Di tengah wajah birokrasi yang sering tampak kaku dan penuh protokol, muncul sosok yang mengoyak pakem lama, yaitu Purbaya Yudhi Sadewa. Menteri Keuangan yang kini dijuluki 'menteri koboi' itu menabrak citra pejabat konvensional dengan gaya bicara yang keras, lugas, dan tanpa tedeng aling-aling.
Ia tidak sekadar menyampaikan kebijakan fiskal, tetapi melakukannya dengan nada konfrontatif yang membuat publik tak bisa mengabaikannya. "Saya kelihatannya koboi, itu disuruh presiden," ujarnya, dikutip dari CNN Indonesia
Sang 'Menteri Koboi' tampaknya sadar betul bahwa gaya komunikasinya kerap menuai reaksi beragam. Ucapannya yang lugas, tanpa basa-basi, dan sering kali dianggap sengaja menabrak budaya komunikasi pejabat kepada publik yang 'konvensional'. Namun, ia tak tampak gentar menghadapi kritik.
"Saya baru tahu bahwa sebagian orang enggak bisa terima, tapi biar saja. For the sake of the country, I don't care!" ujarnya.
Fenomena ini menimbulkan perdebatan luas. Banyak masyarakat di media sosial menilai gaya itu berani dan jujur, tetapi ada juga yang menganggapnya kasar dan tidak pantas untuk pejabat setingkat menteri. Namun di balik hiruk-pikuk wacana itu, tersimpan sesuatu yang lebih penting, yaitu Purbaya sedang menunjukkan 'wajah' baru komunikasi fiskal di Indonesia, sebuah gaya yang menolak basa-basi dan lebih menekankan pada kejujuran tanpa polesan.
Purbaya Yudhi Sadewa, saat masih menjabat sebagai Dewan Komisioner LPS./ Foto: CNBC Indonesia |
Sebelum Menjadi Menteri
Berdasarkan Data Indeks Kepercayaan Konsumen terhadap Pemerintah (IKKP) yang disusun oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang ditunjukkan oleh Menteri Keungan RI Purbaya yang saat itu masih menjabat petinggi LPS menampilkan bahwa daya beli mengalami peningkatan pada Oktober 2025 dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
"Jadi ini ada korelasinya. Ketika ekonomi buruk, mereka nggak suka pemerintah, makanya banyak demo besar-besaran. Ketika balik, mereka juga senang ke pemerintah. Jadi sepertinya saya koboi, tapi yang saya lakukan adalah mengembalikan kepercayaan masyarakat ke pemerintah," ujarnya, dikutip dari Detik.com
Sebelum menjadi menteri, Purbaya memang sudah dikenal sebagai ekonom rasional dengan rekam jejak akademik yang panjang. Sebagai lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB), dia pernah meniti karier di bidang riset makroekonomi, perbankan, dan sejenisnya. Kemudian, ia menjabat Ketua Dewan Komisioner di Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), sebelum akhirnya dipercaya menduduki posisi strategis di kabinet pemerintah Prabowo-Gibran. Latar akademiknya yang kuat membentuk karakter berpikir sistematis, tetapi juga menjadikan gaya komunikasinya cenderung analitis dan langsung pada substansi.
Ia terbiasa berdebat dengan data, bukan dengan retorika. Dari sinilah gaya "koboi" itu menemukan akar tunggangnya, bukan sekadar gaya bicara, melainkan ekspresi dari keyakinan intelektual. Dalam lanskap politik modern, komunikasi ekonomi tak lagi berdiri di ruang tertutup antarpejabat.
Namun yang kini terjadi di ruang publik, satu pernyataan Purbaya bisa menjadi bahan perbincangan nasional dalam hitungan menit. Gaya koboi Purbaya, yang bagi sebagian orang tampak tidak sopan, justru efektif menembus tembok formalitas itu. Ia menolak menjadi teknokrat yang berbicara dengan bahasa rumit.
Akan tetapi, pendekatan seperti ini tidak bebas risiko. Kritik terhadap etika komunikasinya pun datang, termasuk dari kalangan akademisi, praktisi, dan juga termasuk dari mantan kepala kantor kepresidenan, yaitu Hasan Nasbi yang menyatakan bahwa gaya komunikasi Purbaya dapat melemahkan soliditas pemerintah.
Di sisi lain, gaya ini sekaligus dapat memperlihatkan niat pemerintah membawa bahasa fiskal lebih dekat kepada masyarakat luas, sebuah revolusi kecil dalam cara negara berbicara kepada warganya. Keberanian Purbaya dalam berbicara adalah cerminan dari upaya membangun transparansi.
Ia tidak menutupi kompleksitas masalah fiskal, tidak pula mengemasnya dengan jargon politik yang menenangkan. Namun di sisi lain, gaya seperti ini juga berpotensi menciptakan kesalahpahaman, terutama di masyarakat yang terbiasa dengan narasi diplomatis dari pejabat tinggi.
Purbaya Yudhi Sadewa, setelah jadi Menteri Keuangan/ Foto: Antara News |
Komunikasi yang Sedikit Diplomatis
Beberapa waktu lalu, Menteri Keuangan Purbaya tampak mulai menyesuaikan gaya komunikasinya dengan arahan yang diberikan, musabab selama ini Purbaya dikenal lugas dan ceplas-ceplos. Setelah menuai sorotan karena pernyataannya yang blak-blakan hingga dijuluki "menteri koboi," tampaknya ia kini akan memilih berbicara dengan nada yang lebih hati-hati dan diplomatis, tanda bahwa ia ikut menyesuaikan diri dengan dinamika yang semakin sensitif
"Katanya ngomongnya mesti gitu sekarang, enggak boleh ceplas-ceplos, nanti saya dimarahin, kira-kira gitu ya," kata Purbaya yang selalu tersenyum ketika diwawancara.
Di balik itu semua, secara personal Purbaya tetap dikenal sebagai sosok sederhana. Ia jarang mengekspos kehidupan pribadinya, memilih bijak dengan menjaga jarak antara keluarga dan urusan negara. Sejauh ini, apabila diamati dengan seksama, tampaknya Purbaya tidak mempublikasi gaya hidup mewah dan lebih senang berbicara tentang tanggung jawab fiskal ketimbang urusan pribadi.
Dalam konteks komunikasi publik, gaya Purbaya bukan sekadar persoalan etika, melainkan pergeseran paradigma. Ia sedang mendobrak batas antara 'pejabat' dan 'rakyat'. Lalu, kemudian memaksa publik melihat bahwa ekonomi negara tidak seharusnya dibungkus dalam bahasa teknis yang membingungkan. Ia berbicara keras bukan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk mengingatkan bahwa kejujuran sering kali memang tidak nyaman didengar.
Kini, di meja fiskal, seorang menteri koboi sedang menulis bab baru dalam proses pertumbuhan ekonomi Indonesia, sebuah bab yang mungkin kontroversial, tetapi juga autentik. Lalu, pada akhirnya, selalu menyisakan pertanyaan bahwa apakah bangsa ini siap menerima kejujuran yang kasar atau masih lebih nyaman dengan kesopanan yang menipu?
Penulis: Muhammad Fauzan Mubarak
Editor: Dian Rosalina
*Segala pandangan dan opini yang disampaikan dalam tulisan ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis dan tidak mencerminkan pandangan resmi institusi atau pihak media online.*
Purbaya Yudhi Sadewa, saat masih menjabat sebagai Dewan Komisioner LPS./ Foto: CNBC Indonesia
Purbaya Yudhi Sadewa, setelah jadi Menteri Keuangan/ Foto: Antara News