Interest | Wellness

Camilan Serangga, Bisakah Dijadikan Sebagai Sustainable Food?

Selasa, 29 Mar 2022 16:00 WIB
Camilan Serangga, Bisakah Dijadikan Sebagai Sustainable Food?
Foto: Adobe Stock
Jakarta -

Kawasan tropis merupakan daerah idaman untuk kehidupan para serangga. Maka dari itu, camilan yang diolah dari serangga banyak beredar dan menjadi salah satu bagian kuliner Asia. Di Tiongkok maupun Thailand, makanan ini mudah ditemukan di kawasan pasar street food. Mulai dari belalang, jangkrik, ulat sutera, hingga kalajengking yang telah dibumbui dengan rempah-rempah. Di Indonesia pun, banyak serangga yang sudah diolah menjadi camilan lezat seperti peyek laron, ulat sagu, keripik jangkrik, dan lainnya.

Secara definisi, pangan berkelanjutan atau sustainable food merupakan siklus produksi makanan yang memiliki dampak paling minim terhadap lingkungan. Melihat jumlahnya yang mudah dikembangbiakkan, diikuti dengan pakan, tanah, dan air yang jauh lebih sedikit dibutuhkan untuk mengembangbiakan serangga-serangga ini, tak heran mereka dapat bertahan hidup dibanding ternak lainnya. Sehingga mereka dianggap bisa dijadikan bahanĀ makanan yang tergolong ke dalam pangan berkelanjutan. Ditambah lagi gas emisi yang disumbangkan juga tidak seberapa.

Meski terdengar cukup ganjil hingga menjijikan, makanan yang diolah dari serangga, beberapa di antaranya memiliki kandungan yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Faktanya, serangga yang dapat dikonsumsi kaya akan nutrisi, vitamin B12, zat besi, asam lemak omega-3 dan omega-6, asam amino, hingga antioksidan. Kandungan kitin yang ada dalam serangga merupakan prebiotik yang berfungsi untuk menjaga kesehatan pencernaan. Beberapa riset juga menyatakan bahwa makanan serangga ini dapat membantu dalam penurunan berat badan karena kaya akan protein.

Jika dibandingkan dengan sumber protein lain, serangga memegang posisi yang setara dengan ikan, yaitu hingga 80 persen kandungan protein. Angka ini cukupĀ signifikan di antara makanan lain seperti ayam (43 persen protein), kacang-kacangan (20 persen protein), telur (46 persen protein), ataupun daging sapi (54 persen protein). Seperti yang diketahui, makanan kaya akan protein dapat membantu meningkatkan kekebalan tubuh dan menghasilkan enzim yang berguna untuk melindungi fungsi sel dan organ tubuh.

Sehingga, camilan serangga ini merupakan makanan penuh manfaat tidak hanya bagi kesehatan manusia, tapi juga untuk kelangsungan lingkungan. Lantas, bisakah makanan ini menjadi alternatif santapan camilan keseharian?

Oh, sungguh mungkin! Nyatanya, makanan dari serangga diperkirakan dapat menjadi sumber energi terbarukan, dimana setiap dua tahunnya telah diselenggarakan konferensi dunia dihadiri oleh ilmuwan pengkaji serangga di bidang pangan dibawah naungan Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO). Di Uni Eropa juga terdapat organisasi non-profit yang mendukung penggunaan serangga untuk konsumsi manusia, yakni the International Platform for Insects for Food and Feed (IPIFF).

Saat ini, diperkirakanĀ sebesar 2 milyar penduduk dunia yang mengkonsumsi serangga secara reguler, termasuk di Indonesia. Dengan berbagai kelebihannya, tidak heran bahwa serangga menjadi sorotan dunia sebagai sumber protein masa depan yang sudah dikategorikan sebagai future mini-livestock dunia. Dengan populasi dunia yang semakin meningkat, kedepannya mungkin kita akan menemukan camilan serangga sebagai makanan yang lazim beredar di sekitar. Mari kita tunggu tanggal mainnya!

[Gambas:Audio CXO]



(HAI/DIR)

Author

Hani Indita

NEW RELEASE
CXO SPECIALS