Inspire | Human Stories

Hari Kedua di Singapura: Di Antara Deru Mesin dan Cahaya 'Crystalgold'

Minggu, 12 Oct 2025 12:00 WIB
Hari Kedua di Singapura: Di Antara Deru Mesin dan Cahaya 'Crystalgold'
Foto: CXO Media
Jakarta -

Hari kedua di Singapura menjadi kesempatan perdana saya mengunjungi ajang balap paling bergengsi di dunia. Begitu menapakkan kaki di kawasan Marina Bay (Jumat, 3/10), tentu. saya tidak bisa tidak terpukau: deru mesin jet darat yang tengah menjalani sesi latihan bebas terdengar menggelegar dari kejauhan.

Perjalanan lima belas menit dari titik penjemputan menuju The Regal Club bahkan terasa sama sekali tak melelahkan. Setiap langkah mendekat, suara mesin semakin nyata—semakin menggetarkan hati. Amat surealis. Ketika akhirnya tiba di The Regal Club, pemandangan yang tersaji membuat napas tertahan: bukan hanya lintasan balap yang terbentang, tetapi juga skyline Singapura yang dramatis, Marina Bay Sands yang ikonik, dan sungai yang membelah kota seperti urat nadi megapolitan.

Berlokasi strategis di bawah Singapore Flyer, The Regal Club menawarkan pemandangan langsung ke tikungan terakhir sebelum garis start/finish—sebuah observatorium ideal untuk menyaksikan drama kecepatan yang akan berlangsung. Setiap pengunjung pun langsung disambut oleh racikan istimewa: Leclerc Spritz, segelas teman yang cair dan setia, yang seolah menyinkronkan detak jantung semua orang di tepi lintasan.

Rhys Wilson, Global Brand Ambassador Chivas Regal, kembali menemani di sini. Meski kali ini tidak mengajarkan resep racikan Chivas, seperti di Air CCCC, Rhys tetap tampil sebagai pemandu elegan dalam percakapan spesial bersama Zhou Guanyu, pembalap cadangan Ferrari.

Zhou bercerita tentang disiplin dan presisi. "Menjadi pembalap adalah tentang kinerja berkelanjutan dan dengan melibatkan banyak orang," katanya, dan semua orang mengangguk setuju dengan pembalap asal China tersebut.

'Sang Ikon'

Usai sesi dengan Guanyu, Rhys yang selalu menebar pesona positif kembali mencuri perhatian. Kali ini, ia memperkenalkan The Icon—edisi paling eksklusif dari Chivas Regal, bernilai ribuan dolar.

"Botolnya dibuat oleh pengrajin kristal terbaik," ujarnya. Isinya pun tak kalah brilian: hasil blending dari malt legendaris, yang ketika menyentuh lidah, sepenuhnya menyiratkan warisan sejarah—dalam alunan rasa yang halus, dalam, dan tak tergantikan. Sebuah pengalaman yang benar-benar luar biasa.

Tak berhenti di situ, hari pertama di The Regal Club masih menyimpan kejutan. Lokasinya yang tepat di bawah Singapore Flyer, memungkinkan kami menikmati seluruh kawasan balap eksklusif dari ketinggian, memberi perspektif dari atas sirkuit yang akan menjadi medan pertempuran. Dari atas, mobil-mobil balap tampak seperti mainan mahal. Tapi suaranya—oh, suaranya tetap menggelegar bahkan di jauh ketinggian.

[Gambas:Instagram]

Rasa seperti bermimpi itu berlanjut ke hari Sabtu (4/10)—hari kedua menikmati Singapore Grand Prix dari The Regal Club, sekaligus momen kualifikasi balap. Intensitas jelas meningkat pesat. Diawali pertemuan dengan Fred Vasseur, Team Principal Scuderia Ferrari, kami lantas dibekali santapan super lezat dari Chef Dario Cecchini, tukang daging legendaris asli Tuscany, Italia, yang menyajikan pahatan daging seindah puisi di Bottega di Carna.

Namun, puncak malam itu terjadi ketika Charles Leclerc, pembalap handal sekaligus Global Brand Ambassador Chivas Regal 'Crystalgold', hadir di The Regal Club. Ia datang seperti teman lama yang mampir untuk mengobrol. Dipandu Rhys, Leclerc memikat semua orang tanpa menyisakan jarak, tanpa formalitas-hanya semangat yang sama: daya cipta yang presisi dan renjana yang memancar di udara.

Pesta yang Tak Pernah Usai

Sore berganti malam, dan kami semua kompak mendukung Leclerc agar meraih hasil terbaik di sesi kualifikasi. Sambil menunggu, kami mengikuti lokakarya mini bertema luxury diffuser—semacam jeda meditatif sebelum balapan penuh tensi—yang mengajarkan seni mencampur scent: bebauan yang terinspirasi dari whisky notes dan bunga orchid—simbol Singapura. Mengawetkan satu lagi buah tangan berbentuk aroma untuk momen yang bakal sulit dilupakan ini.

Dari The Regal Club, sesi kualifikasi berlangsung seperti teater: para pembalap bermanuver lincah, bukan hanya beradu cepat satu sama lain, tapi juga melampaui batas kemampuan diri. Saya tak bisa tidak kagum, terlebih setelah tahu bahwa para pembalap bisa kehilangan hingga tiga kilogram berat badan selama satu sesi balapan di sirkuit jalan raya Singapura.

Dua malam di The Regal Club ini sungguh terasa seperti mimpi. Meski saya dan banyak tamu sempat berharap bisa menyaksikan Foo Fighters yang tampil di sudut lain lintasan, rasa kecewa itu pupus seluruhnya ketika kami diajak menghadiri after-party di Sushi Samba—sebuah epilog yang justru membuka sudut pandang baru tentang arti perayaan.

Pada akhirnya, kejutan demi kejutan selama dua hari di The Regal Club melampaui sekadar ramah-tamah formal. Ia menjadi portal menuju dunia yang penuh gairah dan ketepatan—di mana warisan bernilai tinggi berpadu dengan inovasi modern, mengakrabkan orang-orang dari berbagai penjuru dunia.

(RIA)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS