Inspire | Love & Relationship

Emotional Baggage dan Bagaimana itu Bisa Merusak Hubungan

Jumat, 16 Jun 2023 15:00 WIB
Emotional Baggage dan Bagaimana itu Bisa Merusak Hubungan
Foto: Unsplash: Diego San
Jakarta -

Setiap orang yang berada dalam hubungan asmara pasti punya tujuan untuk berbahagia dengan pasangan. Namun untuk mencapai kebahagiaan yang sejati, tentu tidak mudah. Ada banyak faktor internal dan eksternal yang bisa saja menjadi penyebab rusaknya hubungan. Salah satunya adalah emotional baggage atau beban emosional yang belum usai.

Dilansir Very Well Mind, beban emosional yang dimaksud mengacu pada masalah emosional yang belum usai, penyebab stres, rasa sakit, dan kesulitan yang dihadapi oleh kita atau pasangan sehingga dapat mempengaruhi hubungan yang saat ini dijalani. Dr. Sabrina Romanoff, PsyD, seorang psikolog klinis dari Universitas Yeshiva mengatakan ini seperti trauma yang belum diselesaikan.

Rusaknya Hubungan Akibat Emotional Baggage

Menurut Sam Owen, pakar hubungan Hinge di Inggris, beban emosional ini bisa memengaruhi cara kita menjalin hubungan di masa depan. Pertama, kondisi ini bisa mengubah citra diri kita.

"Misalnya, jika kamu telah dikhianati, kamu mungkin merasa tidak cukup baik atau cukup atraktif dan lain-lain, kemudian itu menjatuhkan harga dirimu dan mempengaruhi citra diri. Pengalaman buruk semacam itu bisa membuatmu lebih gugup dan ragu untuk percaya lagi dan membentuk caramu memandang masa kini, dan masa depan. Sehingga, kamu mungkin menjadi orang yang pesimis," jelas Owen seperti dikutip Stylist.

Tak hanya cara berpikir, beban emosional yang belum usai ini bisa mempengaruhi caramu berperilaku dalam hubungan dan memilih jenis orang seperti apa yang kamu kencani.

Kamu mungkin akan menjalin hubungan dengan orang-orang yang punya pola serupa karena kamu sudah akrab dengan sifat atau karakter tersebut. Tapi, bukan karena itu sehat atau membuatmu bahagia.

"Di sisi lain, kamu akan bertemu orang-orang yang sangat berbeda dengan pasanganmu sebelumnya, dan ada kemungkinan tidak cocok. Selain itu, kamu mungkin juga menilai pasangan yang sekarang dan membuat asumsi berdasarkan apa yang terjadi di masa lalu. Misalnya menyamakan mereka dengan mantan," ujar Owen.

Tidak heran pada akhirnya, kamu dan pasangan menjalani hubungan yang sulit untuk ditangani. Sebab kamu atau pasangan masih membawa pengalaman buruk dan trauma masa lalu ke dalam hubungan yang sekarang. Berakhirnya hubungan pun tak bisa dihindari.

Ciri-ciri Trauma yang Belum Selesai

Ada beberapa tanda-tanda seseorang sedang mengalami trauma hubungan yang belum terselesaikan, menurut Dr. Romanoff.

1. Sulit Percaya

Tanda yang paling utama dari trauma yang belum terselesaikan adalah sulitnya mempercayai pasangan yang sekarang. Jika kamu pernah terluka di masa lalu, kamu mungkin sering mengingatnya dan menganggap pengalaman itu sebagai pola yang bisa saja terjadi kembali pada hubungan saat ini.

Pengalaman masa lalu yang menyakitkan ini bisa menyebabkan stres, keraguan, dan masalah kepercayaan pada pasangan yang sekarang. Inilah yang membuat seseorang sulit untuk berkomitmen dan sulit terhubung secara emosional dengan pasangan yang baru.

2. Sering Merasa Takut dan Paranoid

Saat kamu sering mengingat hal-hal di masa lalu yang menyakitkan, kemungkinan besar kamu akan mengalami ketakutan atau paranoia bahwa kejadian buruk itu akan terulang kembali. Kalau kamu tidak bergerak maju dari trauma itu, kamu mungkin akan merasa nyaman dengan pengalaman itu sehingga pada akhirnya kamu membangun boundaries untuk terhindar dari rasa sakit itu.

Meskipun kehati-hatian baik untuk kamu memilih orang yang tepat dalam hidupmu, tetapi paranoia dapat menciptakan ketegangan dan konflik dalam hubungan yang semestinya tidak harus ada.

3. Mudah Marah dan Frustasi

Orang dengan trauma yang belum usai cenderung menghidupkan kembali hal-hal terburuk yang telah terjadi pada mereka setiap hari, yang menahan mereka untuk menjalani hidup yang normal dengan orang lain.

Terus-menerus tertahan oleh masa lalumu bisa menyebabkan perasaan marah dan frustrasi yang mungkin diarahkan pada diri sendiri, pasanganmu saat ini, teman, atau anggota keluarga lainnya.

4. Rasa Sesal

Kamu mungkin cenderung berulang kali memikirkan masalah masa lalu yang belum diselesaikan. Sehingga ada saja rasa penyesalan atas keputusan yang kamu buat di masa lalu atau rasa bersalah atas perilakumu pada saat itu. Tak bisa dimungkiri, kamu juga disibukkan dengan pikiran masa lalu dan terus-menerus ingin menebus "dosa" masa lalu dengan harapan bisa mengubah situasi yang kamu alami saat ini.

Selesaikan Trauma dengan Perlahan

Tak ada yang tidak bisa jika kamu punya keinginan kuat untuk sedikit demi sedikit menyembuhkan luka lama. Yang harus kamu lakukan pertama kali adalah mengidentifikasi beban yang kamu bawa dan kenali dampaknya terhadap dirimu. Lalu mulailah mempertanyakan apakah itu bisa mempengaruhi masa kini dan masa depanmu.

Setelah itu, ubah persepsi bahwa kamu yang paling tersakiti di dunia ini. Kenyataannya adalah setiap orang pernah disakiti dan diperlakukan buruk. Cobalah untuk mempelajari pengalaman buruk itu, dan jadikan hal tersebut pelajaran saja bukan menjadi dendam yang belum terselesaikan.

Terakhir, fokuslah dengan hubunganmu dengan pasangan yang sekarang. Masa lalu sudah berlalu dan orang yang kamu temui hari ini bukanlah orang yang sudah menyakitimu kemarin. Perbanyaklah mengenal pasanganmu yang sekarang dan cobalah berbahagia menjalani hubunganmu yang sekarang.

[Gambas:Audio CXO]

(DIR/alm)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS