Interest | Art & Culture

The Little Mermaid Gagal di China dan Korea Selatan, Kenapa?

Sabtu, 10 Jun 2023 07:00 WIB
The Little Mermaid Gagal di China dan Korea Selatan, Kenapa?
Foto: Disney
Jakarta -

Film live action untuk The Little Mermaid tak hentinya menerima berbagai pujian secara global. Di Indonesia sendiri, film yang dibintangi oleh Halle Bailey sebagai Ariel ini berhasil memperoleh pendapat kotor sebesar 96 juta USD atau sekitar 1,43 triliun rupiah selama periode premier-nya dari tanggal 26 Mei 2023 hingga 28 Mei 2023. Secara global, film ini pun sudah menghasilkan keuntungan sebesar 326,7 juta USD.

Terlepas dari besarnya keuntungan dan respon positif yang diterima dari berbagai penjuru di dunia, nyatanya film ini gagal untuk menarik perhatian penikmat film di China dan Korea Selatan. Berdasarkan data yang didapatkan dari berbagai sumber, The Little Mermaid hanya berhasil menghasilkan keuntungan sebanyak 3,6 juta USD di China semenjak tanggal rilisnya pada 26 Mei lalu. Bahkan, dalam 5 hari penayangan pertamanya, The Little mermaid hanya berhasil menggarap 2,7 juta USD. Angka ini sangat sedikit apabila dibandingkan dengan Spider-Man: Across the Spider-Verse yang menghasilkan sebesar 20 juta USD pada minggu pertama penayangannya di China.

Sedangkan di Korea Selatan, film yang disutradarai oleh Rob Marshall ini hanya menghasilkan pendapatan sebanyak 4,4 juta USD semenjak hari penayangan perdananya. Menurut Korean Film Council, The Little Mermaid hanya mendapatkan jumlah penonton sebanyak 472.000 orang pada hari penayangannya. Angka tersebut tentunya lebih kecil daripada penonton film Fast X yang sebanyak 643.000 penonton.

Respon dingin masyarakat China dan Korea Selatan karena representasi warna kulit
Kurangnya minat masyarakat Cina dan Korea Selatan atas film The Little Mermaid ini tidak terlepas dari kontribusi oleh kritik rasis yang mempertanyakan alasan mengapa Halle Bailey yang memiliki kulit hitam dapat memerankan peran Ariel yang pada film animasinya memiliki kulit putih. Tidak begitu jauh dengan masyarakat di Korea Selatan, ketidakpuasan mereka terhadap casting The Little Mermaid juga diekspresikan secara eksplisit dengan berbagai post yang dituliskan dengan hashtag #NotMyAriel.

Mereka yang tidak menyetujui Halle Bailey untuk memerankan karakter Ariel beranggapan bahwa film live action ini merusak imajinasi mereka akan sosok putri duyung yang selama ini mereka kenal. Bahkan, terdapat sebuah review yang menuliskan bahwa mereka merasa bingung dengan film ini karena karakter Ariel dikatakan seharusnya memiliki kulit putih. Komentar tersebut hanya salah satu contoh dari berbagai komentar rasis dan diskriminasi terhadap warna kulit Halle Bailey.

Yang membuat hal ini cukup krusial adalah cara mereka mengekspresikan ketidaksetujuannya dengan memberikan rating buruk dan komentar negatif di berbagai platform penilaian, seperti IMDb dan Douban yang merupakan platform khusus untuk memberikan review film di China. pada website Douban tersebut, rating film The Little Mermaid hanya mendapatkan rating 5.1 dari 10. Rendahnya ketertarikan dan rating dari masyarakat China cukup memberikan dampak yang signifikan untuk film ini karena negara China sendiri merupakan pasar terbesar kedua di dunia yang berkontribusi besar pada keseluruhan pendapatan film.

Apakah semuanya karena rasisme?
Meskipun banyak dari mereka yang memberikan berbagai komentar seputar ras dan warna kulit Halle Bailey yang memerankan karakter Ariel di The Little Mermaid, bagaimana bisa Spider-Man: Across the Spider-Verse yang memiliki karakter dengan ras yang sama tetap mendapatkan perhatian dan ketertarikan yang besar dari masyarakat China dan Korea Selatan?

Memang, tidak hanya dari negara China dan Korea Selatan saja yang sempat menunjukkan ketidakpuasannya dengan proses casting film The Little Mermaid karena perbedaan ras yang dimiliki oleh karakter Ariel. Namun, mayoritas dari mereka merasa puas dan memberikan apresiasi tinggi atas film ini karena bentuk representasi yang disuguhkan setelah menyaksikan filmnya secara langsung, meskipun cukup berbeda dari ekspektasi yang dimiliki kebanyakan orang.

Kasus yang menarik juga terjadi ketika peluncuran film live action Mulan, di mana film ini tidak mendapatkan respon serta rating yang bagus dari berbagai negara. Bahkan di pasar China sendiri, film Mulan yang diperankan oleh aktris Liu Yifei juga hanya berhasil mendapatkan revenue sebanyak 40 juta USD di China. Besarnya antusiasme dan ekspektasi masyarakat terhadap film ini dipatahkan karena adaptasi live action yang tidak sesuai dengan film animasi orisinilnya.

Dengan fakta bahwa Spider-Man: Across the Spider-Verse tetap mendapatkan perhatian yang besar walaupun memiliki karakter yang berkulit hitam serta film live action Mulan yang diperankan oleh aktris asal China malah menerima respon yang buruk, hal ini menimbulkan sebuah pertanyaan mengenai faktor apa saja yang bisa menjadi kesuksesan sebuah film.

Dengan banyaknya pendapat dan preferensi penikmat film yang berbeda-beda, setiap individu memang sudah pasti memiliki standarnya masing-masing terhadap sebuah film adaptasi—dan dalam kasus ini, film adaptasi Disney. Berbedanya preferensi penikmat film di berbagai penjuru dunia membuat sebuah kesuksesan film adaptasi memang akan selalu sulit untuk ditebak, terlebih lagi apabila terdapat sebuah perubahan yang cukup signifikan.

(DIP/alm)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS