Era streaming telak mengubah cara kita menonton. Dari ritual kolektif di ruang tamu, menjadi konsumsi personal yang sangat segmentatif, perkara kian banyaknya pilihan platform, rilis konten yang datang tanpa jeda, dan biaya langganan diam-diam membengkak. Menjadi penonton yang budiman kini bukan hanya soal pandai memilih selera, tetapi juga strategi bertahan hidup—bagaimana menikmati hiburan tanpa memperberat awal bulan.
Menghadapi problema tersebut, ide "All You Can Eat Watch" jadi terdengar menarik. Bagaimana jika penonton bisa menikmati bermacam ragam tontonan hanya dengan sekali bayar, yang bukan semata paket hemat, tapi satu akses ke dua ekosistem tontonan yang karakternya berbeda jauh? Dan dalam konteks ini, terobosan bundling HBO Max dan Viu tampaknya hadir sebagai jawaban yang masuk akal.
Prestise Barat Bertemu Ritme Asia
Sebelumnya, agak sulit membayangkan: bisa mengakses konten sarat prestise ala Barat dengan drama/variety Asia hanya dengan sekali bayar dan tanpa harus kelola banyak akun atau sibuk mencocokkan tanggal tagihan.
Tapi angin baik kali ini berpihak kepada penggemar tontonan Indonesia—dan Asia Tenggara—berkat konvergensi HBO Max dan Viu. Mereka yang aslinya berjalan pada frekuensi berbeda, mantap menawarkan paket hiburan yang cair dengan bertemu di titik tengah.
HBO Max sendiri lekat dengan produksi kelas sinema: The Pitt, House of the Dragon, IT: Welcome to Derry, hingga Peacemaker. Musim kedua The Last of Us bahkan mencatat puluhan juta penonton global hanya dalam dua bulan, mempertegas daya tarik adaptasi gim berkualitas. Ditambah lagi katalog DC Universe, Harry Potter, dan Friends yang tak lekang zaman.
Di lain sisi, Viu mampu hadir melengkapi dengan ritme harian khas Asia: Taxi Driver 3 dengan thriller vigilante yang menggigit, komedi remaja Undercover High School, hingga berbagai variety populer seperti Running Man dan Exchange 4. Bagi penonton Indonesia, perpaduan dua dunia ini terasa seperti paket lengkap untuk berbagai suasana menonton.
Logika Harga dan Nilai Guna
Kolaborasi acap kali disebut sebagai kunci jawaban dalam memenuhi keinginan penonton yang tak lagi terbatasi genre. Orang-orang yang hendak menonton perebutan takhta Targaryen di akhir pekan bisa juga mengikuti drama keadilan ala Seoul tiap hari kerja. Satu terobosan yang juga solutif bagi pasangan dengan selera tontonannya berbeda tetapi enggan mengocek ongkos lebih mahal.
Oleh sebab itu, titik temu HBO Max dan Viu yang katalognya hampir tidak saling tumpang tindih, terasa memuat nilai yang lebih utuh. Bundling yang diluncurkan di Asia Tenggara ini menggabungkan HBO Max Standard dan Viu Premium dalam satu siklus pembayaran yang sama sekali tidak merepotkan pengguna.
Penghematannya juga nyata; di beberapa negara, selisih harga antara langganan terpisah dan bundling cukup signifikan untuk terasa di dompet. Kisaran mengakses penuh HBO Max dan Viu di Indonesia dalam sekali jalan bahkan tidak sampai seratus ribu rupiah.
Selain harga, pola rilis yang saling melengkapi jadi keuntungan lain. Saat HBO Max menyiapkan musim baru House of the Dragon atau The Last of Us, misalnya, Viu sedang sibuk merilis drama dan variety baru. Jadwal yang subur ini tampaknya bisa mengisi "kemarau konten"—faktor klasik yang sering membuat orang berhenti berlangganan.
Pada akhirnya, bundling HBO Max dan Viu bukan hanya strategi bisnis dua raksasa konten. Bukan pula memanfaat celah konsumtif di antara situasi ekonomi yang kadang mencekik. Tawaran terbaru ini justru lebih mencerminkan bagaimana cara publik menonton hari ini: lintas budaya, ingin efisien, tapi tetap ingin punya ruang pelarian.
Di tengah kenaikan biaya hidup dan makin banyaknya platform yang berlomba merebut atensi, paket ini menawarkan sesuatu yang lebih mudah didapat daripada bahan bakar minyak berkualitas tinggi.
(cxo/cxo)