Interest | Art & Culture

Review Killers of The Flower Moon: Darah, Serakah, Sejarah

Kamis, 26 Oct 2023 16:00 WIB
Review Killers of The Flower Moon: Darah, Serakah, Sejarah
Killers of The Flower Moon Foto: IMDb
Jakarta -

Review ini mengandung spoiler.

Sineas teranyar Martin Scorsese kembali merilis sebuah masterpiece melalui Killers of the Flower Moon setelah 4 tahun tak bersua. Film ini diadaptasi dari novel nonfiksi karya David Grann dengan judul yang sama mengenai tragedi pembunuhan suku Osage yang terjadi pada tahun 1920-an.

Dibintangi Leonardo DiCaprio, Killers of the Flower Moon menyorot kisah cinta antara veteran Perang Dunia I, Ernest Burkhart dengan perempuan keturunan asli Osage, Mollie Kyle (Lily Gladstone). Ernest sendiri merupakan keponakan dari William "King" Hale (Robert De Niro), seorang peternak kulit putih kaya raya yang sudah dianggap sebagai sahabat oleh bangsa Osage.

Sukses menikah dengan Mollie, Ernest   atas ajakan pamannya, Hale   bersekutu untuk mendapatkan kekayaan milik Mollie, yakni hak perwalian minyak dan asuransi jiwa dengan melakukan pembunuhan terhadap warga-warga Osage termasuk anggota keluarga Mollie.

Dibalik romansa yang dijalin Ernest dan Mollie, film ini sebenarnya menyelami masa kelam sejarah suku Osage yang sering disebut sebagai "Reign of Terror", di mana terdapat banyak kematian misterius yang menimpa suku Osage. Kasus pembunuhan yang terjadi di Osage juga menjadi kasus pembunuhan besar pertama yang pernah ditangani oleh FBI (dulu bernama Bureau of Investigation).

Kilas balik sejarah suku Osage

.Suku Osage di Killers of The Flowers Moon/ Foto: IMDb

Pada tahun 1906, bangsa Osage secara resmi telah membeli dan menetap di pemukiman wilayah Indian Oklahoma yang merupakan ladang minyak. Hal ini dicapai melalui kesepakatan antara perwakilan Osage dan pemerintah AS yang menyatakan bahwa setiap keturunan asli Osage berhak menerima tanah seluas 657 hektar yang disertai hak atas perwalian mineral suku tersebut.

Dalam artian lain, distribusi dana dari industri minyak suku Osage tidak dapat dijual, tetapi dapat diwarisi oleh ahli waris sah pemiliknya. Loophole ini lah yang menjadi godaan bagi orang kulit putih untuk melaksanakan rencana pemindahan ahli waris dengan menikahi perempuan-perempuan keturunan Osage sebelum membunuh mereka.

Pemukiman bangsa Osage yang kaya akan sumber daya minyak menjadikan suku Osage sebagai kelompok sosial terkaya per kapita di dunia kala itu. Mereka memiliki rumah sebesar mansion dan mempekerjakan sopir kulit putih. Melihat suku Indian yang semakin kaya per tahunnya, entah mengapa pemerintah AS tak tinggal diam.

Dibalut alasan untuk "melindungi" warga Osage, pemerintah AS menerapkan sistem perwalian bagi warga Osage yang membuat mereka harus mendapatkan persetujuan dari wali masing-masing   yang hampir seluruhnya merupakan orang kulit putih   dalam menggunakan uang mereka sendiri. Sistem ini pula yang sering mengakibatkan kerugian bagi warga Osage karena uang mereka yang sering ditahan atau bahkan dicuri oleh para perwakilan pemerintah.

Kekerasan sistematis yang jarang terekam dalam jejak sejarah Amerika

.Cuplikan film Killers the Flowers Moon/ Foto: IMDb

Kekayaan sumber daya minyak wilayah Osage menjadi daya tarik bagi orang luar, termasuk pihak oportunis yang berambisi untuk menguasai lahan-lahan Osage meskipun harus mengotori tangan mereka.

Walau berpusat pada kehidupan rumah tangga Ernest dan Mollie-dimana pernikahan mereka merupakan skema William Hale untuk dapat mewarisi tanah milik Mollie   Killers of the Flower Moon sarat referensi tentang Amerika. Mulai dari rasisme, korupsi, supremasi kulit putih, hingga penjajahan.

Antagonis dalam film ini memang diperankan oleh Robert De Niro seorang, tetapi Killers of the Flower Moon secara langsung mengimplikasikan bahwa peristiwa ini bukanlah sebuah tindakan kriminal yang didemonstrasikan oleh satu pihak saja. Film ini secara ekstrem menunjukkan keserakahan manusia yang membuat mereka melakukan sebuah kejahatan sistematis demi keuntungan pribadi yang tak jauh dari uang. Dan mungkin, William Hale hanya satu dari beberapa oknum yang berhasil ditangkap.

Seperti yang David Grann katakan dalam Majalah Smithsonian: "I thought I was writing a book about this singular evil figure, who had been apprehended by the FBI. Instead I began to realize that this was less a story about who did it and who didn' do it. It was really about a culture of killing and a culture of complicity.. [with] many of these murders carried out by individuals who were profiting from this very corrupt system of targeting the Osage, often marrying into their families and then plotting to kill them to steal their oil money and inheritance."

Memang Killers of the Flower Moon sangat jauh dari kata buruk. Hanya saja, sudut pandang film ini-meski telah dimodifikasi oleh Scorsese   dapat memantik perdebatan. Terlepas sorotan inti cerita yang telah menyempit untuk mengikuti lika-liku kehidupan rumah tangga Ernest dan Mollie, peran Ernest tetap dominan dalam film ini. Malah, Mollie seakan   akan digambarkan sebagai korban yang pasif dan naif, yang secara tak langsung mengindikasikan betapa lugu dan bodohnya warga Osage. Sebab, tragedi yang menyelimuti kehidupan Mollie sangatlah jelas dan targeted.

Selama film berjalan, kita mengikuti gerak gerik Ernest yang selalu ada untuk Mollie bahkan saat dirinya melemah karena penyakit diabetes. Dalam adegan lain, Ernest tetap bertemu pamannya untuk menyampaikan perintah pembunuhan berencana pada "antek-antek" kulit putih yang menempati Osage.

Jika ini memang kepingan sejarah Amerika yang jarang disuarakan, mengapa film ini menempatkan orang kulit putih   yang notabenenya adalah penjahat dalam kisah ini   sebagai pemeran utama?

Lain sisi, karakter seperti Ernest pula yang menunjukkan seberapa mengerikannya manusia jika telah termotivasi dengan uang. Beberapa kali Ernest terlihat takut, tak yakin, juga bersalah atas aksinya, tapi ia terus melakukan kejahatan berencana tersebut meskipun ia telah berkali-kali melihat seberapa terpuruknya Mollie sang belahan hati dalam menghadapi tragedi yang terus menimpanya. It just feels sociopathic for me. He's a confusing character with unclear psychological rationalizations that's not so black and white.

Bukti kepiawaian Martin Scorsese

Bukanlah sebuah informasi baru bahwa Martin Scorsese memang salah satu filmmaker terbaik pada era ini. Dalam film berdurasi hampir 3,5 jam, ia berhasil mengkombinasikan komponen sejarah, domino kejahatan atas dasar ekonomi, dan kisah rumah tangga yang melodramatis. Namun, kita semua tahu, Killers of the Flower Moon juga lebih dari itu.

Killers of the Flower Moon merupakan persembahan untuk sejarah bangsa Osage, sebuah kelompok minoritas yang kurang dikenal dalam sejarah Amerika. Film ini memungkinkan kisah kelompok marginal tersebut dapat diperkenalkan, dan tidak ada sineas yang paling tepat saat ini untuk melakukan hal tersebut selain Scorsese.

Dirinya bahkan mengubah fokus buku Killers of The Flower Moon menjadi sebuah kisah pengkhianatan yang lebih intimate dan kolosal antara Ernest dan Mollie dalam film, yang juga berperan sebagai dosa pertama dari hubungan historis antara orang kulit putih dan penduduk asli Amerika.

Pada akhirnya, inilah fondasi sejarah kolonialisme di Amerika. Di sini pula awal diskriminasi yang telah mengakar ke dalam sistem yang hingga saat ini masih terasa sangat nyata.

[Gambas:Youtube]

[Gambas:Audio CXO]

(HAI/tim)

Author

Hani Indita

NEW RELEASE
CXO SPECIALS