Interest | Wellness

Kami Mencoba: Seminggu Tanpa Nasi

Jumat, 14 Jan 2022 17:44 WIB
Kami Mencoba: Seminggu Tanpa Nasi
Foto: Vie Studio/Pexels
Jakarta -

For Asians, rice is fundamental. Sembilan puluh persen populasi sawah padi berada di wilayah Asia. Sehingga, wajar jika nasi merupakan hidangan utama di negara-negara Asia, sebagaimana nasi tersebut dapat diolah menjadi hidangan lezat seperti bubur, nasi hainan, nasi goreng, nasi tim, sushi, bibimbap, nasi kebuli, dan lain sebagainya. You can never go wrong with rice! Even if you only savor it with an omelette along with a hot sauce on the side.

Ayah saya, terutama, biasanya mencibir pilihan restoran kami pada makan malam keluarga kalau di restorannya tidak tersedia menu nasi, karena menurutnya, "belum makan namanya kalau belum ketemu nasi." Dari kecil, Saya sudah terbiasa dengan makan nasi sebagai lauk sehari-hari. Belum lagi adanya teguran dari Mama untuk menghabiskan seluruh butir nasi yang ada di piring kalau tidak mau "nasinya menangis." Sehingga, cukup menantang rasanya untuk menjalani satu minggu tanpa makan nasi. Tujuannya bukan untuk diet, melainkan rasa penasaran; apa yang akan terjadi kepada tubuh saya yang selama 23 tahun sudah terbiasa makan nasi setiap harinya?

Diksha Chhabra, seorang ahli gizi dan kebugaran menjelaskan bahwa fungsi karbohidrat yang tertera dalam nasi berguna untuk memberi energi pada tubuh dan membantu fungsi tubuh untuk dapat terus berjalan. Sehingga, saat seseorang sedang mengurangi asupan nasi, berkurangnya asupan karbohidrat biasanya menyebabkan tubuh kekurangan energi. Dalam situasi ini, tubuh akan beralih pada protein dalam tubuh untuk menjadikannya sebagai sumber energi. Hal ini dapat berdampak buruk pada fungsi ginjal dan sistem pencernaan. Maka dari itu, baiknya asupan karbohidrat tidak dihilangkan, tapi diganti oleh alternatif lain seperti roti, kacang-kacangan, kentang, ubi, jagung, dan makanan lainnya yang dapat menjadi sumber karbohidrat pengganti nasi.

Saya melakukan percobaan selama seminggu, terhitung dari 29 Desember 2021 hingga 5 Januari 2022. Jadi, bertepatan waktunya dengan malam tahun baru, yang sewaktu itu dirayakan bersama teman-teman dan keluarga saya dengan makan-makan. Walaupun saya cukup kenyang dengan santapan daging barbecue dan semangkuk tomyam seafood, saya yang sedang menjalani pantangan makan nasi beberapa kali sempat tergoda dengan menu makanan tahun baru dari ketoprak, lontong, hingga nasi kuning.

Selama seminggu menu makanan yang saya makan adalah dimsum, nugget, ayam, kentang goreng, mie, tekwan, daging, jagung, telur rebus, dan kue manis diikuti dengan buah-buahan seperti mangga, semangka, jeruk, dan jambu air. Meskipun banyak pilihan makanan selain nasi, tapi rasanya kalau tanpa nasi, piring jadi kurang komplit-kurang nendang.

The result? Not so significant-I wasn't feeling like I'm suffering, nor seeing myself attached to this sudden change in my eating pattern. Yang sulit adalah menentukan menu makan siang dan makan malam karena dari kecil sudah terbiasa ditemani nasi. Since I didn't lose much of my carbohydrates intake by switching rice to other alternatives, I didn't experience a weight loss. In fact, I gained a kilogram! Kenaikan badan memang tidak signifikan, mungkin karena singkatnya periode percobaan. Meskipun begitu, seminggu tanpa nasi adalah pengalaman yang cukup terasa, sih. Hence, from this experience I can conclude that I won't ever be ready to part my way with rice!

[Gambas:Audio CXO]



(HAI/MEL)

Author

Hani Indita

NEW RELEASE
CXO SPECIALS