Majalah mingguan asal Amerika Serikat Time menobatkan Michelle Yeoh sebagai Icon of the Year di tahun 2022 pada hari Selasa kemarin. Menyoroti karirnya dalam dunia hiburan selama 40 tahun lamanya hingga film terbarunya di bulan Juni lalu yang berjudul Everything Everywhere All at Once, Michelle Yeoh menceritakan bagaimana dirinya menjadi perwakilan dari komunitas Asia untuk sukses berkarya di Hollywood.
Pada wawancaranya dengan Time, Michelle Yeoh memaparkan pandangannya mengenai bagaimana aktor-aktor Asia selama ini hanya diberikan peran stereotipikal atau peran pendukung dalam sebuah film dengan bayaran yang tidak tinggi. Aktris asal Malaysia ini kerap memiliki pengalaman yang berbeda dari beberapa teman sebayanya. Sebagai seorang wanita Asia, kesempatannya terbatas, dan dia terbuka tentang kecemburuannya pada orang-orang lain yang berprivilese karena ingin menunjukkan bakatnya dengan cara yang berbeda. "It shouldn't be about my race, but it has been a battle, at least let me try," ungkapnya pada Time.
Karir Michelle Yeoh yang mulai melejit pada film Crazy Rich Asians pada tahun 20178 dan Shang-Chi and the Legend of Ten Rings membawa kariernya semakin meroket hingga namanya menjadi favorit masyarakat untuk dinominasikan sebagai Best Actress pada Academy Award untuk penampilannya yang luar biasa pada film action-drama terbarunya, Everything Everywhere All at Once.
Perjalanan karir Michelle Yeoh
Pada awalnya, Michelle Yeoh tidak memiliki angan-angan untuk menjadi seorang bintang film atau bahkan aktris ternama seperti sekarang. Tumbuh besar di Ipoh, Malaysia, Michelle Yeoh justru memiliki impian untuk mendalami minatnya dalam balet. Meskipun ia mengalami cedera punggung di Royal Academy of Dance di London yang membuat ambisi menarinya diurungkan, sebuah kontes Miss Malaysia pada yang dimenangkannya pada tahun 1983 membawanya ke sebuah peluang baru. Yeoh mulai mengambil kesempatan-kesempatan emas yang memberikannya jalan ke industri hiburan, mulai dari syuting iklan jam tangan dengan Jackie Chan.
Bertahun-tahun sebelum terjun di dunia Hollywood, Michelle Yeoh merupakan bintang besar di Asia. Aktris yang pada saat itu terkenal karena melakukan stunt-nya sendiri ini, sudah mulai membintangi film-film action di Hong Kong selama periode tahun 1980-an hingga 1990-an. Karena berbagai cedera yang dialami saat syuting, Michelle Yeoh berencana untuk berhenti berkarir setelah menikah pada tahun 1990 akhir. Namun niatnya untuk berhenti ia urungkan setelah perbincangan yang ia miliki bersama Quentin Tarantino yang pada saat itu mengunjunginya saat mempromosikan Pulp Fiction. Quentin Tarantino mengaku sangat terpukau dengan aksi-aksi stunt yang dilakukan oleh Michelle Yeoh.
Yeoh yang tidak jadi untuk menghentikan kariernya di industri perfilman akhirnya mulai melangkah di film Hollywood pertamanya, yaitu Tomorrow Never Dies pada tahun 1997 sebagai Wai Lin, seorang agen rahasia Tiongkok. Kemunculannya pada film Hollywood ini membawanya pada peran-peran di film Hollywood lain seperti The Mummy: Tomb of the Dragon Emperor, Babylon A.D, hingga puncaknya di Crazy Rich Asians sebagai seorang ibu penuh kasih yang tidak menyetujui hubungan putranya. Karakter Eleanor yang dibawakan oleh Michelle Yeoh di film ini sangat membekas di benak semua orang yang menikmati Crazy Rich Asians—dari sinilah, banyak sutradara Hollywood yang mulai melirik Yeoh untuk memerankan karakter-karakter vital di banyak film.
Perjalanan karirnya yang tidak semulus dan semudah kawan sebayanya di Hollywood membuatnya yakin bahwa setiap kesempatan yang diberikan, sekecil apapun itu, harus diambil dan direalisasikan dengan maksimal. "When you get an opportunity like this, you have to pour your heart and soul into it, because you don't know when the next chance is... I think that is my biggest fear: Please don't let this be the one and only," ujar Yeoh pada Time.
(DIP/alm)