Interest | Home

Menguji Keabsahan Slogan "Makassar Kota Makan Enak" (Part 1)

Selasa, 28 Feb 2023 19:41 WIB
Menguji Keabsahan Slogan
Rangkaian kuliner-kuliner Makassar Foto: Hani Indita - CXO Media
Jakarta -

Selalu ada yang pertama untuk segalanya. Mungkin kalimat tersebut bergerak sebagai kompas dalam tulisan ini. Bukan rahasia lagi bahwa kota Makassar terkenal dengan cita rasa kuliner yang tak pernah gagal menggugah selera hingga jadi makanan favorit banyak orang. Sekelebat bunyi kuliner-kuliner asal ibukota Sulawesi memang pernah sampai di telinga saya, namun sejauh ini belum muncul rasa penasaran yang cukup tinggi untuk mencicipi beragam masakan istimewa khas Makassar.

Berkesempatan untuk mengunjungi Makassar untuk pertama kali, diri ini dibanjiri motivasi untuk mencoba sebanyak-banyaknya kuliner Makassar dengan waktu yang relatif singkat. Terlebih, adanya cetusan branding Kota Makassar sebagai "Kota Makan Enak" yang ditetapkan Januari 2023 lalu oleh Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto. Sekitar 11 makanan khas Makassar telah dipilih menjadi produk unggulan rekomendasi Kota Makassar, di antaranya adalah jalangkote, pisang ijo, coto makassar, konro, pisang epe, barongko, pallubasa, dan masih banyak lagi.

Menurutnya, Makassar merupakan kota dengan pilihan makanan yang selalu tersedia selama 24 jam sehingga masyarakat maupun pengunjung tidak kesulitan mencari makanan. "Kota ini 24 jam tersedia makanan, kalau di tempat lain; di luar negeri itu jam 5 sore sudah tutup, di Jakarta [jam] 10 malam sulit cari makan. Nah, di Makassar satu-satunya kota [di mana bisa] 24 jam cari makanan," ungkapnya. Sehingga, wisata kuliner kali ini saya lakukan sekaligus memeriksa kebenaran di balik slogan tersebut. Tanpa basa-basi, berikut ini adalah ulasannya.

.Coto Makassar/ Foto: Hani Indita - CXO Media

Coto Nusantara

Destinasi pertama yang saya kunjungi tak lama setelah menginjakkan kaki di Makassar adalah Coto Nusantara, sebuah restoran tersohor penyaji coto di Ujung Pandang yang telah berdiri sejak tahun 70-an dan masih memegang ketenarannya di antara kedai coto lain yang tersebar di Makassar. Mungkin, kedai coto legendaris ini bahkan tak asing lagi bagi kamu sebab Coto Nusantara telah menjadi restoran coto top of mind para pelancong dari semua kalangan dan semua usia yang berkunjung ke Makassar.

Keberangkatan dini hari dari Jakarta tanpa dibekali asupan protein membuat coto Makassar menjadi santapan pagi hari yang cukup memuaskan perut. Semangkuk kecil coto hangat hadir di hadapan saya dengan daging yang berlimpah hingga sampai ke dasarnya, sebuah nilai plus karena potongan daging yang disajikan juga tak main-main besarnya. Namun jika boleh jujur, kegurihan kuah Coto Nusantara awalnya tidak memberikan kesan yang mengesankan. Sedikit hambar, saya harus mempersonalisasi dan meracik bumbu tambahan yang memang sudah disediakan di atas meja; garam, sambal tauco, jeruk nipis, daun bawang, dan bawang goreng.

Dua buah buras   pelengkap coto yang merupakan ketupat versi masyarakat Suku Bugis   serta kacang tanah goreng membantu meningkatkan cita rasa semangkuk coto di pagi hari ini. Dari sini saya menyimpulkan bahwa coto sepertinya merupakan sebuah hidangan yang tak kenal waktu, alias cocok disantap kapan saja; untuk sarapan, makan siang, hingga makan malam. Coto Nusantara juga menandakan coto pertama saya seumur hidup, namun tentunya bukan yang terakhir.

Nilai: 6.5/10

.Mi Titi Datu Museng/ Foto: Hani Indita - CXO Media

Mie Titi Datu Museng

Setelah menyantap coto makassar, destinasi selanjutnya berangkat pada rasa penasaran saya kepada mie titi. Walhasil, Mie Titi Datu Museng jadi tempat pemberhentian untuk agenda makan siang. Sebelumnya, kuliner yang satu ini tak pernah terdengar namanya di telinga saya namun deskripsi singkat mengenai mie titi dan namanya yang unik cukup memantik rasa ingin berkenalan saya lebih dalam.

Dikenal juga dengan nama mie kering, mie titi tergolong sebagai Chinese food yang menunya pertama kali dikembangkan oleh seorang warga keturunan Tionghoa yang tinggal di Makassar. Sajiannya cukup menarik karena mie yang digoreng kering akan dipadukan bersama kuah yang kental dicampur dengan telur, irisan ayam, udang, bakso goreng, dan sayur. Kalau bisa dibandingkan, rasa mie titi seperti sup asparagus yang biasa tersedia di restoran Chinese food kenamaan.

Tak disangka, tekstur mie yang garing hingga memunculkan bunyi kriuk saat dikunyah bersatu dengan kuah kental itu menjadi kombinasi spesial saat bersentuhan dengan dinding-dinding mulut. Namun, akan lebih terasa sempurna jika penambah rasa pedas datang dari sambal cabai merah biasa dibanding sambal ala restoran Tionghoa yang relatif asam.

Nilai: 7.5/10

.Es Pisang Ijo/ Foto: Hani Indita - CXO Media

Es Pisang Ijo Rumah Makan Muda Mudi

Tak afdol rasanya jika kita datang ke Makassar tanpa menyantap kudapan khas dari Makassar yang sebenarnya sudah banyak tersebar di berbagai penjuru Indonesia. Ditambah, cuaca panas yang menyelimuti Makassar di siang hari jadi kesempatan yang tepat untuk mencari kuliner pelepas dahaga. Setelah sukses dikenyangkan oleh mie titi, es pisang ijo pun siap beraksi sebagai menu pencuci mulut. Karena agenda yang padat, makan langsung di Rumah Makan Muda Mudi yang juga cukup terkenal di Makassar karena es pisang ijonya tak memungkinkan-hingga saya memilih untuk takeaway dan menikmatinya di hotel.

Mungkin ini mengejutkan bagi beberapa orang, bahwa sepanjang hidup, saya belum pernah mencicipi dessert terkenal satu ini. Lagi-lagi, selalu ada yang pertama untuk segala hal. Manisnya pisang raja yang dibalut oleh adonan tepung beras, santan, dan air daun pandan ini tetap bersinar meski ditemani oleh si bahan pelengkap; bubur sum-sum, sirop merah, dan susu kental manis. Meski bukan penggemar makanan manis, namun es pisang ijo milik Rumah Makan Muda Mudi nyatanya sangat bisa diterima oleh saya. Sederhana namun nikmat. Itulah ulasan singkat yang cukup mendeskripsikan first impression saya terhadap es pisang ijo.

Nilai: 8/10

Penasaran kelanjutan wisata kuliner Makassar versi CXO Media serta kebenaran dari slogan Makassar Kota Makan Enak? Simak di artikel lanjutannya, Menguji Keabsahan Slogan "Makassar Kota Makan Enak" - Part 2.

[Gambas:Audio CXO]

(HAI/DIR)

Author

Hani Indita

NEW RELEASE
CXO SPECIALS