Insight | General Knowledge

Tragedi Bhopal: Yang Terjadi dalam Bencana Industri Terparah di Dunia

Kamis, 23 Nov 2023 16:33 WIB
Tragedi Bhopal: Yang Terjadi dalam Bencana Industri Terparah di Dunia
Foto: Getty Images
Jakarta -

Sehabis Chernobyl, muncul satu lagi serial baru yang mengangkat bencana industrial dalam skala masif. Serial The Railway Men yang diproduksi oleh YRF Entertainment dan baru saja dirilis di Netflix mengangkat tentang kebocoran gas dari pabrik pestisida yang terjadi di Bhopal, India.

Meski peristiwa ini hanya berjarak 2 tahun dari meledaknya Chernobyl di tahun 1986, tapi pemberitaan dan pembahasan mengenai apa yang terjadi nyaris tak pernah terdengar di media internasional. Padahal, peristiwa ini merupakan sebuah malapetaka bagi warga India, yang dampaknya masih dirasakan hingga hari ini.

Pada tahun 1970, perusahaan Union Carbide Corporation (UCC) yang berbasis di Amerika Serikat mendirikan pabrik di Bhopal, dengan tujuan melebarkan pasar penjualan pestisida di India. Namun, penjualan tak pernah mencapai target lantaran produk Union Carbide terlalu mahal untuk para petani di sana. Tak disangka, 14 tahun kemudian, pabrik ini justru membawa malapetaka bagi warga Bhopal.

Tragedi Bhopal disebut-sebut sebagai bencana industrial terparah di dunia. Dalam bencana ini, sebanyak 40 ton gas beracun terlepas ke udara sekitar kota Bhopal dan dihirup oleh 500.000 orang. Apa yang sebenarnya terjadi 39 tahun yang lalu?

Detik-Detik Saat Terjadi Kebocoran

Pada tanggal 2 Desember 1984, seorang teknisi membanjiri saluran pipa dengan air. Namun karena beberapa katupnya bermasalah, air tersebut masuk ke dalam tangki penyimpan bahan kimia dan memicu sebuah reaksi. Lewat tengah malam pada 3 Desember, tangki ini akhirnya mengalami kebocoran dan menyebabkan gas methyl isocyanate (MIC) yang disimpan di dalamnya menyembur ke luar.

Sejatinya, pabrik tersebut dilengkapi dengan 6 sistem pengaman yang bisa mendeteksi adanya kebocoran. Namun, pada malam itu tak ada sistem tersebut pengaman yang berfungsi. Alhasil, gas beracun menyelimuti kota Bhopal. Selain MIC, bahan kimia beracun lainnya seperti hidrogen sianida dan karbon monoksida juga ikut bocor ke luar. Apabila terhirup, MIC bisa menyebabkan kesulitan bernapas, iritasi mata dan kulit, hingga berujung pada kematian.

Total korban jiwa masih belum bisa dipastikan, namun angkanya begitu besar. Secara resmi, Union Carbide mencatat ada 3.800 korban jiwa yang meninggal sesaat setelah terjadi kebocoran. Namun angka ini terus bertambah di hari-hari berikutnya, sehingga diperkirakan 7.000 jiwa meninggal di minggu pertama sejak terjadi kebocoran. Amnesty International sendiri mencatat selama 20 tahun terakhir, ada 15.000 orang yang meninggal akibat menderita penyakit setelah terpapar dengan gas beracun.

Korban Belum Mendapat Keadilan

Setelah terjadi kebocoran gas, Union Carbide kemudian menutup pabrik tersebut. Tapi, mereka tidak pernah mengambil langkah untuk membersihkan sisa-sisa bahan kimia beracun di sekitar pabrik. Bahan-bahan ini ikut mencemari sumber air di Bhopal dan menyebabkan kanker, kerusakan otak, serta bayi-bayi yang terlahir cacat.

Seorang penyintas bernama Rashida Bi menceritakan duka yang dialaminya akibat kejadian ini. Selama 30 tahun terakhir, ia telah kehilangan 5 anggota keluarga akibat penyakit kanker. Ia merasa mereka yang selamat dari peristiwa kebocoran gas "tidak beruntung". "Yang beruntung adalah mereka yang meninggal pada malam itu," ucapnya dilansir dari The Guardian.

Ironisnya, peristiwa kebocoran gas pada tahun 1984 sebenarnya bisa dicegah. Dua tahun sebelumnya, sebuah laporan audit menggarisbawahi kekhawatiran terhadap keselamatan pabrik di Bhopal. Terjadinya beberapa kecelakaan di pabrik juga membuat para pekerja dan media lokal memperingatkan manajemen untuk memperbaiki standar keselamatan pabrik. Tapi, pihak manajemen pabrik memilih untuk mengabaikan permasalahan keamanan.

Hingga hari ini, mereka yang bertanggung jawab atas tragedi Bhopal belum mendapat hukuman yang setimpal. Pada 1989, Union Carbide setuju untuk membayar $470 juta sebagai bentuk kompensasi untuk para korban. Akan tetapi, para korban tidak dilibatkan dalam negosiasi, sehingga masing-masing dari mereka hanya mendapatkan sekitar $500.

Pengadilan India sebenarnya telah menuntut Warren Anderson-CEO Union Carbide pada waktu itu-dengan tuduhan "pembunuhan tidak terencana". Namun, baik Anderson maupun perusahaannya selalu menolak hadir di persidangan di India. UCC sendiri bersikeras tragedi yang terjadi merupakan sepenuhnya tanggung jawab Union Carbide India Limited. Padahal meski dikelola oleh UCIL, UCC masih memiliki sebagian besar saham pabrik di Bhopal dan ikut campur dalam urusan manajerial.

Satu hal yang membedakan tragedi Bhopal dengan bencana industri lainnya adalah, bencana ini tidak disebabkan oleh kelalaian yang tidak disengaja. Melainkan, disebabkan oleh manajemen perusahaan yang abai terhadap warga dan lingkungan di sekitar pabrik dan dan hanya mementingkan keuntungan. Meski sudah 39 tahun berlalu, tapi tragedi ini masih menyisakan duka yang besar di antara warga India.

(ANL/tim)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS