Insight | General Knowledge

Masa Depan Cashless Society

Rabu, 02 Mar 2022 17:00 WIB
Masa Depan Cashless Society
Foto: Ivan Samkov/Pexels
Jakarta -

Bepergian tanpa uang tunai di saku, rasanya tidak begitu mengerikan pada masa ini. Berkat kecanggihan teknologi, berbagai jenis transaksi bisa dilakukan secara cashless atau tanpa uang tunai. Melalui bantuan smartphone, kita bisa mengakses uang digital yang tersimpan pada platform-platform keuangan yang menunjang transaksi berbasis digital.

Saat ini, tingkat penggunaan uang non tunai telah jauh berkembang-terlebih karena situasi corona. Melakukan berbagai transaksi mulai dari membeli pakaian di online shop, memesan makanan secara daring, atau bahkan membayar pecel lele di pinggir jalan, semuanya bisa dilakukan hanya dengan memindai suatu QRcode.

Di era yang semakin canggih setiap harinya, fenomena cashless yang dilakukan masyarakat menimbulkan beberapa pertanyaan besar. Apakah bertransaksi secara cashless lebih menguntungkan daripada yang konvensional? Di sisi lain, adakah kekurangan atau kerugiannya? Dan yang paling penting, bentuk cashless seperti apa yang berlaku pada masa kini dan apa pula bentuknya di masa mendatang?

.Ilustrasi orang membayar cashless/ Foto: Kampus Production/Pexels

Keuntungan menjadi cashless society

Beberapa tahun yang lalu, konsep uang secara fisik suatu hal yang sulit ditinggalkan. Tapi siapa yang sangka, dalam waktu sekejap penerapan cashless society justru semakin digandrungi masyarakat.

Perpindahan dari uang tunai ke digital disambut masyarakat dengan baik. Kepraktisannya dianggap sebagai daya tarik utama. Saat ini, masyarakat tidak lagi perlu repot bolak-balik ke ATM untuk mengambil uang tunai. Selain itu, bahaya uang palsu juga perlahan sirna karena telah berbentuk digital, sekaligus meminimalisir tindak kriminal seperti penodongan atau perampokan secara langsung.

Konsep transaksi digital ini juga dianggap lebih praktis. Masyarakat tidak perlu mencari nominal yang tepat atau menunggu uang sisa kembalian. Semua menjadi lebih presisi, plus tercatat secara rapi. Masyarakat juga lebih bisa mengontrol jumlah keuangan   baik pendapatan atau pengeluaran-dalam waktu singkat dan tepat. Secara lebih luas, kondisi cashless juga memudahkan pemerintah untuk mengontrol jumlah uang beredar, sehingga risiko inflasi bisa dicegah sejak dini.

Kekurangan cashless society

Dari sejumlah keuntungan yang dipaparkan di atas, pelaksanaan konsep cashless society ternyata tidak lepas dari kekurangan di sisi yang lainnya. Kita telah menyadari, bahwa cashless society mempermudah masyarakat dalam berbelanja. Namun secara sadar atau tidak, kemudahan ini juga mendorong gaya beli yang cenderung konsumtif.

Perihal keamanan, gaya cashless memang meminimalisir kejahatan secara langsung. Namun sialnya, konsep digital juga memiliki celah yang memungkinkan serangan siber. Hal ini berarti kehatian-hatian pengguna dalam mengakses transaksi secara cashless perlu diperhatikan. Pasalnya, semua yang terjadi di ruang digital tidak lepas dari bahaya peretasan atau bahkan pencurian data diri.

Pada level masyarakat secara meluas, konsep cashless memang telah berjalan dan berkembang. Namun begitu, ternyata tidak semua kalangan memiliki anggapan serta pemahaman yang sama. Mudahnya, konsep cashless society akan berlangsung dengan optimal apabila setiap lini masyarakat juga telah menganutnya. Fakta bahwa masyarakat-khususnya di Indonesia masih memiliki kegagapan teknologi, adalah penghambat pengoptimalan konsep cashless society.

.Ilustrasi cashless/ Foto: Karolina Grabowska/Pexels

Cashless hari ini dan masa depan

Berbagai platform penyedia transaksi cashless telah bermunculan. Pemerintah bahkan telah memiliki saluran utama transaksi non tunai yang terpadu lewat fitur QRIS di beberapa bank kelolaan BUMN. Hal ini, menjadi langkah yang baik bagi kelangsungan cashless society itu sendiri.

Pada awalnya, transaksi non tunai diperkenalkan lewat bantuan kartu secara fisik seperti kartu debit, kredit, atau kartu e-money. Atas bantuan teknologi, kemajuan transaksi cashless ini beralih lebih canggih ke ranah digital, yaitu melalui smartphone. Selain bentuknya yang berevolusi, mata uang yang dipergunakan juga turut berkembang. Buktinya, beberapa jasa penyedia transaksi digital memungkinkan para pengguna bertransaksi melalui fitur poin yang ada di tiap platform sebagai alat tukar.

Semua lini memang beralih ke ranah digital, tidak terkecuali mata uang. Meskipun saat ini mata uang konvensional masih menjadi alat tukar resmi-pada transaksi non-tunai, kemungkinan uang digital menjadi yang utama rasanya kian hari kian nyata. Apalagi tren cryptocurrency belakangan ini ramai diperbincangkan masyarakat. Salah satu yang menarik perhatian adalah fenomena Ghozali Everyday. Pemuda asal Semarang tersebut, berhasil menjadi miliarder karena karya selfie-nya dihargai tinggi pada lokapasar NFT. Setidaknya dari situ, orang-orang mulai percaya bahwa koin  seperti BitCoin atau Ethereum  pada cryptocurrency, mampu mewakili peran mata uang resmi, sekarang atau nanti.

.Ilustrasi kripto/ Foto: Rodnae Production/pexels

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) disinyalir sedang mengkaji produk mata uang digital buatan Indonesia, Central Bank Digital Currency (CBDC). Meskipun realisasinya masih dipertanyakan, tetapi setidaknya, langkah ini semakin memungkinkan kesempatan uang digital untuk menggantikan mata uang konvensional seperti Dolar atau Rupiah.

Segala perkembangan yang terjadi pada cashless society sekarang, bisa dengan mudah kita nikmati dan evaluasi bersama-sama. Sebab pada masa mendatang, kita harus lebih siap dalam menghadapi segala kemungkinan, termasuk yang berkaitan dengan transaksi non-tunai. Menurut kalian, bagaimana kelangsungan cashless society di masa mendatang? Akankah lebih canggih dan mampu menggantikan mata uang konvensional?

[Gambas:Audio CXO]

(RIA/DIR)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS