Dalam dunia sepak bola, tak banyak klub yang kisahnya menyerupai drama manusia yang merasakan jatuh sedalam-dalamnya, lalu tiba-tiba bangkit dengan bara baru di dada. Itulah yang kini terjadi di Old Trafford.
Setelah bertahun-tahun terjebak dalam kegelapan performa dan krisis identitas, Manchester United akhirnya mulai menapaki jalan dengan terang cahaya lagi. Tiga kemenangan beruntun di Premier League menjadi tanda bahwa "raja" yang sempat menepi kini mulai keluar dari 'goanya'.
Ruben Amorim, sang pemberi 'napas' baru Manchester United/ Foto: PA Wire |
Napas Baru, Semangat Baru 'Setan Merah'
Beberapa musim terakhir terasa panjang bagi publik Old Trafford. Setelah era kejayaan Sir Alex Ferguson berakhir, United bagai kehilangan arah dari pelatih ke pelatih, dari proyek ke proyek, tapi hasilnya tetap abu-abu. Kini, di bawah manajer muda asal Portugal, Rúben Amorim, napas baru terasa menghembuskan semangat. Filosofi sepak bolanya yang menekankan keseimbangan antara disiplin taktik dan kebebasan menyerang mulai berbuah hasil.
Amorim tak datang dengan janji muluk. Ia datang membawa rencana yang tenang dan rasional, yaitu mengembalikan United ke dasar identitasnya, seperti kerja keras, intensitas, dan keberanian menyerang. Dan, dalam tiga pekan terakhir, hasilnya berbicara lebih lantang dari kata-kata.
Kemenangan 4-2 atas Brighton & Hove Albion di Old Trafford menjadi penegasan bahwa momentum sedang berpihak kepada "Setan Merah." Sebelumnya, United menaklukkan Liverpool 3-1 di laga klasik penuh gengsi dan membungkam Sunderland 2-0.
Tiga kemenangan beruntun itu mengantarkan mereka ke posisi empat besar klasemen sementara Premier League dan menurunkan tim dengan logo burung yang sempat menguasai Liga Inggris dan kejuaraan sepak bola di Inggris dan Eropa pada musim lalu.
Namun, lebih dari sekadar angka, tiga kemenangan itu memulihkan sesuatu yang lebih penting:, yaitu kepercayaan diri. Di stadion yang selama dua musim terakhir penuh siulan frustrasi, kini terdengar lagi lagu-lagu kemenangan yang dulu menjadi ritual kejayaan.
Dalam taktiknya, Amorim membawa revolusi yang senyap, tapi efektif. Ia memperkuat struktur tiga bek tengah saat transisi, memanfaatkan agresivitas Diogo Dalot dan Luke Shaw sebagai sayap ganda, serta memberi kebebasan kreatif kepada Bruno Fernandes untuk menjadi sumbu permainan. Amorim juga memberi ruang bagi pemain muda seperti Kobbie Mainoo untuk tumbuh. Di tangannya, United kembali menjadi tim yang menyerang dengan pikiran dan bertahan dengan hati keseimbangan yang dulu hilang sejak masa Sir Alex hengkang.
Manchester United membuktikan kemajuan yang cukup baik dalam beberapa pertandingan./ Foto: Getty Images |
Kemajuan MU dalam Laga-laga Terakhir
Dari segi data, United mencatat rata-rata penguasaan bola lebih dari 50 persen dan mencetak sembilan gol dalam tiga laga terakhir, angka terbaik mereka sejak 2021. Namun yang lebih mencolok adalah intensitas, yaitu pemain berlari lebih banyak, menekan lebih cepat, dan bermain dengan rasa lapar yang lama tak terlihat.
Dalam dinamika pertandingan, Bruno Fernandes tetap menjadi figur sentral di lini tengah United, memberikan kontrol permainan dan pengaruh kepemimpinan yang terlihat dalam ketiga kemenangan beruntun itu. Peran kreatifnya diperhatikan kala tim membangun keunggulan melawan Brighton.
Di laga-laga tersebut, skuad menunjukkan kontribusi kolektif, Matheus Cunha membuka skor melawan Brighton sebelum Casemiro dan Bryan Mbeumo mengunci kemenangan 4-2 di Old Trafford, Harry Maguire mencatat momen penentu dengan sundulan yang membawa kemenangan 2-1 di Anfield, sementara kemenangan atas Sunderland merupakan hasil kerja tim yang solid dengan gol-gol produktif di fase awal pertandingan.
Kemenangan beruntun ini menegaskan bahwa United, di bawah Rúben Amorim, sedang menemukan keseimbangan antara disiplin taktik dan efektivitas serangan dan yang paling penting, kepercayaan tim mulai pulih. Tidak ada lagi gestur frustrasi di lapangan, tidak ada lagi bahasa tubuh yang menyerah sebelum peluit panjang. Di bawah Amorim, United tampak seperti keluarga yang baru saja menemukan kembali kehangatan rumahnya.
Beberapa bulan lalu, sebutan jenaka sering bergema di media sosial setiap kali United kalah. Kini, frasa itu berbalik menjadi "King Emyu is back." Bukan hanya kemenangan yang membuatnya hidup kembali, tetapi cara mereka menang dengan determinasi, keindahan, dan rasa percaya diri yang mengingatkan pada masa lampau.
Kini, Pemain tersenyum lagi, fans kembali memenuhi tribun, dan suasana Old Trafford terasa seperti benteng yang berdenyut. Momentum seperti inilah yang dulu membuat United lebih dari sekadar klub, kini Ruben Amorim seperti menegaskan bahwa ia adalah simbol kebangkitan. Tentu terlalu dini untuk mengatakan bahwa Manchester United sudah sepenuhnya kembali ke takhta.
Jalan menuju konsistensi masih panjang dan penuh jebakan ego. Namun, yang pasti mereka telah keluar dari gelap goa itu. Dan barnagkali, untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, para fans bisa berharap tanpa rasa takut kecewa. Di dunia sepak bola yang sering berubah arah seperti angin, kebangkitan sejati tidak hanya diukur dari jumlah kemenangan, tetapi juga dari kemampuan untuk bangkit dan percaya lagi.
Kini Old Trafford kembali menyala, riuh karena sorakan kemenangan, dan dunia mulai menoleh lagi, pelan-pelan, ke arah raja tangguh yang mulai bangkit. "King Emyu"!
Penulis: Muhammad Fauzan Mubarak
Editor: Dian Rosalina
*Segala pandangan dan opini yang disampaikan dalam tulisan ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis dan tidak mencerminkan pandangan resmi institusi atau pihak media online.*
(ktr/DIR)
Ruben Amorim, sang pemberi 'napas' baru Manchester United/ Foto: PA Wire
Manchester United membuktikan kemajuan yang cukup baik dalam beberapa pertandingan./ Foto: Getty Images