*Artikel ini mengandung spoiler*
Fenomena fatherless bukanlah suatu hal yang asing didengar. Hal ini terjadi akibat beberapa faktor, yang di antaranya adalah perceraian dan wafatnya sang ayah. Seorang anak yang berkembang dan bertumbuh besar tanpa ditemani baik fisik dan mental dari sosok ayah itulah yang mengalami fatherless. Film Panggil Aku Ayah merefleksikan tema tersebut di dalam ceritanya.
Film ini berkisah tentang Intan salah satu tokoh utama di film tersebut menjalani hidup tanpa sosok ayah kandungnya. Sosok ayah yang diberitakan meninggal, namun lambat laun faktanya informasi itu hanyalah dusta belaka. Akibat ditinggal sosok ayah sebagai provider untuk penyambung hidup, Rossa ibu dari Intan terpaksa banting tulang bekerja untuk mencari nafkah.
Sampai dirinya terlilit utang dan tidak mampu membayar, Intan pun diculik oleh dua debt collector, Dedi dan Tatang, dan menjadikan anak itu sebagai jaminan. Kondisi tersebut membuat Rossa pergi mencari nafkah ke luar negeri untuk membayar utang-utangnya, dan terpaksa menitipkan sang buah hati kepada dua orang debt collector tersebut.
Fenomena ini sangat erat dan relate dengan masyarakat kita sekarang. Sosok ayah yang tadinya bertugas untuk mencari nafkah untuk keperluan keluarga kini digantikan oleh ibu atau yang dikenal dengan istilah breadwinner.
Siti Nursanti yang berperan menjadi Ibu Intan, Rossa./ Foto: Visinema |
Review Panggil Aku Ayah
Film Panggil Aku Ayah merupakan film adaptasi dari film Korea Selatan yang berjudul Pawn, yang di-remake oleh Visinema Studios dan CJ-ENM, rumah produksi hiburan dan gaya hidup asal Korea Selatan. Film ini sendiri berlatar tempat di Sukabumi, Jawa Barat, ini dibintangi oleh Ringgo Agus Rahman (Dedi), Boris Bokir (Tatang), Tissa Biani (Intan Dewasa), Myesha Lin (Intan Kecil), Siti Nursanti (Rossa), dan masih banyak lagi.
Sejak scene pertama penonton sudah dibawa untuk bertanya-tanya dan menebak-nebak "apa maksud dari scene ini?", "apa korelasinya dengan scene berikutnya?". Ya, bagaimana tidak, penonton sejak awal disuguhi alur maju, yang menampilkan sosok Intan yang telah dewasa, yang tidak lama kemudian berubah menjadi alur mundur; penonton dibawake masa Intan kecil.
Pertanyaan dan tebakan yang berhasil menghantui penonton pada scene awal tersebut pun harus di-keep sampai mereka menemui korelasinya dalam keseluruhan film tersebut. Panggil Aku Ayah menceritakan fenomena fatherless yang terjadi pada sosok Intan.
Intan kecil sudah ditinggal oleh ayah kandungnya yang entah ke mana. Sosok ibu pun hanya menemani Intan pada masa kanak-kanak, sebelum pada akhirnya ia dititipkan oleh dua debt collector, Dedi dan Tatang, sebagai jaminan utang yang belum dilunaskan.
Myesha Lin (Intan Kecil) dan Ringgo Agus Rahman (Dedi)/ Foto: Visinema |
Seiring berjalannya waktu Dedi dan Tatang hadir sebagai sosok ayah pengganti dari Intan. Kisah mereka dalam merawat dan menjaga Intan patut diapresiasi dua jempol. Meskipun awalnya tidak menerima kehadiran anak kecil yang disebut Pacil tersebut (baca: kepala kecil) dan sering terjadi konfrontasi di antara mereka, tapi kemudian mereka bahu membahu membiayai semua keperluannya, mulai dari sekolah, pakaian, dan hal lainnya.
Jujur saja kisahnya sendiri cukup menguras air mata, dan membuat haru bagi siapa saja yang menonton. Kisah persahabatan yang awalnya saling mencaci maki, tapi lambat laun pada akhirnya menjadi sebuah keluarga kecil yang hangat. Ide cerita filmnya sendiri terbilang segar dan inovatif dalam dunia perfilman; yang kini dipenuhi dengan cerita horor monoton.
Dari segi aktor, pemilihan Ringgo (Dedi) dan Boris Bokir (Tatang) sebagai salah satu tokoh utama dalam film ini merupakan pilihan yang sangat pintar dan tepat. Dengan latar tempat di Sukabumi, Jawa Barat, pemilihan dua aktor yang lahir di tanah sunda, Bandung, mewarnai seluruh isi film tersebut. Bahasa Sunda yang digunakan dalam film ini pun bukan menjadi rintangan bagi mereka. Semua berjalan seperti natural dan apa adanya. Mulai dari emosi, intonasi, bahkan ekspresi.
Lawan main dari Dedi dan Tatang juga tidak kalah bagusnya, Tissa Biani (Intan Dewasa), Myesha Lin (Intan Kecil), Siti Nursanti (Rossa) memainkan perannya dengan sukses. Myesha Lin yang memerankan sosok Intan Kecil pun bermain sengat natural bak aktris senior, padahal usianya baru menginjak 7 tahun.
Boris Bokir (Tatang), Tissa Biani (Intan Dewasa)/ Foto: Visinema |
Selain itu, pakaian yang digunakan oleh setiap aktor sesuai dengan latar waktu yang digunakan, yang mana berada di periode tahun 1999 sampai 2012. Celana gombrong dan baju yang berlapis-lapis menandakan dinginnya suasana Sukabumi saat itu. Semua aksesoris dan properti yang digunakan dalam film tersebut terbilang komplit, mulai dari rumah jadul yang ditinggali, mobil dan motor tua yang digunakan, hingga alat penunjang untuk berkomunikasi di masa itu seperti telepon rumah.
Film dengan alur maju dan mundur ini cocok ditonton untuk semua kalangan. Alur cerita yang dibuat begitu simpel, yang mana tidak membutuhkan konsentrasi ekstra dalam menontonnya. Namun, alur cerita yang simpel bukan berarti membosankan.
Film bergenre drama komedi keluarga ini pintar dalam menaik turunkan emosi penonton. Ada saatnya dimana penonton dapat tertawa terbahak-bahak dan ada saatnya penonton diajak untuk bersedih. Menonton film ini pun rasanya seperti naik wahana roller coaster.
Film yang bergenre drama komedi keluarga ini cocok ditonton baik bersama keluarga atau pun seorang diri. Patut satu yang diingat, meskipun film ini banyak mengandung unsur komedi, namun film Panggil Aku Ayah kental akan suasana emosional yang membangkitkan air mata. So, siapkan tisumu jika ingin menonton sekarang di bioskop-bioskop di kotamu!
Penulis: Fauzi Ibrahim
Siti Nursanti yang berperan menjadi Ibu Intan, Rossa./ Foto: Visinema
Myesha Lin (Intan Kecil) dan Ringgo Agus Rahman (Dedi)/ Foto: Visinema
Boris Bokir (Tatang), Tissa Biani (Intan Dewasa)/ Foto: Visinema