Interest | Wellness

Erotomania: Ketika Yakin Dicintai Ternyata Cuma Delusi

Jumat, 02 Dec 2022 13:14 WIB
Erotomania: Ketika Yakin Dicintai Ternyata Cuma Delusi
Foto: Freepik
Jakarta -

Semua orang butuh cinta, dan semua orang ingin dicintai oleh orang lain dalam hidupnya. Tapi, bila keinginan ini berubah jadi obsesif sampai-sampai menimbulkan delusi bahwa semua orang bahkan para orang terkenal seperti selebriti, orang kaya, atau orang dengan posisi tinggi punya perasaan khusus pada mereka, ini sudah tidak normal. Kondisi seperti ini dikenal sebagai sindrom erotomania.

Dilansir WebMD, para pengidap erotomania sangat yakin bahwa mereka sedang menjalin hubungan cinta dengan seseorang yang terkenal dan mereka begitu dicintai oleh orang tersebut. Seseorang dengan kondisi ini mungkin percaya bahwa orang lain sedang mencoba mengirimi mereka pesan rahasia lewat berita atau telepati.

Gangguan mental ini sebenarnya jarang terjadi, tapi biasanya terkait dengan kondisi kesehatan mental lainnya, seperti skizofrenia atau gangguan bipolar. Kondisi ini bisa bertahan selama berminggu-minggu atau bertahun-tahun.

Gejala utamanya adalah keyakinan yang salah bahwa seseorang sangat obsesif dan mencintai mereka. Mereka akan mencoba terus bicara tentang orang tersebut berulang-ulang dan mungkin juga terobsesi untuk mencoba bertemu atau berkomunikasi dengan orang tersebut agar mereka bisa bersama. Namun, saat orang mencoba untuk memberitahu bahwa apa yang dialami mereka adalah delusi semata, mereka akan marah dan menganggap kamu adalah penghalang cinta mereka.

Kenali Penyebab dan Bahayanya

Saat seseorang mengalami gangguan delusi, mereka mungkin tidak memproses isyarat sosial dengan cara yang benar. Mereka mungkin salah membaca wajah atau bahasa tubuh seseorang. Selain itu, mereka mungkin berpikir bahwa orang tersebut menggoda mereka padahal itu cuma pikiran mereka saja. Seiring berjalannya waktu jika kondisi ini dibiarkan, pikiran ini akan berkembang dan menjadi delusi yang dipercayai oleh pengidap erotomania sebagai sebuah fakta.

Para ahli sendiri sebenarnya tidak yakin mengapa kondisi ini bisa terjadi pada seseorang. Tetapi jika kamu atau orang terdekatmu mempunyai kepercayaan diri yang rendah, kamu terus mengulang cerita ini pada diri sendiri untuk membuat dirimu merasa lebih baik karena masih ada yang mencintaimu di luar sana. Kondisi tersebut bisa diperparah oleh penggunaan media sosial yang berlebihan sehingga membuat mereka lebih yakin dengan delusi tersebut.

Tak hanya itu, stres juga bisa memicu erotomania. Jika mereka kehilangan seseorang yang dekat dengan mereka, seperti keluarga atau teman dekat, mereka mungkin akan mencari rasa aman dari orang yang punya power. Mereka mungkin mengira orang-orang tersebut mengawasi dan peduli terhadap kondisi mereka. Lantas, apakah para pengidap erotomania ini berbahaya?

Bisa saja. Sebab, orang yang mengalami erotomania merasa mereka begitu dicintai oleh banyak orang, sehingga ketika ada orang lain yang tidak mereka kenal mencoba bicara pada mereka dengan normal, mereka masih berpikir bahwa orang tersebut menyapa karena terobesi dengan mereka. Dalam kasus ini, hal tersebut bisa menyebabkan tuduhan menguntit atau pelecehan.

Erotomania sebenarnya tidak bisa dites, tetapi dokter atau terapis akan bertanya tentang penyakit mental apa yang sedang diidap. Terapis mungkin akan menyarankan kamu atau orang yang mengidap erotomania untuk melakukan terapi bicara dan meresepkan obat, tapi bila sulit terkontrol, pengidap erotomania kemungkinan harus mendapatkan perawatan di rumah sakit.

[Gambas:Audio CXO]

(DIR/alm)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS