Interest | Art & Culture

Harry Potter Dibuat Menjadi Series, Perlukah?

Selasa, 18 Apr 2023 16:30 WIB
Harry Potter Dibuat Menjadi Series, Perlukah?
Foto: PictureLux/The Hollywood Archive/Alamy Stock Photo
Jakarta -

Harry Potter akan memasuki era baru dengan serial TV orisinil HBO Max yang sedang digarap oleh Warner Bros. Kabarnya, serial Harry Potter ini akan mengenalkan deretan pemain yang baru untuk membawa adaptasi akurat dari buku yang mengisahkan petualangan bocah penyihir dengan tanda luka di dahi.

Casey Bloys selaku CEO HBO Max menyatakan bahwa proyek ini akan berjalan selama kurang lebih 10 tahun. Rencananya, setiap season akan memuat 10 episode yang tak berisikan kisah dalam novel Fantastic Beasts, sehingga fokus cerita dari series ini tetap jatuh pada kehidupan Harry Potter. Sampai saat ini, seri film yang sudah rampung diproduksi 12 tahun lalu tersebut memang kerap dikritik tidak mengadaptasi buku secara keseluruhan—dengan durasi menjadi salah satu alasan utama di baliknya. Buku karya J.K. Rowling yang telah berjilid-jilid tersebut memiliki beberapa detail dan side story yang gagal dituangkan dalam film-film Harry Potter. Sehingga, kabar ini disambut dengan bahagia oleh para penggemar Harry Potter.

Sebagai penulis buku fantasi sekaligus executive producer untuk series yang akan datang, J.K. Rowling berpendapat bahwa aksi ini dilakukan sebagai salah satu upaya dalam melestarikan keutuhan dari karyanya. "(HBO) Max's commitment to preserving the integrity of my books is important to me, and I'm looking forward to being part of this new adaptation which will allow for a degree of depth and detail only afforded by a long form television series," ucapnya.

HNJ3CB Harry Potter a l'ecole des sorciers Harry Potter and the sorcerer's stone 2001 Real. : Chris Columbus Rupert Grint Daniel Radcliffe Emma Watson. Collection Christophel © Warner Bros..Rupert Grint, Daniel Radcliffe, dan Emma Watson di film Harry Potter and the Sorcerer's Stone/ Foto: Alamy Stock Photo/Collection Christophel © Warner Bros.

Melestarikan pop kultur?
Selain antusiasme, tak sedikit juga yang menyanggah kabar ini dengan pertanyaan, "Who asked for this?" Sebagai fellow Potterhead, saya pun harus setuju dengan reaksi skeptis tersebut. Meskipun serial ini direncanakan tayang pada tahun 2025 atau 2026—cukup waktu untuk menyempurnakan babak pembuka yang menjadi gambaran beberapa musim selanjutnya—revamp merupakan sebuah langkah yang sebenarnya tak diperlukan. Terlebih untuk Harry Potter yang franchise-nya sudah sangat besar dan kokoh.

Hingga saat ini, Harry Potter tetap memiliki penggemar setianya di seluruh penjuru dunia. Some people may not have watched any Harry Potter movies, but they surely are familiar with the whole deal of it. Sejatinya, franchise tersebut sangat digandrungi hingga dianggap tak mungkin mati. Meski masa kejayaannya memang sudah tak seindah dulu, namun tak bisa dimungkiri bahwa Harry Potter telah terpatri dalam jiwa sebagian masyarakat dunia; dalam kuis-kuis Buzzfeed, kostum Halloween, marathon spesial di TV setiap bulan Desember, hingga menjadi pop kultur yang sangat populer.

Business is business
Pada sisi lain, tak dapat dimungkiri keputusan ini juga memiliki sangkut paut dengan bisnis. J.K. Rowling sendiri merupakan salah satu penulis buku terkaya di dunia saat ini. Dirinya mendapat royalti dari waralaba Harry Potter yang mencakup penjualan buku, film, taman hiburan, hingga merchandise. Namun, kontroversi yang selalu menyelimuti dirinya mengenai pernyataan anti-trans membuat Rowling dikecam habis-habisan hingga dirinya menjadi korban cancel culture. Hal ini tentu membuat banyak orang kecewa dan berhenti menikmati karya-karya Rowling. Bahkan ada juga aksi boikot untuk salah satu IP Harry Potter terbaru, video game Harry Potter Legacy.

Tak hanya itu, nyatanya perusahaan produksi milik Rowling, Brontë Film and TV, tahun ini mengalami penurunan laba sebesar 74%. Perusahaan tersebut didirikan pada tahun 2012 bersama Neil Blair yang juga menjabat sebagai executive producer untuk serial Harry Potter mendatang ini. Ditambah dengan kesuksesan Fantastic Beasts yang bahkan tak setengahnya dari Harry Potter maupun pertunjukan teater Harry Potter and the Cursed Child yang dibatalkan karenapandemi bisa dikatakan penggerak bagi Rowling untuk menghasilkan uang lebih dan menyelamatkan perusahaannya dari kebangkrutan. Mereka tahu betul bahwa Harry Potter merupakan IP yang sangat laris dibanding komponenWizarding World lainnya, maka dari itu hal ini merupakan kesempatan yang tepat.

British writer J.K Rowling poses on the red carpet after arriving to attend the World Premiere of the film J.K Rowling pada premiere film Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore di London/ Foto: AFP via Getty Images/TOLGA AKMEN

Pada dasarnya, manusia tak akan pernah puas. Jika memang argumennya untuk mengobati kecolongan beberapa babak yang tak disorot dalam film, sefaithful-faithfulnya, akan tetap ada faktor lain yang kurang berkenan entah itu ekspektasi yang terlalu tinggi, aksi pemain baru yang tak sebagus cast dalam film, efek visual, segi cerita, atau apapun itu. Selalu ada celah untuk ketidakpuasan.

Mungkin, ada kepuasan tersendiri bagi sang pencipta saat menyulap imajinasinya menjadi nyata. Juga tak sulit bagi penggemar setia Harry Potter untuk tergiur dengan kata "faithful adaptation." Tetapi secara pribadi, kedelapan film Harry Potter sudah lebih dari cukup. Tak ada bagian dalam buku yang porsinya sangat krusial untuk ditampilkan dalam film. Lebih utamanya, deretan pemain yang solid pada kedelapan film dan tak tergantikan dengan formula apapun. Orisinalitas menjadi alasan Harry Potter akan tetap menjadi sebuah warisan yang legendaris dan tak lekang oleh waktu.

[Gambas:Audio CXO]

(HAI/tim)

Author

Hani Indita

NEW RELEASE
CXO SPECIALS