Insight | General Knowledge

Nepo Baby dan Privilese

Selasa, 22 Nov 2022 18:30 WIB
Nepo Baby dan Privilese
Foto: Getty Images
Jakarta -

Di dunia ini, akan selalu ada orang-orang yang terlahir dengan kekayaan dan ketenaran—seperti anak-anak pasangan selebriti papan atas yang tumbuh besar di bawah bayang-bayang nama orang tua mereka. Beberapa di antara mereka akhirnya mencoba untuk keluar dari bayang-bayang tersebut dengan membuktikan diri melalui karir yang penuh prestasi. Kendall Jenner, misalnya, meski dirinya bagian dari klan Kardashian tapi ia berhasil membuktikan kepiawaiannya sebagai model. Atau kalau dari dalam negeri, ada Noe Letto yang berhasil berkarir sebagai musisi terlepas dari fakta bahwa ayahnya adalah penyair legendaris Emha Ainun Nadjib.

Di internet, ada istilah khusus untuk mereka yang mewarisi ketenaran orang tua mereka, yaitu nepo baby (nepotism baby). Warganet terkadang menggunakan istilah ini dalam konteks yang netral, yaitu sebagai kata ganti untuk menyebut anak-anak dari pasangan selebriti. Tapi nepo baby juga bisa berkonotasi buruk, seperti baru-baru ini ketika aktris Lily-Rose Depp menjadi topik pembicaraan hangat di jagat maya. Anak dari Johnny Depp dan Vanessa Paradis tersebut merasa orang-orang kerap mendiskreditkan bakat dan usaha yang dilakukannya untuk bisa eksis sebagai aktris di Hollywood.

"People are going to have preconceived ideas about you or how you got there, and I can definitely say that nothing is going to get you the part except for being right for the part," ucapnya ketika diwawancara oleh Elle. Menurut Lily-Rose, anggapan orang-orang mengenai nepo baby tidak tepat dan tidak adil bagi dirinya yang telah berusaha keras untuk sampai di titik karirnya yang sekarang. Ia juga merasa sebutan nepo baby hanya ditargetkan untuk perempuan, "If somebody's mom or dad is a doctor, and then the kid becomes a doctor, you're not going to be like, 'Well, you're only a doctor because your parent is a doctor.' It's like, 'No, I went to medical school and trained."

Pernyataan Lily-Rose ini mendapat kritik dari rekan-rekan model dan aktris, salah satunya Vittoria Ceretti. Model berdarah Italia tersebut mengatakan bahwa pengalaman Lily-Rose tidak akan pernah bisa dibandingkan dengan pengalamannya sendiri yang memulai karir dari bawah. Menurutnya, meski Lily-Rose telah bekerja keras, ia tak akan pernah tahu rasanya tak punya uang di awal karir dan juga sulitnya mendapatkan rasa hormat dari orang-orang di industri. "I have many nepo baby friends whom I respect, but I can't stand listening to you compare yourself to me. I was not born on a comfy sexy pillow with a view. I know it's not your fault, but please, appreciate and know the place you came from," tulis Vittoria dalam unggahan Instagram.

[Gambas:Instagram]

Terlepas dari apa yang dikatakan Lily-Rose, nepo baby berlaku untuk semua profesi, tak terkecuali dokter. Sudah menjadi rahasia umum bahwa ada kultur nepotisme di dunia kedokteran, mereka yang memiliki orang tua dokter atau kenal dengan "orang dalam" dunia kedokteran disebut-sebut lebih mudah menjadi dokter ketimbang mereka yang berasal dari keluarga non-kedokteran. Selain itu, ada juga nepo baby di dunia politik yang tak usah dipertanyakan lagi keberadaannya. Tak terhitung berapa jabatan politik yang diamankan untuk sanak saudara berkat ikatan kekeluargaan, salah satu contohnya adalah Gibran Rakabuming yang berhasil menjadi Walikota Solo mengikuti jejak ayahnya.

Pertanyaannya, apakah semua nepo baby ini benar-benar memiliki bakat dalam bidang yang mereka geluti atau sebatas memiliki keberuntungan karena dilahirkan di keluarga yang tepat? Tapi tak dapat dimungkiri bahwa memiliki orang tua yang kaya dan terkenal, apalagi berkuasa, adalah sebuah bentuk privilese yang hanya dimiliki segelintir orang. Para nepo baby mungkin bekerja keras seperti orang lain, dan pernah merasakan kegagalan seperti yang dialami banyak orang. Tapi setidak-tidaknya kalau mereka gagal, mereka bisa memanfaatkan akses dan sumber daya milik orang tua yang pastinya siap membantu mereka-tanpa harus mengkhawatirkan risiko jatuh miskin kalau karirnya gagal.

Seperti yang dikatakan Vittoria Ceretti, sah-sah saja bagi para nepo baby untuk memiliki privilese. Lagipula kalau mereka benar-benar berbakat dan berhasil memanfaatkan privilese itu untuk menorehkan prestasi yang gemilang, orang-orang juga tidak akan mempersoalkan siapa orang tua mereka. Jadi sah-sah saja apabila para nepo baby ingin membuktikan diri, asalkan mereka tidak denial terhadap privilese yang mereka miliki dan berceramah soal kerja keras kepada orang-orang yang sudah jelas tidak seberuntung mereka.

[Gambas:Audio CXO]

(ANL/alm)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS