2021) dan Budi Pekerti (2023). Kali ini, sang sutradara kelahiran 1992 tersebut mengambil genre drama supranatural yang memadukan elemen fantasi, psikologis, dan lintas seni.
Para Perasuk sendiri mengikuti kisah Bayu (diperankan Angga Yunanda), pemuda yang bertekad menjadi perasuk andal di desanya, Latas—sebuah desa di pinggiran kota kecil yang dikenal dengan pesta kerasukan tradisionalnya.
Kisah Bayu beranjak seru ketika mata air suci tempat para perasuk mencari roh menghadapi ancaman, dan bertekad menjadi pemimpin pesta kerasukan untuk penggalangan dana besar-besaran. Namun, dalam perjalanannya, ia menemukan bahwa ambisi saja tidak cukup untuk menjadikannya perasuk sekaligus penyelamat rumahnya.
Film ini ditulis bersama Alicia Angelina dan Defi Mahendra, diproduseri oleh Siera Tamihardja, Iman Usman, dan Amalia Rusdi, serta merupakan ko-produksi Indonesia, Singapura, Prancis, dan Taiwan.
Membalik Perspektif tentang Kerasukan
Keberhasilan Para Perasuk menembus Sundance International Film Festival, yang dikenal sebagai festival film independen terbesar di dunia, bukanlah keberuntungan semata. Film ini memiliki pendekatan yang cermat, mengedepankan daya tarik cerita lokal Indonesia tanpa menjadi banal dan sulit dicerna secara global.
Pendekatan unik Wregas dalam Para Perasuk tampak dari upayanya membalik narasi populer tentang kerasukan, yang cenderung sebagai senjata penebar rasa takut massal.
"Film ini dihadirkan dengan humanis dan memperlihatkan sisi kemanusiaan dari orang-orang yang terlibat dalam pesta kerasukan. Saya ingin menggambarkan bahwa kerasukan adalah cara untuk meraih kebahagiaan bagi masyarakat setempat, sarana melepas beban dari keseharian," kata Wregas.
Meskipun setting-nya fiktif, tradisi kerasukan memang ditemui di berbagai belahan Indonesia, bahkan dunia. Pendekatan yang dipilih Wregas ini membuat ceritanya tidak sekadar berbicara kepada penonton lokal, tetapi juga relevan bagi siapa saja yang memahami kebutuhan manusia akan ritual, komunitas, dan pelepasan emosional.
Ditambah lagi, film ini turut menghadirkan jajaran aktor terkemuka generasi saat ini: Angga Yunanda, Maudy Ayunda, Bryan Domani, dan Chicco Kurniawan. Dan, yang penting untuk dicatat, Para Perasuk juga menandai debut superstar internasional Anggun dalam film panjang Indonesia.
Menurut Wregas, Angga Yunanda, yang sebelumnya berkolaborasi dengan Wregas di Budi Pekerti dan mendapat nominasi Piala Citra, dipilih karena punya etos disiplin serta komitmen keaktoran yang terus bertumbuh.
"Bekerja sama kembali dengan Wregas dan memerankan karakter baru sebagai Bayu membawa saya ke perjalanan baru dalam mengeksplorasi keaktoran," ujar Angga. "Di film ini, saya dituntut untuk menampilkan sisi yang sebelumnya belum pernah saya eksplorasi."
Panen Prestasi Sebelum Tayang
Sebelum terpilih di Sundance, Para Perasuk telah meraih CJ ENM Award pada Asian Project Market yang menjadi rangkaian Busan International Film Festival (BIFF) 2024. Ini bukan pertama kalinya karya Wregas berkompetisi di Sundance—film pendeknya, Tak Ada yang Gila di Kota Ini, pernah berkompetisi di Sundance 2020 dalam program International Narrative Short Films.
"Kami selalu percaya bahwa cerita Indonesia punya ruang besar untuk berdiri sejajar di panggung dunia," kata produser Iman Usman. "Setelah proses yang panjang, kami bangga mengumumkan bahwa Para Perasuk terpilih sebagai satu dari hanya sepuluh film internasional yang berkompetisi di World Cinema Dramatic Competition Sundance 2026, salah satu section kompetisi paling bergengsi di Sundance."
Pencapaian Para Perasuk bukan hanya prestasi individual Wregas atau Rekata Studio, tetapi juga validasi bahwa sinema Indonesia memiliki kapasitas untuk berbicara dalam bahasa sinematik yang dipahami secara global tanpa kehilangan identitas lokalnya. Tradisi kerasukan yang mungkin dianggap "terlalu lokal" atau "terlalu mistis" justru menjadi kekuatan ketika didekati dengan perspektif yang humanis dan universal.
Film ini dijadwalkan tayang di bioskop Indonesia setelah pemutaran perdana di Sundance. Bagi pecinta film Indonesia, Para Perasuk mungkin bisa jadi pengingat bahwa cerita-cerita yang punya lokalitas tinggi juga layak dipresentasikan dan dirayakan hingga ke panggung dunia.
Para Perasuk akan tayang perdana di Sundance Film Festival 2026 pada 22 Januari-1 Februari 2026, dan segera tayang di bioskop Indonesia. Informasi lebih lanjut dapat diakses melalui @filmparaperasuk dan @rekatastudio.
(cxo/RIA)