Meledaknya pergerakan "Peringatan Darurat Indonesia" terus berdengung dari hari ke hari sejak pertengahan minggu ini. Panasnya internet yang dipenuhi gambar Burung Garuda dengan latar belakang biru menjadi bentuk respons atas ketidakpekaan DPR dan pemerintah yang berusaha menganulir putusan Mahkamah Konstitusi perihal perubahan syarat pencalonan kepala daerah.
Semangat perlawanan yang terus bereskalasi hingga pecah pada demonstrasi di kawasan gedung DPR/MPR pada Kamis (22/8) tidak melupakan cara bermain nan unik dari ranah media sosial. Permainan frasa "Let them eat cake" menjelma sebagai refleksi dari kasus pemerintahan monarki Prancis yang telah jatuh oleh tangan rakyatnya sendiri.
Fakta Frasa "Let Them Eat Cake"
Pada masanya, Prancis dipimpin oleh pemerintahan berbasis monarki yang selalu meneruskan kepemimpinan ke dalam satu garis keturunan yang sama—sebuah kondisi yang tidak asing bagi rakyat Indonesia saat ini. Maka, hiduplah seorang ratu bernama Marie Antoinette yang menjadi salah satu bagian dari pemerintahan monarki Prancis, yang tentu terlahir dengan silver spoon di dalam mulutnya.
Antoinette yang akrab dengan terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup sudah pasti merasa nyaman, dengan cara berpikir selayaknya penguasa tanpa perlu merasa takut kekurangan dan kelaparan. Di sinilah momen kelahiran kalimat "Let them eat cake" yang fenomenal.
Suatu hari, diceritakan kalau Antoinette mendengar kalau masyarakat Prancis sedang kelaparan, tanpa memiliki roti untuk dimakan. Sebagai pribadi yang tidak penuh menyentuh masalah hidup nan pelik, dengan enteng ia berkata, "Let them eat cake". Artinya, ia hanya mempertanyakan kenapa mereka tidak makan kue saja? Padahal sebagai bagian dari pemerintah, harusnya ia berpikir kenapa hal tersebut bisa terjadi, bukan malah bertanya. Perbedaan hidup di antara Antoinette dan rakyat Prancis menjadikan ia tidak paham kalau rakyat sedang susah.
Kalimat "tidak menginjak tanah" tersebut akhirnya menjadi besar setelah Revolusi Prancis pecah pada rentang waktu 1789-1799 dengan aksi melawan pemerintah hingga membuat kehidupan mereka berubah. Tentunya revolusi tersebut didasari berbagai faktor, dimulai dari kemuakan atas sistem monarki yang hanya melenggangkan kekuasaan kepada satu keluarga; hingga kondisi ekonomi yang terus menyiksa masyarakat.
Tapi apakah kamu tahu kalau sebenarnya sejarah mencatat bahwa "Let them eat cake" tidak pernah dikatakan secara langsung oleh Antoinette?
Faktanya, frasa "Let them eat cake" lahir dari buku berjudul Confessions karangan Jean-Jacques Rousseau yang ditulis 24 tahun sebelum Revolusi Prancis. Buku tersebut ditulis saat Antoinette masih berumur sembilan tahun dan sedang tinggal di Austria, serta baru dirilis pada saat ia baru menduduki kursi ratu selama delapan tahun.
Selain itu, kata "cake" yang dipakai saat ini pun juga misleading. Di dalam buku itu malah tertulis "Qu'ils mangent de la brioche" atau "Let them eat brioche". Brioche sendiri merupakan jenis roti yang dianggap makanan mewah pada masanya karena menggunakan bahan telur dan mentega. Hal ini memperlihatkan betapa jauhnya cara berpikir penguasa dan rakyat.
Jadi, "Let them eat cake" memang tidak pernah keluar dari mulut Antoinette. Saat Revolusi Prancis yang merenggut nyawa Antoinette pun, mereka juga tidak pernah menggunakan sebagai "bahan bakar" perjuangan. Namun semuanya berubah ketika seorang jurnalis bernama Jean-Baptiste Alphonse Karr menulis jurnal satir yang dirilis bulanan bertajuk Les Guêpes pada Maret 1843 karena di sanalah tertulis hubungan frasa tersebut dengan Antoinette.
Kini "Let them eat cake" terus menjadi simbol perlawanan kaum proletar atas kelas penguasa yang tidak mau memahami keinginan di akar rumput pada ratusan tahun kemudian. Sekarang hanya sejarah yang mencatat kalau tindak tanduk pemerintah beraroma monarki yang terasa normal pada masa lampau sudah tidak relevan lagi untuk dilegalkan pada era modern yang dipenuhi keterbukaan informasi dan jiwa-jiwa yang siap melawan.
(tim/alm)