Jika uang tidak lagi menjadi masalah, untuk apa kamu akan menghabiskannya? Pertanyaan ini merupakan salah satu pembuka klasik dalam dunia keuangan pribadi. Banyak dari kita kan menjawab mulai dari perjalanan keliling dunia di kelas bisnis, makan di restoran berbintang Michelin setiap akhir pekan, membeli jam tangan mewah, atau membangun gadget setup impian.
Pakar keuangan pribadi, Ramit Sethi, dalam bukunya yang revolusioner I Will Teach You To Be Rich, memberi label pada hasrat ini. Ia menyebutnya "Money Dial". Konsepnya sederhana namun kuat, daripada hidup hemat yang menyengsarakan (menghilangkan kopi susu harian kamu), lebih baik identifikasi satu atau dua hal yang benar-benar kamu cintai.
Kemudian, putar "kenop" pengeluaran kamu hingga maksimal untuk kategori itu tanpa rasa bersalah. Sebagai gantinya, potong pengeluaran secara agresif pada hal-hal yang tidak kamu pedulikan.
Bagi Ramit, Money Dial-nya adalah kemewahan (luxury) dan kenyamanan (convenience). Bagi orang lain, itu mungkin fitness, hobi, atau makanan organik. Semuanya berpusat pada satu kata, konsumsi.
Strategi ini terbilang brilian, memberikan izin untuk menikmati hasil kerja keras kita. Tapi, bagaimana jika jawaban kamu atas pertanyaan pembuka tadi berbeda? Bagaimana jika kepuasan terbesar kamu bukan datang dari membeli barang untuk diri sendiri, tetapi dari memberi kepada orang lain?
Bagaimana jika "kenop" kamu diatur maksimal, bukan untuk membeli tiket pesawat kamu, tetapi tiket umrah untuk orang tua kamu? Momen inilah saat kita melampaui konsep standar. Pada titik inilah Money Dial kamu bukan lagi tentang konsumsi, melainkan tentang kontribusi.
Ilustrasi money dial/ Foto: iStock |
Konsumsi vs Kontribusi, Evolusi "Rich Life"
Konsep Money Dial beroperasi pada premis kepuasan pribadi yang langsung terjadi. Misalnya kamu membelanjakan Rp5 juta untuk sebuah jam tangan, lalu merasa puas dengan keahlian, status, dan penampilannya di pergelangan tangan kamu. Bisa juga kamu membelanjakan Rp10 juta untuk liburan; kamu menikmati pengalaman, suasananya, dan istirahatnya. Sebuah transaksi yang berpusat pada diri sendiri.
"Contribution Dial" atau "Kenop Kontribusi" beroperasi pada logika yang sama sekali berbeda, namun dengan kepuasan yang seringkali jauh lebih dalam. 'Kenop Kontribusi' bermakna tindakan sadar untuk mengalokasikan pengeluaran terbesar kamu untuk kebahagiaan, kesejahteraan, atau impian orang-orang yang kamu cintai. Ini bukan sekadar "amal" yang didasarkan pada rasa kasihan, melainkan "investasi" yang didasarkan pada cinta dan koneksi.
Mari kita jujur. Membelikan orang tuamu mobil baru, membiayai kuliah keponakan kamu, atau mentraktir seluruh keluarga besar berlibur, seringkali memberikan tingkat kepuasan yang tidak bisa ditandingi oleh pembelian pribadi mana pun. Ya, kan?
Alasannya karena "Contribution Dial" menawarkan sesuatu yang tidak bisa diberikan oleh "Consumption Dial", yaitu Return Ganda.
Ilustrasi investasi spiritual/ Foto: iStock |
Return Ganda, Kepuasan Instan dan Investasi Jangka Panjang
Inilah yang membuat "Contribution Dial" menjadi strategi finansial dan spiritual yang unik. Tidak seperti membeli mobil mewah (yang langsung mengalami depresiasi nilai dan kebahagiaan), memberi kepada orang yang dicintai menghasilkan dua jenis return yang kuat secara bersamaan.
Pertama, yaitu return psikologis instan yang kita sebut "The Warm Glow". Ilmuwan perilaku menyebutnya "Warm Glow" (sensasi hangat). Perasaan ini merupakan kebahagiaan yang nyata dan instan yang kita dapatkan saat melakukan tindakan altruistik.
Saat memberi untuk konsumsi pribadi, kamu adalah satu-satunya penerima kebahagiaan. Saat kamu memberi kepada orang lain, kamu mengalami kebahagiaan mereka bersama dengan mereka. Kamu tidak hanya membeli barang, tapi membeli senyum mereka, rasa terima kasih, dan kelegaan mereka. Kepuasan kamu berlipat ganda.
Konsep Money Dial ini berfokus pada koneksi. Konsumsi bisa menjadi tindakan soliter, kontribusi secara inheren bersifat sosial. Ini memenuhi kebutuhan manusiawi kita yang paling dasar untuk terhubung, untuk berarti, dan untuk menjadi sumber kebaikan dalam lingkaran kita.
Kedua, yaitu return spiritual jangka panjang atau "Investasi Berkah". Dan di sinilah kita benar-benar melampaui Ramit Sethi dan sebagian besar pakar keuangan Barat. Nasihat keuangan tradisional berhenti pada return psikologis. Namun, bagi banyak dari kita, terutama yang dibesarkan dalam budaya yang menghargai bakti dan spiritualitas, ada return kedua yang sama nyatanya yaitu keyakinan pada "Investasi Berkah".
Inilah yang kamu rasakan, kamu memberi kepada orang yang kamu cintai, mereka bahagia, dan mereka mendoakan kamu. Kamu memiliki keyakinan mendalam bahwa doa, restu, atau "ridha" apapun kamu menyebutnya akan kembali kepada kamu dalam bentuk kelancaran rejeki, kesuksesan karir, atau perlindungan dari kesulitan. Bentuk investasi ini merupakan yang paling tua. Hal ini mengubah pengeluaran dari "biaya hangus" menjadi "tabungan spiritual".
Dalam logika ini, membelikan ibu kamu hadiah yang membuatnya tersenyum tulus bukanlah pengeluaran Rp5 juta. Itu adalah setoran Rp5 juta ke rekening "berkah" kamu, yang diyakini akan cair dalam bentuk peluang tak terduga, kesehatan yang baik, atau intuisi yang tajam dalam mengambil keputusan bisnis.
Strategi ini terbilang sangat cerdas karena didasarkan pada keyakinan. Keyakinan ini, pada gilirannya, mengurangi kecemasan finansial, membangun optimisme, dan memberi makna lebih dalam pada pekerjaan kamu. kamu tidak lagi bekerja hanya untuk menimbun kekayaan; kamu bekerja untuk menjadi saluran kemakmuran bagi orang-orang di sekitar kamu.
Ilustrasi hitung-hitungan keuangan./ Foto: iStock |
Cara Hidup dengan "Contribution Dial"
Jika kamu lebih bersemangat memikirkan cara membahagiakan orang lain daripada memanjakan diri sendiri, selamat. kamu telah menemukan Money Dial kamu. Tapi ingat, ini masih sebuah Money Dial. Itu berarti aturan mainnya tetap berlaku.
- Tetap gunakan "kenop". Prinsipnya adalah pengeluaran yang disengaja. Tentukan siapa dan apa yang paling penting. Apakah itu orang tua kamu? Pendidikan? Pengalaman keluarga? Putar kenop maksimal di sana.
- Potong di tempat lain (wajib). Bagian tersulitnya adalah: untuk bisa "berbelanja" secara mewah di Money Dial kontribusimu, kamu harus menghemat secara agresif di tempat lain. Kamu juga harus rela mengatakan "Tidak" pada hal-hal yang tidak penting bagi kamu. Mungkin kamu tidak perlu mengganti mobil setiap 3 tahun, tidak perlu gadget terbaru, dan tidak lagi mengenakan pakaian bermerek.
- Anggarkan secara mindful. Jangan biarkan ini menjadi pengeluaran sisa. Buatlah pos anggaran yang sama seriusnya dengan "Investasi" atau "Dana Pensiun". Sebut saja "Dana Kebahagiaan Keluarga" atau "Dana Investasi Berkah". Alokasikan secara konsisten.
Kesimpulan, Kekayaan Sejati Adalah Sirkulasi
Ramit Sethi merevolusi keuangan pribadi dengan memberi kita izin untuk menikmati kekayaan melalui konsumsi tanpa rasa bersalah. Itu adalah langkah pertama yang penting. Namun, "Contribution Dial" adalah evolusinya. Ini adalah langkah selanjutnya, di mana "Rich Life" didefinisikan ulang.
Konsep ini berakar pada pemahaman bahwa kekayaan sejati bukanlah tentang akumulasi seberapa banyak yang bisa kamu kumpulkan untuk diri sendiri. Kekayaan sejati adalah tentang sirkulasi yaitu seberapa banyak yang bisa kamu alirkan melalui diri kamu untuk memberi dampak pada orang-orang yang paling kamu cintai.
Pada akhirnya, kepuasan terbesar mungkin bukan berasal dari apa yang bisa kita beli untuk diri kita sendiri, tetapi dari kemampuan kita untuk mengatakan, "Saya bekerja keras, sehingga saya bisa memberi dengan murah hati." Itulah definisi "Rich Life" yang sesungguhnya.
Penulis: Andy Wijaya
Editor: Dian Rosalina
*Segala pandangan dan opini yang disampaikan dalam tulisan ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis dan tidak mencerminkan pandangan resmi institusi atau pihak media online.*
(ktr/DIR)
Ilustrasi money dial/ Foto: iStock
Ilustrasi investasi spiritual/ Foto: iStock
Ilustrasi hitung-hitungan keuangan./ Foto: iStock