Insight | Science

Rajin Belajar Tapi Nilai Turun? Hati-hati Kena Studyholism!

Rabu, 05 Oct 2022 17:00 WIB
Rajin Belajar Tapi Nilai Turun? Hati-hati Kena Studyholism!
Ilustrasi studyholism Foto: Unsplash
Jakarta -

Sejak kecil, kita selalu diberi petuah oleh orang dewasa-baik orang tua, tetangga, guru, pemuka agama, hingga politikus-untuk "rajin belajar". Rajin-rajinlah belajar, agar kelak nanti jadi orang sukses, katanya. Tentunya memiliki semangat belajar yang tinggi adalah sesuatu yang mulia, dan sudah selayaknya ditanamkan di benak generasi muda sejak dini. Namun, semangat belajar justru bisa redup ketika dihadapkan dengan situasi belajar yang penuh tekanan dan memicu stres. Tuntutan tinggi untuk meraih prestasi pun akhirnya mendorong studyholism di kalangan pelajar-yaitu kondisi 'gila belajar' yang sudah menjurus ke perilaku obsesif dan kecanduan.

Giat belajar berbeda dengan gila belajar. Apabila orang yang gila bekerja disebut sebagai workaholic, maka orang yang gila belajar disebut sebagai studyholic. Segala sesuatu yang dilakukan secara berlebihan pasti memiliki konsekuensi, termasuk belajar. Berdasarkan penelitian Loscalzo dan Giannini (2020) dari University of Florence, studyholic berkaitan dengan kelainan OCD (obsessive compulsive disorder). Sehingga, studyholic merupakan kondisi klinis yang berdampak buruk bagi kondisi fisik, mental, bahkan prestasi akademik.

.Ilustrasi belajar/ Foto: Belajar

Studyholism bisa mengganggu kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi. Gangguan tidur juga merupakan salah satu efek samping yang umum dari studyholism. Selain itu, kondisi ini justru bisa menyebabkan prestasi akademik menurun. Sebab, obsesi belajar tidak ada kaitannya dengan produktivitas akademik yang lebih tinggi. Meski demikian, terkadang sulit untuk membedakan mana yang giat belajar dan mana yang sudah termasuk studyholic.

Lalu, bagaimana caranya untuk mengetahui kapan kita sudah menjadi studyholic? Berikut adalah beberapa gejala atau ciri-ciri studyholism berdasarkan penelitian di atas:

.Ilustrasi studyholic/ Foto: Belajar

Paranoid mengenai hasil belajar

Orang yang memiliki studyholism akan merasa paranoid dengan hasil belajarnya, meskipun ia sudah belajar secara maksimal. Imbasnya, rasa khawatir ini akan menghantui di setiap waktu, bahkan ketika sedang bermain atau berlibur. Hal ini tentu berbeda dengan orang yang giat belajar. Orang yang giat belajar tidak akan dihantui oleh perasaan was-was dan tetap bisa menjalankan aktivitas lain selain belajar.

Selalu merasa cemas perihal prestasi belajar

Studyholism membuat orang merasa cemas, tegang, dan sulit untuk bersantai. Hal ini dipicu oleh rasa khawatir berlebih terhadap hasil belajar. Bisa jadi, ketika sedang berkumpul dengan orang-orang terdekat pun seorang studyholic akan sulit untuk tertawa dan bercanda seperti biasa. Sebaliknya, seseorang yang giat belajar akan merasa bangga dengan hasil belajarnya karena ia tahu sudah memberikan yang terbaik.

Sulit mengatur waktu hingga akhirnya merasa terbebani

Studyholism bisa membuat pelajar kesulitan dalam membagi waktu dan membuat skala prioritas. Sebab, yang ada di pikirannya hanya belajar, belajar, dan belajar. Akibatnya, ia akan merasa terbebani dengan tanggung jawab atau aktivitasnya yang lain. Hal ini bisa membuat produktivitas menurun.
Studyholism bukanlah praktek belajar yang sehat, dan harus segera diatasi. Setinggi-tingginya prestasi belajar, tidak akan membawa kebaikan bila menyebabkan gangguan terhadap kesehatan, apalagi mengganggu kehidupan sehari-hari. Apabila kalian merasa sudah menjadi studyholic, segera istirahatkan tubuh maupun pikiran dan tetapkan batasan agar tidak menjadi obsesi.

[Gambas:Audio CXO]

(ANL/DIR)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS