Interest | Wellness

Gaslighting, Manipulasi Psikologis yang Muncul dari Relasi Kuasa

Selasa, 19 Mar 2024 18:00 WIB
Gaslighting, Manipulasi Psikologis yang Muncul dari Relasi Kuasa
Foto: Unsplash
Jakarta -

Pada tahun 2022, "gaslighting" mendapat predikat sebagai Word of the Year versi Merriam-Webster. Tapi, dengan banyaknya penggunaan kata gaslighting di media sosial, kata ini seringkali disalahartikan. Gaslighting tidak sesederhana berbohong, menyangkal kesalahan, atau berperilaku defensif. Gaslighting adalah istilah psikologis untuk teknik manipulasi yang bertujuan membuat orang lain meragukan diri mereka dan persepsi mereka terhadap realita.

Istilah gaslighting diambil dari film Gaslight (1944) yang bercerita tentang sepasang suami istri yang baru saja menikah bernama Paula (Ingrid Bergman) dan Gregory (Charles Boyer). Gregory kemudian mengisolasi Paula dari dunia luar dan membuat Paula meragukan akal sehatnya. Salah satu taktik yang dilakukan Gregory adalah meredupkan cahaya lampu, lalu mengatakan bahwa Paula mengimajinasikan hal tersebut.

Selain manipulasi, pelaku gaslighting biasanya juga memiliki tujuan untuk mempertahankan kontrol dan kuasa mereka terhadap orang lain yang menjadi korban. Pada umumnya, gaslighting banyak terjadi dalam hubungan asmara yang abusive. Tapi, pelaku gaslighting bisa siapa saja, mulai dari teman, anggota keluarga, hingga atasan di tempat kerja.

Meski gaslighting adalah istilah psikologis, tapi gaslighting juga dikategorikan sebagai fenomena sosial. Menurut sosiolog Paige Sweet, keberhasilan dari gaslighting juga bergantung pada kondisi ketidaksetaraan, sehingga mereka yang melakukan gaslighting biasanya adalah orang yang memiliki kuasa lebih dan memanfaatkan posisi rentan korban untuk memanipulasi persepsi mereka terhadap apa yang sebenarnya terjadi.

Lalu, bagaimana kita mengetahui jika seseorang sedang melakukan gaslighting? Dilansir Very Well Mind, berikut adalah tanda-tandanya:

Berbohong

Pelaku gaslighting akan melakukan apa saja untuk membuat korban meragukan persepsi mereka terhadap realita, termasuk berbohong dan membuat cerita versi mereka sendiri   yang sebenarnya tidak sesuai dengan kenyataan. Meskipun kamu sudah memberikan bukti bahwa mereka berbohong, mereka akan tetap menyangkalnya dengan menuduh kamu sedang mengada-ngada.

Meremehkan perasaan korban

Gaslighting bisa dikatakan berhasil apabila korban mencapai tahap di mana mereka meragukan diri mereka sendiri, termasuk apa yang mereka pikirkan dan rasakan. Untuk sampai di sini, biasanya pelaku akan meremehkan perasaan yang diekspresikan oleh korban, misalnya dengan mengatakan bahwa mereka sensitif atau berlebihan.

Melempar kesalahan

Pelaku gaslighting tidak akan pernah mengakui kesalahan yang mereka perbuat. Salah satu taktik untuk memanipulasi korban adalah dengan membuat mereka berpikir merekalah yang bersalah. Ketika dikonfrontasi, pelaku akan memutar balik cerita sehingga membuat kesan bahwa korbanlah yang bersalah dan menyebabkan pelaku berperilaku seperti itu.

Mendiskreditkan korban

Untuk membuat korban benar-benar meragukan mereka sendiri, pelaku gaslighting juga akan mendiskreditkan korban di hadapan orang lain. Upaya pendiskreditan ini biasanya berkedok kepedulian terhadap korban, seperti mengatakan bahwa korban "sedang tidak stabil" kepada orang lain. Dengan demikian, korban tidak akan memiliki siapa pun yang bisa memvalidasi dirinya.

Meski demikian, teknik gaslighting yang bertujuan untuk memanipulasi realita dari korban akan membuat perilaku ini sulit untuk diidentifikasi-sebab mana yang kenyataan dan mana yang bukan menjadi terdistorsi. Sebagai panduan tambahan, gaslighting juga bisa diidentifikasi melalui apa yang dirasakan korban setelah berinteraksi dengan pelaku, seperti:

  • Mempertanyakan persepsi terhadap apa yang terjadi
  • Merasa rentan dan insecure
  • Merasa tidak berdaya
  • Mempertanyakan kredibilitas diri sendiri
  • Merasa bingung karena tidak tahu cerita versi siapa yang bisa dipercaya
  • Meminta maaf terus-menerus
  • Kesulitan membuat keputusan karena tidak percaya terhadap diri sendiri

Jika kamu merasa hal-hal di atas, segera lakukan beberapa langkah. Pertama, buat jarak dengan pelaku dan tetapkan boundaries. Kedua, kumpulkan bukti-bukti perilaku gaslighting yang bisa terdokumentasikan seperti chat history. Ketiga, cari pendapat dari pihak ketiga seperti anggota keluarga atau teman yang bisa kamu percaya.

Apabila pelaku gaslighting bisa diajak berdiskusi, segera konfrontasi mereka dan tetap pertahankan penilaianmu mengenai situasi yang sedang terjadi. Namun apabila mereka tidak bisa diajak berdiskusi dan kamu merasa sedang di-gaslight, segera cari bantuan profesional ke psikolog. Sebab, apabila tidak ditangani, gaslighting bisa menyebabkan korban mengalami gangguan kesehatan mental.

[Gambas:Audio CXO]

(ANL/alm)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS