Langit Singapura (Kamis, 2/10) sore itu menyambut dengan warna yang hampir keemasan. Udara lembap khas tropis bercampur dengan aroma daun basah di bawah kanopi hijau kawasan Dempsey Road. Saya baru saja tiba di kota ini bersama rombongan dari Indonesia—beberapa jam sebelumnya kami masih di Bandara Changi—dan kini sudah berdiri di halaman hijau nan rapi milik Air CCCC, kampus sirkular yang menjadi markas eksperimental para juru masak; para seniman rasa.
Bangunan dua lantai yang berdiri anggun di tengah hamparan hijau itu tampak lebih dari sekadar venue yang sopan. Ia menyerupai kanvas tempat kami melukiskan pengalaman pertama di Singapura, sekaligus menjadi ruang pertemuan pertama kami bersama Chivas Regal 'Crystalgold'—yang baru saja diluncurkan.
Namun tentu, kami tak datang hanya untuk makan malam, berfoto, lalu pulang. Malam itu, di acara bertajuk The Regal Masterclass & Dining Experience, kami diajak merayakan hasil karya para pengrajin yang berkelindan dengan kultur, warisan, dan semangat perjumpaan lintas dunia.
Dumpling, Agave, dan Pelajaran dari Para Maestro
Sesi pertama The Regal Masterclass & Dining Experience mempertemukan kami dengan Chef Vicky Cheng, pemegang bintang Michelin asal Hong Kong yang terkenal karena mengawinkan cita rasa Asia dengan teknik haute cuisine Prancis.
Ia memandu kami membuat dumpling—makanan sederhana yang dicintai banyak orang. Saat jari saya menyentuh adonan tepung, aroma jahe dan daun bawang naik perlahan, menghidupkan kembali kenangan masa kecil: melihat ibu menyiapkan dumpling untuk acara keluarga besar. Entah. Saya sedang berada di Singapura, jauh dari rumah, tetapi rasanya hangat sekali.
Chef Vicky tertawa kecil ketika adonan saya sedikit sobek karena terlalu bersemangat. "Perfection doesn't mean symmetry," bisiknya. "It means care." Sebuah kalimat sederhana yang terasa menjadi roh dari Chivas Regal 'Crystalgold'—bahwa keindahan bukan hanya soal bentuk, melainkan juga proses yang dijalani dengan ketulusan.
Usai merangkai dumpling—dan tak kuasa menahan selera untuk mencicipinya—kami turun ke lantai bawah untuk bertemu Rhys Wilson, Global Brand Ambassador Chivas Regal. Dengan kumisnya yang khas dan setelan elegan, Rhys antusias memandu kami. Ia sendiri ternyata punya segudang pengalaman di balik bar, dan bahkan sempat bermukim di Jakarta sekitar sedekade lalu.
Kalau Chef Vicky adalah ketenangan, maka Rhys adalah gelombang antusiasme yang menular. Ia mengajarkan kami meracik Crystalgold Agave: campuran Chivas Regal 'Crystalgold' dengan agave, perasan jeruk nipis, sedikit tajin, dan hiasan nanas segar.
Di tangannya, shaker seperti berubah menjadi instrumen musik. Kami benar-benar bersenang-senang. Puncaknya tiba ketika minuman itu rampung. Setelah menancapkan potongan nanas di bibir gelas, setiap orang tampak mencicipinya perlahan. Rasanya penuh warna-seperti sore hari itu.
Malam yang Penuh Cahaya
Menjelang malam, cahaya keemasan dari langit barat berganti dengan temaram lampu yang memantul lembut di botol 'Crystalgold'—bening nyaris tanpa warna, seolah menyimbolkan keterusterangan yang menjadi inti inovasinya.
Kami yang siap memuaskan selera pun langsung disuguhkan sederet menu andalan Chef Vicky. Ia menyiapkan sebuah simfoni kuliner yang menggugah pancaindra: Raw Marinated Botan Ebi with Chiu Chow Sauce sebagai pembuka pertunjukan, diikuti Beef Short Rib yang empuk dengan Chu Hou Sauce and daikon, lalu Fish Maw yang lembut dengan Abalone Sauce.
Menu penutup, Snow Gum with Coconut Sorbet and Osmanthus, datang ketika langit Singapura sudah sepenuhnya gelap. Sungguh manis dan memanjakan lidah. Penutup sempurna untuk separuh hari yang menenangkan.
Chef Vicky Cheng dan menu sajiannya. Foto: CXO Media |
Di luar, lampu-lampu kota tampak kian terang, seakan mempersiapkan banyak orang untuk akhir pekan balap yang akan dimulai keesokan harinya. Namun, malam di Air CCCC terasa berjalan lebih lambat. Kami, sekumpulan warga dunia mulai bercakap-cakap intim, merasakan koneksi yang berambah mengalir. Suatu perasaan yang hangat, halus, dan padat kesan.
Saya rasa, malam pertama di Singapura ini bukan sekadar acara pembuka. Ia adalah pernyataan: bahwa kemewahan modern bukan tentang eksklusivitas yang mengintimidasi, melainkan tentang craftsmanship yang interaktif—tentang tradisi yang terbuka untuk reinterpretasi.
Ketika akhirnya saya bergegas menuju hotel, sebuah pertanyaan muncul di kepala: "Jika ini baru permulaan, keseruan macam apa yang menanti di trek Marina Bay?" The Regal Masterclass & Dining Experience telah menetapkan standar yang sulit dilupakan.
(RIA)
Chef Vicky Cheng dan menu sajiannya. Foto: CXO Media