Inspire | Love & Relationship

Kenali Tanda-Tanda Kamu Mengalami Slow Dumping

Sabtu, 20 Apr 2024 17:00 WIB
Kenali Tanda-Tanda Kamu Mengalami Slow Dumping
Foto: Pexels: Rachel Claire
Jakarta -

Apakah saat ini kamu merasa pasanganmu jarang mengirim kabar lewat chat atau hanya memberikan perhatian sesekali lewat pertemuan singkat, lalu menghilang? Kalau kamu berada di situasi ini, mungkin saja kamu mengalami slow dumping.

Slow dumping adalah sebuah istilah yang mengarah pada mengakhiri suatu hubungan dengan perlahan. Situasi ini terjadi ketika seseorang mulai menjauhkan dirinya secara fisik dan emosional dari hubungan romantis seseorang atau persahabatan, alih-alih mengungkapkan keinginan untuk mengakhirinya.

Habis Manis Sepah Dibuang

Pakar hubungan Tautvydas Sutkus mengatakan bahwa slow dumping pada dasarnya adalah hubungan yang tidak berbeda jauh dengan quiet quitting dalam pekerjaan. Namun, slow dumping bisa punya dampak jauh lebih buruk dari itu.

Adapun tanda-tandanya antara lain seperti waktu balasan pesan yang lebih lama dari pasanganmu, mengatur ulang rencana di menit-menit terakhir, atau tidak lagi berinteraksi dengan media sosialmu. Yang paling penting, pelaku slow dumping tidak akan mengakui tindakannya kalau ditanya kenapa mereka melakukannya.

Daripada secara langsung menghadapi kenyataan yang menyakitkan terkait dinamika dalam hubungan tidak lagi berfungsi, para pelaku slow dumping justru membiarkan hubungan melemah dengan sendirinya seiring berjalan waktu.

Meskipun niatnya baik agar pihak korban tidak terlalu sakit, namun ini bagaikan peribahasa "habis manis, sepah dibuang". Perilaku ini juga bisa dianggap sebagai salah satu bentuk gaslighting.

"Gaslighting adalah tindakan dengan sengaja membuat seseorang meragukan perasaan atau persepsinya sendiri. Dalam situasi slow dumping, ketika seseorang mulai menjauhkan diri, mereka membiarkan pasangannya berpikir berlebihan. Hal ini bisa menjadi jurus ampuh, di mana kerentanan emosional meningkat. Akhirnya, [hal ini] memaksa si penerima berada dalam kondisi disonansi kognitif—merasakan jarak namun diberitahu kalau itu semua hanya perasaan mereka saja," kata Sutkus seperti dikutip Popsugar.

Tanda-tanda Kamu Mengalami Slow Dumping

Slow dumping bisa bermanifestasi dalam berbagai cara tergantung pada sifat hubungan. Sutkus menguraikan bahwa salah satu tanda pertama adalah kegelisahan intuitif. Apakah kamu merasa ada sesuatu yang tidak beres dalam hubungan kalian?

Kalau kamu mengenal pasanganmu dengan baik, kemungkinan besar kamu akan merasakan sesuatu yang salah di dalam hatimu—tetapi ketika kamu menghadapinya, dia mungkin menyangkal semua pengetahuan tentang perilakunya.

Selanjutnya, tanyakan pada dirimu, apakah percakapan sudah menjadi transaksional atau tidak. Misalnya, obrolan sering berubah dari berbagi pendapat, lelucon, dan kegelisahan, menjadi percakapan dengan topik terbatas seperti berbagi informasi secara secukupnya saja.

Lalu, si pelaku juga akan cenderung menghindar ketika ditanyakan soal kenangan yang dimiliki bersama. Ketika bicara soal subjek ini, pelaku akan enggan untuk mengenang saat-saat yang telah dihabiskan bersama. Mereka cenderung beralasan "terlalu sibuk", dan menghabiskan waktu bersama denganmu tidak lagi menjadi prioritas.

Kadang-kadang mungkin alasan yang mereka utarakan soal kesibukan mereka bersifat tidak jelas, sehingga membuat kamu bertanya-tanya apa yang sedang mereka lakukan. Sedikit demi sedikit, mungkin mereka berhenti menyukai unggahan media sosialmu, mengurangi romantisme dalam bertukar pesan, hingga enggan diajak kencan. Hal-hal seperti ini yang membuat koneksi antara kamu dan dia mulai berkurang secara bertahap.

"Bagi individu yang mengalami slow dumping, proses yang berlarut-larut bisa menyiksa. Mereka terjebak dalam harapan dan keputusasaan, terus-menerus memikirkan secara berlebihan segala hal yang dilakukan pasangan atau temannya. Mereka mungkin memiliki hari-hari di mana mereka yakin semuanya baik-baik saja, namun dibayangi oleh masa-masa keraguan. Inkonsistensi ini mengikis rasa kepercayaan diri mereka terhadap hubungan tersebut," kata Sutkus.

Namun, hal ini pun bukannya tidak memiliki dampak negatif bagi pelaku. Karena hubungan berlaku dua arah, sang pelaku slow dumping pun tidak mendapatkan closure yang cukup bagi hubungannya. Walau awalnya biasa saja, mereka pun bisa mengalami perasaan bersalah yang sulit untuk diluapkan.

Atasi dengan Bijak

Ketika kamu merasa dijauhi oleh pasanganmu, hal pertama yang harus kamu lakukan adalah beritahu soal kekhawatiranmu di situasi ini. Mulailah untuk berbicara mengungkapkan perasaan tanpa menuduh kalau mereka mencoba menjauhkan diri. Gunakan kata-kata seperti "aku merasa" daripada "kamu kok melakukan ini", dan coba tanyakan secara langsung soal kejelasan hubungan kalian.

"Ketika pasangan atau teman bertindak dengan cara tertentu, sangat mudah untuk mulai meniru perilaku mereka secara tidak sadar. Pastikan kamu tidak meniru perilaku menjaga jarak yang memberikan orang lain pembenaran untuk lebih menjauhkan diri. Sebaliknya, bertindaklah sejujurnya. Kalau kamu menjalin hubungan, tunjukkan perasaanmu kepada orang tersebut meskipun mereka tidak merasakan hal yang sama", kata Sutkus.

Mengenali pola dalam hubungan kamu bisa menjadi hal yang penting. Jika kamu terus-menerus menemukan pasangan atau teman yang menerapkan taktik ini, ada baiknya mencari tahu alasannya. Inti dari dinamika hubungan—baik menguat atau melemah—berakar pada komunikasi, pengertian, dan rasa hormat. Buka komunikasi setransparan mungkin, dan jujurlah tentang perasaan dan emosimu.

(DIR/alm)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS