Inspire | Love & Relationship

Female-led Relationship: Ketika Perempuan Mengambil Alih Semuanya

Kamis, 17 Nov 2022 20:30 WIB
Female-led Relationship: Ketika Perempuan Mengambil Alih Semuanya
Foto: Pexels
Jakarta -

Hubungan romansa secara umum memang sulit untuk dijalankan, baik itu menavigasi kecemasan dalam hubungan, mengeksplor attachment styles atau bahkan menentukan kapan sebaiknya hubungan diakhiri. Namun bagi sebagian perempuan dalam hubungan heteroseksual, hubungan akan lebih complicated ketika adanya ketidakseimbangan dinamika di antara pasangan pria, sehingga hal ini pun memberikan dampak yang signifikan pada hubungan yang dijalani. Lalu, apakah ada jalan alternatifnya bagi hubungan seperti ini?

Mari berkenalan dengan female-led relationship. Istilah yang satu ini mengacu pada suatu jenis dinamika hubungan heteroseksual yang bertolak belakang dengan sejarah atau stigma sosial, di mana perempuan mengambil alih dalam memimpin hubungan. Dalam sejarah, pria diakui sebagai makhluk dominan baik itu secara individual maupun di dalam sebuah hubungan.

Hal ini pun mengartikan bahwa pria memiliki privilese karena diharapkan untuk selalu menginisiasi semua aksi, membuat keputusan yang signifikan dan yang lain-lainnya. Kini, hubungan romansa memang jauh lebih setara daripada masa lalu, namun tetap saja masih ada masalah ketidaksetaraan dalam berbagai hal seperti financial privilege yang tidak merata dan ekspektasi gender yang dapat merugikan perempuan.

Seorang counselling psychologist mental health & wellbeing expert asal Inggris, Dr. Rina Bajaj, mengatakan bahwa jenis hubungan yang satu ini membuat pasangan perempuan menjadi partner yang dominan dan mengambil alih dalam membuat keputusan, otoritas bahkan dinamika seksual, sehingga pasangan pria akan lebih cenderung submissive di dalam hubungan ini.

Tetapi penting untuk ditekankan bahwa dinamika ini harus didasari oleh persetujuan dan negosiasi yang matang dari kedua belah pihak. "Namun, penting untuk disebutkan bahwa tingkat kontrol akan bergantung pada apa yang telah dinegosiasikan oleh pasangan dan setiap hubungan akan memiliki dinamikanya sendiri," yakin Dr. Rina Bajaj mengenai FLR ini.

FLR ini juga diidentifikasi menjadi empat level yang melibatkan berbagai tingkat otoritas perempuan di dalam hubungan, mulai dari low control, moderate control, defined control dan extreme control.

Low control
Dalam level ini, terdapat pengambilan keputusan yang mutual, di mana perempuan memimpin hanya dalam beberapa aspek hubungan yang sudah disepakati.

Moderate control
Pihak pasangan perempuan mengambil alih dalam keseharian dan memiliki andil untuk mengambil keputusan. Level yang satu ini cukup membuat dinamika hubungan seimbang.

Defined control
Tedapat batas kepemimpinan perempuan sehingga kedua belah pihak dapat mengatur ekspektasi mereka dan tahu di mana posisi mereka dalam hubungan tersebut.

Extreme control
Pihak pasangan perempuan memegang kekuasaan dan pengambilan keputusan dan menunjukkan dominasi ekstrim dalam hubungan.

Mungkin saja selama ini kamu pernah melihat atau bahkan menjalani female-led relationship, baik itu berdasarkan persetujuan bersama maupun tidak. Tak jarang juga hubungan jenis ini dialami oleh beberapa pasangan secara natural begitu saja. Menurut Dr. Rina Bajaj, jenis hubungan yang satu ini menantang traditional gender role dalam hubungan di mana pria biasanya memimpin dan hubungan ini juga menantang hubungan yang didasari oleh kesetaraan gender.

Bagi mereka yang memilih hubungannya untuk dipimpin oleh perempuan, mereka harus mendapatkan keuntungan dari hal yang satu ini. Tidak ada salahnya untuk menjalankan kehidupan dan hubungan sesuai dengan apa yang diinginkan, asalkan kedua belah pihak menyetujuinya terlebih dahulu.

[Gambas:Audio CXO]

(DIP/DIR)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS