Inspire | Love & Relationship

Reverse Catfishing: Tren Pasang Foto 'Jelek' di Aplikasi Kencan

Selasa, 18 Oct 2022 14:00 WIB
Reverse Catfishing: Tren Pasang Foto 'Jelek' di Aplikasi Kencan
Foto: Unsplash: Mika Baumeister
Jakarta -

Apabila kalian pernah menggunakan aplikasi kencan, kalian pasti pernah merasakan sensasi serunya memilih foto-foto yang akan dimuat dalam profil. Sadar atau tidak, foto-foto yang dipilih pasti adalah foto-foto selfie terbaik yang mampu membuat orang lain terpesona. Bahkan kalau perlu, fotonya dipermak sedemikian rupa agar terlihat semakin menarik. Hal ini disebut sebagai catfishing, yaitu memancing ketertarikan seseorang dengan cara menciptakan persona baru di dunia maya.

Belakangan, muncul tren baru yang berbanding terbalik dengan catfishing, yaitu reverse catfishing. Reverse catfishing adalah ketika pengguna secara sengaja memasang foto-foto 'jelek' di profil aplikasi kencan. Foto-foto yang unattractive ini bentuknya bisa bermacam-macam; misalnya swafoto yang resolusinya rendah atau swafoto dengan ekspresi yang konyol.

Di era media sosial yang menomorsatukan penampilan fisik, banyak orang akhirnya berlomba-lomba untuk menjadi cantik atau tampan. Lantas, mengapa sekarang mereka justru melakukan yang sebaliknya? Ternyata, strategi ini digunakan untuk menarik perhatian orang-orang yang secara tulus ingin mengenal pengguna berdasarkan kepribadian mereka. Foto-foto 'jelek' ini diharapkan bisa menggambarkan siapa mereka sesungguhnya, sehingga mereka tidak hanya dilihat berdasarkan aspek fisik.

Ketika dunia maya dipenuhi dengan orang-orang yang menciptakan persona buatan, tren reverse catfishing sebenarnya bisa dilihat sebagai usaha untuk kembali menghadirkan authenticity atau keaslian dari identitas diri. Apalagi, suka atau tidak suka, aplikasi kencan memaksa kita untuk menilai seseorang dari penampilan fisiknya terlebih dahulu. Ketika melakukan swipe, yang pertama kita lihat pasti adalah foto profilnya. Meski ada informasi lain seperti short bio, makanan kesukaan hingga lagu favorit, tapi pasti kita akan kembali pada foto diri yang memakan hampir seluruh layar smartphone.

Menurut Bandinelli dan Gandini (2022) dalam penelitian yang berjudul Dating Apps: The Uncertainty of Marketised Love, orang-orang di aplikasi kencan lebih mirip pengusaha ketimbang individu yang mencari jodoh. Dengan melakukan kurasi terhadap citra yang ditampilkan, orang-orang secara aktif menciptakan personal branding agar terlihat paling menonjol di antara lautan orang asing. Dan untuk terlihat menonjol, harus ada selling point yang menjadi keunikan. Di titik ini, citra diri pun akhirnya menjadi komoditas yang dipajang di etalase.

Ketika semua orang berlomba-lomba menjadi cantik, memasang foto 'jelek' justru bisa menjadi unique selling point tersendiri karena terkesan berani menunjukkan diri yang sebenarnya. Namun, menurut psikoterapis Maggie Vaughan, reverse catfishing tidak ada bedanya dengan catfishing dari segi authenticity. Sebab sekalipun yang dipasang adalah foto 'jelek', foto tersebut tetap diseleksi dan sengaja dipasang untuk menampilkan citra tertentu. Misalnya, karena foto 'cantik' atau 'tampan' sudah menjadi mainstream, memasang foto 'jelek' bisa memberi statement bahwa si pemilik profil lebih 'edgy' dibandingkan pengguna yang lain. Apapun tujuannya, pada akhirnya semua foto yang ditampilkan di aplikasi kencan adalah bentuk dari pencitraan—terlepas dari jenis fotonya.

[Gambas:Audio CXO]

(ANL/DIR)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS