Insight | Science

Hujan Buatan di Jakarta, Seberapa Efektif Atasi Polusi?

Selasa, 29 Aug 2023 17:30 WIB
Hujan Buatan di Jakarta, Seberapa Efektif Atasi Polusi?
Foto: Detikcom
Jakarta -

Meski masih musim kemarau, tapi Jakarta dan sekitarnya diguyur hujan pada Minggu (27/8/23). Namun, hujan ini bukan merupakan hujan alami, melainkan modifikasi cuaca yang dilakukan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebagai bagian dari upaya mengatasi polusi udara Jabodetabek. Hujan buatan ini merupakan siasat kesekian yang dipertanyakan efektivitasnya. Sebelumnya, Polda Metro Jaya sempat menyemprot air ke jalanan, yang kemudian dikritik oleh para ahli karena justru berpotensi meningkatkan polusi. Lantas, apakah hujan buatan adalah solusi yang kita butuhkan?

Meski namanya "hujan buatan", tapi proses yang terjadi bukanlah membuat hujan dari nol, melainkan mempercepat terjadinya hujan. Hal ini dilakukan dengan melakukan penyemaian di awan menggunakan bahan-bahan higroskopik yang menyerap air, sehingga proses pertumbuhan butir-butir hujan dalam awan akan meningkat. Hujan lebat yang turun kemarin dihasilkan dengan menyemai sebanyak 4.800 kilogram garam dan 800 kilogram kapur tohor ke awan kumulus dan stratokumulus.

Melansir detikcom, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, Fachri Radjab, mengatakan bahwa Teknik Modifikasi Cuaca (TMC) terbagi menjadi 2 tahap. Tahap pertama dilakukan dari 19-21 Agustus dengan basecamp di Bandara Husein Sastranegara, Bandung. Sedangkan, TMC tahap kedua dilakukan dari 24 Agustus hingga 2 September 2023 dengan basecamp di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta. Penyemaian pun berhasil, dan hujan akhirnya turun. Tapi apakah solusi ini efektif?

Secara teknis, tetesan hujan buatan memang dapat mengurangi polusi. Sebab, air hujan dapat menarik ratusan partikel PM2.5 (partikel polusi) saat bergerak melalui atmosfer sebelum jatuh ke tanah. Melalui proses coagulation atau pembekuan ini, jumlah partikel polusi yang ada di udara akhirnya bisa menurun, dan kualitas udara akan membaik. Tapi, semua ini bergantung pada intensitas hujan dan ukuran partikel polusi, dan konsentrasi polusi.

Melansir NAFAS, hujan buatan paling efektif mengurangi polusi dengan partikel yang lebih besar dari PM 2.5 ke atas, terutama partikel PM 10. Sementara itu, hujan hanya efektif mengurangi partikel PM 2.5 hingga sebesar 8.7%. Padahal, perhitungan kualitas udara didasarkan pada jumlah partikel PM 2.5.

Hujan buatan mungkin tidak terlalu efektif dalam mengurangi polusi, tapi setidaknya masih lebih berdampak dibandingkan menyemprot air ke jalanan. Meski demikian, solusi ini hanya bersifat sementara karena tidak mengatasi akar permasalahan, yaitu PLTU, aktivitas industri, dan intensitas kendaraan bermotor yang menjadi sumber polusi.

(ANL/alm)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS