Insight | Science

Zealandia, Benua Kedelapan yang Hilang Akhirnya Dipetakan

Kamis, 05 Oct 2023 17:00 WIB
Zealandia, Benua Kedelapan yang Hilang Akhirnya Dipetakan
Foto: CXO Media
Jakarta -

Pada tahun 2017, sekelompok ilmuwan dari GNS Science yang bermarkas di Selandia Baru mengemukakan sebuah temuan yang menarik: peta dunia yang selama ini kita gunakan dan pelajari tidaklah lengkap. Ada benua kedelapan yang menghilang lantaran tenggelam di bawah permukaan laut. Benua tersebut bernama Zealandia, atau yang dikenal sebagai Te Riu-a-Māui dalam bahasa Maori. Baru-baru ini, mereka kembali membuat terobosan. Zealandia yang selama ini masih diselimuti misteri akhirnya berhasil dipetakan.

Zealandia sebenarnya tidak sepenuhnya menghilang dari permukaan, 95% bagian dari benua ini tenggelam dan sisanya merupakan daratan yang sekarang kita kenal sebagai New Zealand dan New Caledonia. Benua ini diperkirakan memiliki luas hingga 5 juta kilometer persegi, enam kali lipat dari luas Madagaskar. Bagaimana benua ini bisa terbentuk sampai akhirnya tenggelam?

Butuh 375 Tahun Hingga Zealandia Ditemukan

Spekulasi mengenai keberadaan Zealandia sudah muncul sejak era Kekaisaran Romawi, ketika ahli geografi dan astronomi bernama Ptolemeus berteori bahwa di dunia belahan selatan terdapat daratan yang menyeimbangi benua di bagian utara. Namun saat itu, benua imajiner ini dalam disebut sebagai Terra Australis Incognita dalam bahasa latin, yang berarti "Tanah Selatan yang Tidak Diketahui".

Tahun 1642, seorang penjelajah kelahiran Belanda bernama Abel Tasman bertekad untuk menemukan keberadaan benua itu. Dari Batavia, ia berangkat dengan dua kapal kecil hingga akhirnya tiba di selatan Selandia Baru. Namun, daratan yang terhampar di depannya lebih kecil dari yang ia bayangkan. Pertempuran pun pecah antara rombongan Tasman dengan suku Maori yang mendiami daratan tersebut. Tasman akhirnya memutuskan untuk pulang dan tak pernah kembali ke sana.

Kendati demikian, banyak penjelajah dan peneliti yang mengikuti jejak Tasman untuk menemukan serta meneliti benua selatan yang misterius tersebut. Pada 1995, seorang ahli geofisika Amerika bernama Bruce Luyendyk memberi nama benua ini "Zealandia" dan digunakan hingga sekarang. 375 tahun kemudian, teori yang ingin dibuktikan oleh Tasman akhirnya menjadi kenyataan. Selandia Baru nyatanya merupakan sebagian kecil dari benua yang lebih luas.

Ada beberapa temuan yang membuktikan bahwa daratan yang terendam di bawah perairan Selandia Baru merupakan sebuah benua. Pertama, daratan yang terendam ini berada di kedalaman 1000 meter di bawah permukaan laut-jauh lebih dangkal dibandingkan kerak samudera di sekitarnya yang berada 3000 meter lebih dalam. Kedua, batuan yang diambil dari Zealandia memiliki komposisi yang berbeda dengan batuan dari kerak samudera. Kerak samudera terbuat dari batu basal, sedangkan sampel yang diambil menunjukkan Zealandia terdiri dari komposisi yang bervariasi; seperti granit, batu gamping, serta batu pasir-yang lazim ditemui dalam kerak benua.

Menurut Nick Mortimer, salah satu peneliti yang memetakan Zealandia, benua ini terbentuk 85 juta tahun yang lalu ketika superbenua Gondwana terpecah dan membentuk benua-benua yang kita kenal hari ini. Namun, ketika terpecah, Zealandia mengalami peregangan yang membuat keraknya menipis. Maka dari itu, sebagian besar daratan benua ini pun akhirnya tenggelam seiring waktu.

Lalu apakah penemuan ini akan memberikan perubahan yang signifikan bagi pengetahuan geografi dunia? Berhubung daratannya terendam air, secara teknis temuan ini tidak terlalu berpengaruh bagi masyarakat global kecuali bagi ahli geografi dan geologi yang menjelajahi kelautan. Tetapi, apabila Selandia Baru mengklaim wilayah yang baru ditemukan ini, mereka bisa memperluas batas wilayah hingga enam kali lipat dan berhak untuk memanfaatkan sumber daya mineral serta minyak yang ada di dalamnya.

[Gambas:Audio CXO]

(ANL/alm)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS