Insight | General Knowledge

Atraksi Singkat Menyingkat Kata di Indonesia

Kamis, 13 Jan 2022 17:03 WIB
Atraksi Singkat Menyingkat Kata di Indonesia
Foto: John Jennings/Unsplash
Jakarta -

Umumnya, manusia lahir di RSIA. Seorang Bumil akan dibantu dokter bergelar Sp.OG saat persalinan. Selanjutnya, ortu akan membagi tugas; ayah mengurus Akta dan KK; sedangkan ibu memberi ASI. Memasuki masa BALITA, anak mulai didaftarkan ke KB, lalu TK. Hal ini penting agar anak siap belajar di SD sampai SMA.

Jurusan IPA dan IPS tersedia di SMA. Di sana, siswa tidak hanya belajar tapi juga bisa ikut ekskul pilihan seperti Pramuka atau Paskibra. Tidak lengkap rasanya jika tidak membahas perilaku bucin semasa SMA, di mana aksi PDKT dan PHP ramai dipraktikan para ABG. Pada masa ini pula, mulai muncul perilaku baper-an. Perkara terlambat membalas chat WA saja, seorang gebetan bisa BT seharian.

Setelahnya bangku kuliah adalah tujuan. Jasa bimbel ramai digunakan agar sukses masuk UI atau UGM jalur SNMPTN Undangan. Sebelum lulus, biasanya prosesi BTS dan acara pensi akan dilangsungkan. Bagi yang tidak melanjutkan kuliah, bekerja adalah pilihan. Bekerja di luar negeri disebut TKI, sementara pekerja asing disebut TKA.

BTW, di zaman serba OL seperti sekarang, kegiatan seperti menonton, bekerja hingga berolahraga dapat dilakukan dengan mudah. Menonton sinetron kini bisa lewat HP. Adanya medsos seperti IG, memunculkan profesi selebgram sehingga para ABG tidak perlu repot mengikuti PNS. Kemudian dengan adanya esport, kita bisa tetap berolahraga sambil rebahan meski tidak ikut SKJ di GBK Senayan. Bahkan sekarang tertawa dapat diungkapkan dengan LOL atau LMAO.

Zaman sekarang ini, masyarakat tidak perlu repot untuk mengurus pernikahan karena adanya WO. Atau bila ingin menikah dengan sederhana, sepasang kekasih bisa menikah di gedung KUA. Jadi, bagaimana? Apakah kamu masih TBL TBL TBL? Takut Banget Loh? Dalam mengarungi kehidupan?

***

Paragraf-paragraf di atas hanyalah ilustrasi sederhana-yang sedikit liar, mengenai bagaimana kata-kata singkatan telah menghiasi kehidupan kita semenjak kecil sampai sekarang. Menyingkat bahasa, sejatinya bukanlah hal yang dilarang. Bahkan secara serius, Pemerintah Republik Indonesia telah mengatur teknik-teknik singkatan melalui Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).

Merujuk pada PUEBI, teknik singkatan dan akronim, dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian. Pembagian ini didasari oleh jenis penggunaanya. Berikut adalah jenis-jenis singkatan danĀ akronim yang tercantum pada PUEBI yang perlu kamu tahu:

1. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik pada setiap unsur singkatan itu. Misalnya:

  • A.H. Nasution - Abdul Haris Nasution
  • H. Hamid - Haji Hamid
  • S.Kom. - Sarjana Komunikasi
  • Sdr. - saudara
  • Kol. Darmawati - Kolonel Darmawati

2. A. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya:

  • NKRI - Negara Kesatuan Republik Indonesia
  • UI - Universitas Indonesia
  • PBB - Perserikatan Bangsa-Bangsa
  • KUHP - Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

B. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama diri ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya:

  • PT - perseroan terbatas
  • SD - sekolah dasar
  • KTP - kartu tanda penduduk

3. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik. Misalnya:

  • hlm. - halaman
  • dll. - dan lain-lain
  • dsb. - dan sebagainya
  • dkk. - dan kawan-kawan

4. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat-menyurat masing-masing diikuti oleh tanda titik. Misalnya:

  • a.n. - atas nama
  • d.a. - dengan alamat
  • u.b. - untuk beliau

5. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya:

  • Cu - kuprum
  • cm - sentimeter
  • kVA - kilovolt-ampere
  • Rp - rupiah

6. Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya:

  • BIG - Badan Informasi Geospasial
  • BIN - Badan Intelijen Negara
  • LIPI - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
  • PNS - Pegawai Negeri Sipil

7. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya:

  • Bulog - Badan Urusan Logistik
  • Bappenas - Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

8. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata atau gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:

  • iptek - ilmu pengetahuan dan teknologi
  • pemilu - pemilihan umum
  • puskesmas - pusat kesehatan masyarakat

Singkatan sebagai produk budaya

Secara sadar atau tidak, kebiasaan menyingkat kata-kata telah kita praktikan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih dari itu, semenjak zaman perjuangan dahulu, istilah-istilah seperti BPUPKI, 'Jas Merah', hingga Orba telah familiar di tengah masyarakat.

Pada era modern, ungkapan gaul sehari-hari bahkan juga mengalami proses penyingkatan saat penggunaannya. Meskipun tidak selalu baku dan berbahan dasar Bahasa Indonesia, ungkapan sederhana seperti "btw, otw, hingga pap", ironisnya dapat dengan mudah tersampaikan tanpa kehilangan makna. Berkembangnya media komunikasi, mungkin juga menjadi salah satu faktor yang mengawal singkatan tetap relevan dalam perjalanan evolusinya.

Dahulu, semasa surat-menyurat masih menjadi media komunikasi, gaya berbahasa puitis dan bertele-tele memang popular untuk digunakan. Pada masa itu, komunikasi sangat terhambat oleh ruang dan waktu - dan boleh jadi, pesan yang disampaikan dalam surat tersebut merupakan rangkuman perasaan rindu selama berhari-hari, semenjak surat itu ditulis hingga akhirnya sampai ke tangan penerima.

Di era smartphone, gaya yang tadinya puitis berubah dengan drastis. Adanya internet -yang memangkas perkara jarak dan waktu, mengubah gaya berbahasa berbanding terbalik dari periode sebelumnya. Misalnya, untuk menyampaikan cinta, seorang kekasih hanya memerlukan tiga huruf - "I L Y" dalam waktu satu detik, untuk akhirnya dibaca dan dimaknai oleh sang kekasih di sisi lain. Hal ini membuktikan bahwa bahasa dapat bergerak secara dinamis sekaligus adaptif.

Selain itu, singkatan ternyata juga bisa menjadi gaya berbahasa di dunia hiburan. Mulai dari Film berjudul AADC, kelompok lawak Warung Kopi Dono Kasino Indro (Warkop DKI), hingga band bernama Orkes Moral Pengantar Minum Racun (OM PMR) nyatanya memanfaatkan teknik ini dengan sengaja sebagai bukti eksistensinya. OM PMR, melalui tembangnya "Istilah Cinta" bahkan memanfaatkan singkatan pada lirik-lirik lagu mereka. Kesan jenaka dengan kata-kata catchy seperti "rolex, resiko orang jelek", atau "romantis, rokok makan gratis" adalah bukti betapa fleksibelnya teknik menyingkat kata dapat diterapkan.

Bahasa, sepatutnya memang harus adaptif karena bahasa menjadi representasi suatu generasi - mengingat preferensi dan perkembangan ilmu tiap zaman tidak selalu memiliki kesamaan. Selebihnya, selama penggunaan teknik singkatan tidak dilakukan secara berlebihan, tidak melanggar kaidah atau aturan, dan tidak mengurangi makna dalam berbahasa, rasanya memanfaatkan teknik singkat-menyingkat akan menjadi teknik yang panjang umur dan terus lestari. So, WDYT?

[Gambas:Audio CXO]



(RIA/DIR)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS