Saya mungkin adalah beberapa orang yang beruntung bisa mendapatkan kesempatan untuk memasak dipandu oleh seorang MasterChef yang dijuluki 'Ratu Cokelat' Australia, Kirsten Tibballs. Acara demo masak yang adakan pada acara peluncuran produk cokelat Barry Callebaut RB2 di St. Regis Hotel Jakarta pada Sabtu, (12/7) siang itu, saya berkesempatan untuk ikut demo baking.
Sejujurnya saya, tidak begitu kenal siapa Kirsten Tibballs, namun satu yang pasti dia sudah jadi juri langganan di kompetisi memasak bergengsi di seluruh dunia. Mulai dari The World Chocolate Masters di Paris, The Patisserie Grand Prix di Japan, dan The World Chocolate Masters National di London. Ia juga mendirikan sekolah kue dan cokelat di Melbourne, Australia, yang bernama Savour Chocolate and Patisserie School.
Awalnya saya pun tidak begitu antusias, namun ada momen di mana saya sadar bahwa ini adalah momen berharga. Ketika saya masuk ke dalam ruang acara ternyata peserta membludak. Ratusan orang hadir di sana.
Kebanyakan peserta yang hadir adalah dari sekolah akademi masak dan chef profesional. Bahkan saya pun melihat chef Marinka hadir dalam acara tersebut. Saya pun tergagap melihat itu.
Visual yang Cantik yang Menggiurkan
Dalam demo tersebut Kirsten Tibballs membagikan lima resep miliknya. Lima resep kudapan yang bisa menjadi hidangan yang hangat di rumah. Ketika melihat panduan buku resep yang dibagikan oleh panitia, saya terkagum. Betapa cantiknya visual dari lima resep tersebut.
Perpaduan warna yang matching, lapisan, dan tekstur yang dirancang sedemikian rupa membuat kudapan-kudapan tersebut terlihat sangat mewah. Persis seperti hidangan di hotel bintang lima atau di restoran high-end.
Kelima kudapan tersebut memiliki visual yang sama cantiknya. Namun, saya akan membagikan cerita bagaimana saya membuat dari tiga di antaranya yakni, ruby macaron, gold peanut passion fruit wheels, dan passion fruit dan coconut bonbons. Saya mulai dari yang awal ruby macaron.
Kudapan asal Prancis ini dihadirkan dalam warna merah jambu yang menawan. Kulitnya pun dibentuk bunga. Ditambah dengan isian ganache cokelat ruby berwarna hitam di dalamnya dan sedikit cokelat putih di pucuk bunga menunjukkan betapa seninya hidangan tersebut. Perpaduan warna pink, hitam, dan putih dipastikan tidak hanya akan menggugah selera. Namun, juga membangkitkan mood mata.
Kudapan kedua pun tak kalah nyeninya. Resep gold peanut passion fruit wheels ini dibuat dengan bermain rumpun pada satu warna; cokelat tua, cokelat muda, hitam dan putih. Kamu bisa bayangkan memasak ternyata sama persis seperti berpakaian. Mix and match juga dipertaruhkan. Kudapan biskuit ini dibuat dari bahan cokelat, kacang, dan marshmallow.
Hidangan ketiga, passionfruit dan coconut bonbons. Menurut saya, hidangan ini sama mewahnya dengan arsitektur bangunan di Fiorentina dan lukisan Vincent van Gogh. Agak lebay, tapi itu menurut hemat saya. Warna kudapan tersebut benar-benar mirip seperti langit aurora; bercampur baur pada warna yang memudar.
Perpaduan warna coklat tua, muda, dan putih membuat mewah tampilannya begitu mewah. Seperti nggak tega rasanya jika berakhir ke dalam perut. Bahan yang terbuat dari cokelat, kelapa, dan markisa, rasanya pun bisa dipastikan tidak kalah nyeni.
Kagum, Terkesan, dan Membingungkan
Sebagai orang awam tentang dunia masak-memasak, tentu sulit bagi saya untuk menulis pengalaman mengikuti acara ini dari segi resep. Terlebih kudapan yang dibuat adalah hidangan khas ala western. Oleh sebab itu saya mencari hal lain yang bisa diresapi.
Pertama, kagum. Yes, saya benar-benar kagum dengan chocotier sekaligus host program dari TV Chocolate Queen tersebut. Pasalnya dirinya benar-benar ramah terhadap peserta. Pertanyaan dari peserta pun dijawabnya dengan enteng tangan.
Berbagai tips ketika memasak ia sebarkan dalam acara ini. Dirinya sangat detail dalam menjelaskan setiap bahan yang digunakan, apa alasannya, dan bagaimana cara memasaknya. Misalnya ketika membuat gold peanut passion fruit wheels, Kirsten menjelaskan bagaimana penggunaan garam dapat membantu gluten agar lebih rileks dan penggunaan baking powder bertujuan untuk adonan menjadi mekar.
Hal tersebut bertujuan untuk menciptakan rongga pada adonan. Selain itu, dia juga menyarankan agar para peserta untuk mengkombinasikan resep-resep darinya dengan komoditas lokal milik masing-masing. Resep yang dimuat juga bisa digunakan untuk jenis makanan yang lain.
Dari aspek visual setiap kudapan yang dihadirkan juga membuat saya benar-benar terkesan. Pemilihan warna ternyata berperan vital, sama seperti rasa. Percampuran warna yang cocok dapat menjadi nilai esensi dari si kudapan. Mulai dari warna kulit dan isian benar-benar diperhitungkan.
Adapun yang membuat saya bingung sekaligus bertanya-tanya adalah penggunaan bahan-bahan yang tidak familiar terdengar di kuping saya-mungkin karena saya orang awam. Dia menggunakan glukosa cair, pektin NH, gula kastor, gula invert, dan bahkan gelatin lembar emas turut digunakan.
Belum lagi alat masak yang digunakan. Pengering rambut alias hair dryer atau heat gun pun turut digunakan dalam proses memasak. Unik menurut saya, tapi sepertinya hal tersebut cukup lumrah digunakan dalam dunia masak-memasak. Satu lagi yang membuat saya terpana Kirsten memasak dengan sangat bersih.
Tentu saja berbeda dengan saya yang selalu saja berantakan, entah bahan tersebut menempel di baju atau pun jatuh. Setelah memasak pun dapur seperti cosplay kapal pecah; super berantakan.
Meskipun demo memasak ini saya tidak ahli-ahli amat, tapi setidaknya ini adalah pengalaman berharga bagi saya. Terlebih orang-orang yang ikut berdemo memasak dengan Kirsten Tibballs sekelas Chef Marinka yang dikenal sebagai Pastry Chef terkemuka di Indonesia. Tentu saya berbangga diri.
Saya pun jadi banyak tahu bahwa dunia masak tidaklah sesimpel yang dibayangkan karena bahan-bahan dan alat yang digunakan memang tidak mencerminkan itu. Mungkin saya tidak dapat mengikuti pola resep yang dipraktikkan, tapi dari sini saya belajar bahwa memasak itu seni dan bahwa memasak itu sulit, tidaklah sepele seperti yang dipikirkan banyak orang.
Penulis: Fauzi Ibrahim
Editor: Dian Rosalina
*Segala pandangan dan opini yang disampaikan dalam tulisan ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis*