Inspire | Human Stories

Humble Brag, Kala Ingin Pamer Tapi Tetap Rendah Hati

Kamis, 03 Nov 2022 16:00 WIB
Humble Brag, Kala Ingin Pamer Tapi Tetap Rendah Hati
Foto: Freepik
Jakarta -

Memamerkan pencapaian atau suatu prestasi sepertinya sah-sah saja. Tapi, pamer bukan di waktu dan tempat yang tepat, rasanya akan sangat menyebalkan. Seperti yang kita tahu, pamer membuat orang terlihat sombong, karena itu beberapa di antara memilih sombong dengan cara yang terselubung. Perilaku ini dinamakan humble brag.

Humble brag atau humble bragging adalah sebuah bentuk pamer yang dibarengi mengeluh atau mencoba merendahkan diri sendiri. Misalnya, ketika ada seorang iPhone enthusiast yang mengaku tidak ingin membeli iPhone keluaran terbaru dengan alasan model terbaru tidak begitu berbeda dengan model sebelumnya. Tahu-tahu, ketika iPhone model terbaru itu keluar, dia pun telah memilikinya dan masih merendahkan diri kalau membelinya karena terpaksa.

Kebiasaan humble brag banyak terlihat di media sosial. Hal ini dikarenakan media sosial menciptakan kondisi sempurna untuk membuat perbandingan sosial. Nah, apakah kamu pernah melakukan hal-hal semacam ini? Jika ya, artinya kamu telah melakukan humble bragging dengan maksud untuk mencari atensi orang lain.

Dalam sebuah studi yang terbit di Journal of Personality and Social Psychology pada tahun 2019, perasaan ini bisa bermanifestasi sebagai rasa malu dan iri, serta membahayakan kesejahteraan psikologis kita. Menurut studi dari Harvard Business School, orang yang melakukan humble brag dengan dibalut kalimat keluhan, justru akan berdampak lebih buruk daripada pamer dengan terang-terangan.

"Ini fenomena yang biasa. Kita semua mengenal beberapa orang dalam hidup kita, baik di media sosial, atau pun di tempat kerja, yang melakukan hal menjengkelkan ini. Dan kebanyakan dari mereka tidak disukai saat berbicara karena tidak ada ketulusan di dalamnya," ucap penulis studi Ovul Sezer, asisten profesor perilaku organisasi di Sekolah Bisnis Kenan-Flagler UNC.

Alasan di Balik Perilaku Humble Brag

Founder dari Mindful Champs, Nima Pater seperti dikutip Glamour Magazine, ketika kita memposting sesuatu di media sosial, banyak dari kita yang tidak sabar menunggu untuk menerima umpan balik yang positif. Misalnya dalam bentuk komentar atau suka, karena pengakuan ini membuat otak kita melepaskan zat kimia yang disebut dopamin. Pada dasarnya, umpan balik yang positif seperti ini membuat kita bahagia.

"Sebagai manusia, kita mempunyai kebutuhan untuk merasa dicintai. Itu sebabnya jika sebuah postingan bekerja dengan baik, kita merasa gembira, divalidasi, dan dihargai. Sedangkan jika tidak, kurang suka atau berkomentar buruk, itu akan mengurangi kepercayaan diri dan harga diri kita," paparnya.

Sadar atau tidak humble bragging muncul karena efek media sosial yang menciptakan utopia. Media sosial menciptakan kondisi sempurna untuk perbandingan sosial, yang pada dasarnya adalah proses di mana kita membandingkan diri dengan orang-orang yang berbagi versi ideal kehidupan mereka secara online. Sehingga hal ini bisa memicu perasaan ada sesuatu yang salah dengan kehidupan yang kita jalani sekarang ini.

Rendah hati atau tidak rendah hati, penting untuk disadari bahwa terlalu membual di dunia nyata ataupun media sosial justru membuat kita terlihat tidak aman daripada kesombongan. Sebaiknya berhenti sekarang, daripada melakukannya terus-menerus dan akhirnya dibenci orang lain karena ucapan yang tidak menyenangkan serta menyinggung.

[Gambas:Audio CXO]

(DIR/alm)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS