Interest | Wellness

Mengenal Diri dengan Detoks Media Sosial: Semua Berhak Bahagia!

Sabtu, 05 Jul 2025 18:00 WIB
Mengenal Diri dengan Detoks Media Sosial: Semua Berhak Bahagia!
Ilustrasi Detoks Media Sosial. Foto: Shutterstock
Jakarta -

Mendapatkan segala informasi kini hanya tinggal menggunakan satu barang, gadget. Tren yang sedang hits di Tiktok, fashion celana gombrong yang banyak dijual di Blok M, tempat ngopi favorit hingga to do list ketika bepergian ke tempat hidden gem, informasi ini hanya bisa kamu dapatkan lewat gadget yang terhubung dengan media sosial.

Melansir CNN, berdasarkan survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) jumlah pengguna internet di Indonesia tahun 2024 tembus 221 juta jiwa dari total 270 juta jiwa penduduk Indonesia. Selain itu, dari hasil survei penetrasi internet Indonesia 2024 yang dirilis APJII, tingkat penetrasi internet Indonesia menyentuh angka 79,5%.

Jika membayangkan berapa banyak jumlah tersebut, mari berpikir sejenak, bagaimana jika kamu hidup tanpa gadget, internet dan media sosial? Seperti apa kehidupan sebelum itu?

.Ilustrasi bermedia sosial/ Foto: Eren Li/Pexels

Kala Koneksi Makin Cepat, Hati Semakin Sepi

Mengirim surat untuk orang terkasih nan jauh di sana, yang sudah pasti akan lama terbalaskan. Bukan soal enggan tapi karena memang harus menunggu diantar kantor pos. Jika dibandingkan dengan zaman sekarang yang tinggal menunggu si dia membalas pesan lewat Whatsapp atau bisa menggunakan fitur Video Call jika rindu melanda untuk melihat wajahnya.

Kini, setiap lini kehidupan kamu terhubung dengan media sosial. Mau kuliah perlu Instagram untuk upload kegiatan atau tugas, untuk pekerjaan perlu Whatsapp untuk bertukar pesan dengan atasan. Lalu, cara bersosialisai kamu juga ditentukan oleh seberapa banyak followers atau yang berinteraksi lewat Direct Message (DM) atau timeline.

Semuanya nampak cepat, scroll sampai lupa waktu, sampai kamu tidak bisa mengenali moodswing kamu ditentukan oleh seberapa "serunya" konten-konten itu. Dampak cemas yang ditimbulkan media sosial juga tidak main-main.

Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Michigan membuktikan bahwa semakin sering kamu bercengkerama di laman media sosial, kamu akan semakin merasa kurang bahagia. Studi ini diperkuat dengan penelitian sejenis yang dilakukan oleh Universitas Pittsburgh yang mengungkapkan bahwa semakin lama seseorang menghabiskan waktunya dengan mengakses media sosial, mereka akan semakin merasa terisolasi dari dunia luar.

"Kok aku gendutan ya?" hal itu terlontar ketika melihat beauty vlogger yang sedang endorse baju tidur", "Kok dia lebih sukses dari aku ya?" saat melihat teman sebaya yang posting mobil mewah di Instagram. Setelahnya, kamu jadi terus berupaya terus menerus untuk mewujudkan bahwa kehidupanmu

lebih baik, sementara yang pasti jalan kehidupan seseorang itu berbeda-beda namun kamu tetap menunjukkannya, seberapa eksis dan seru hidupmu di media sosial. Akhirnya, sebuah lingkaran yang tidak akan pernah usai, manusia tidak akan pernah puas.

Dalam film dokumenter The Social Dilemma juga diungkapkan tentang bahaya media sosial, melalui gadget yang ada di genggaman kita, notifikasi yang bisa mengurangi produktivitas maupun merusak interaksi sosial kita di kehidupan nyata. Algoritma yang dibuat oleh orang-orang yang ada di balik Instagram, TikTok, Twitter, dan lain sebagainya yang mengumpulkan data pengguna untuk merancang konten yang sesuai dengan preferensi dan perilaku kamu yang secara cara tidak sadar menjebak kamu.

If the product is free, you are the productThe Social Dilemma



Waktunya Rehat: Panduan Singkat Detoks Digital

Dikutip Harvard Summer School dalam blog yang berjudul Need a Break from Social Media? Here's Why You Should - and How to Do It. Berikut beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk Detoks Media Sosial.

  1. Jauhkan gadget dari jangkauan
    Yang pertama mudah, namun nyatanya sulit dilakukan. Karena terbiasa berinteraksi dengan kawan atau sekedar lihat konten lucu untuk mengisi hari. Tapi yang terpenting adalah memiliki kesadaran bahwa untuk memulai detoks perlu membuat batasan yang jelas. Jika biasa meletakkan di bawah bantal saat tidur, mulai sekarang kamu bisa meletakannya di dalam laci meja.
  2. Pasang timer untuk akses media sosial
    Cara efisien berikutnya ialah dengan membatasi penggunaan sekitar 30 menit hingga satu jam setiap hari, namun jika sulit bisa dilakukan perlahan. Misalnya hari ini sebanyak 4 jam dalam sehari, berikutnya 3 jam sehari dan seterusnya.
  3. Matikan notifikasi
    Sering kali kamu cek ponsel jika ada notifikasi masuk betul kan? Jika tidak ada yang penting, kamu abaikan dan kembali melanjutkan aktivitas. Namun dengan matikan notifikasi, kamu benar-benar bisa fokus dalam menjalani kegiatan, tidak terganggu olehnya.

  4. Buat area "Bebas gawai"
    Mungkin terdengar konyol cara ini, kamu perlu menentukan tempat mana yang tidak boleh seseorang dalam satu rumah itu termasuk kamu menggunakan ponsel. Entah di ruang tamu, atau di ruang makan.

  5. Hapus aplikasi
    Cara terakhir ini memang ekstrem, dengan menghapus aplikasi media sosial. Kamu tidak perlu lagi khawatir tentang notifikasi, konten apa yang ingin kamu upload, dan sebagainya.

Dari itu semua, intinya kamu harus terbiasa untuk memiliki kontrol penuh terhadap media sosial. Mau buang-buang waktu untuk terjebak dalam kehidupan yang penuh ilusi atau hidup bahagia. Itu pilihanmu sendiri.


Penulis: Muhammad Ridho Fachrezi Hafidz
Editor: Dian Rosalina

*Segala pandangan dan opini yang disampaikan dalam tulisan ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis dan tidak mencerminkan pandangan resmi institusi atau pihak media online.*

(ktr/DIR)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS