Saat kecil, kita kerap mendengar kalimat "Ayo 'nak belajar yang giat supaya sukses". Sebuah pernyataan yang biasa dilontarkan orang tua untuk mendukung tumbuh kembang anaknya dalam mengarungi kehidupan. Memang tidak ada yang salah sebab itu ucapan motivasi. Tapi, pernahkah terbayang bila yang diucapkan sebaliknya?
Rasa malas berbanding lurus dengan kata 'tidak sukses', dan yang pasti kehidupan harus dilakukan dengan bekerja keras, pola seperti itu yang tertanam sejak kecil hingga beranjak dewasa. Naik commuter line pukul 6 pagi supaya tidak terlambat absen di kantor, tidak bisa makan enak sebab tanggal tua dan masih banyak lagi kenyataan pahit tentang hidup yang terpaksa harus dipahami.
Kita pun semakin terbiasa untuk bekerja seperti tidak ada hari esok. Semuanya terasa cepat yang sekarang berumur kepala dua atau akhir 20an, dan tidak sengaja mencari hiburan di media sosial yang malah membuat hidupmu terasa biasa saja. Sedangkan yang lain dengan bebasnya pergi ke luar kota, makan di restoran terenak atau bahkan teman yang dahulu terlihat malas, dan kamu pikir punya masa depan yang abu-abu malah punya kehidupan yang ideal.
Dalam serial Squid Game season 3 misalnya, Seong Gi-hun (Pemain 456) selaku main character mengungkapkan line yang mungkin relate untuk menggambarkan ini semua:
"We are not horses, we are humans"
Untuk itu, hidup yang bak kompetisi ini kerap dimaknai sebagai pertarungan yang membuat kita harus terlihat lebih baik, lebih produktif dan berusaha lebih keras daripada yang lain. Sebab, jika membahas yang sebaliknya yaitu tidak produktif, berteman dengan rasa bosan, tentu sering diasosiasikan sebagai ketumpulan mental dan tak memiliki impian atau keinginan.
Di tengah masyarakat yang melihat kebahagiaan dan cara pandang yang positif sebagai bagian dari produktivitas, orang-orang yang merasa bosan dianggap tidak bahagia. Mengutip Psikoanalis Martin Wangh, ia menggambarkan kebosanan sebagai "memasuki dunia fantasi" dan serangkaian penelitian menyebut bahwa mereka yang mengalami kebosanan kurang mendapat rangsangan eksternal dan mudah putus asa dalam situasi yang sulit.
Sungguh anomali untuk kita yang terbiasa cepat mencerna bahwa kebosanan itu merupakan hal yang salah dan harus dihindari sebab menghadirkan kegelisahan, ketidakpuasan, merujuk pada sesuatu yang dilakukan secara monoton, hingga pada akhirnya membuat kita tidak menghasilkan apa-apa.
Ilustrasi bosan/ Foto: Getty Images |
Merasa Bosan Berlebih = Depresi?
Perasaan lumrah yang dialami seseorang ketika lelah dalam menjalani rutinitas yang sama setiap hari, membuat situasi jadi monoton, dan ekspektasi yang tidak menjadi kenyataan. Secara tidak langsung memberikan efek psikologis yang nyata.
Dalam penelitian yang dilakukan University of Guelph dan York University, mereka menemukan sebuah korelasi antara rasa bosan dengan sisi psikologi, sosial, dan juga kesehatan. Mereka menghubungkan kebosanan dengan aktivitas apa saja yang bisa dilakukan untuk memecah kebosanan.
Hasil penelitian tersebut mengungkap, bahwa rasa bosan dapat memicu masalah kontrol impuls yang dapat mengakibatkan seseorang akan melakukan aktivitas secara berlebihan. Misalnya, makan berlebihan, kecanduan alkohol, atau mengonsumsi obat-obatan terlarang. Ditambah lagi, kita jadi sering begadang dan kualitas tidur menurun. Hal-hal tersebut bisa menyebabkan daya tahan tubuh melemah, sehingga kita jadi rentan terkena penyakit.
Mengubah Rasa Bosan Jadi Positif
Rasa bosan bukan sesuatu yang mesti ditolak, karena itu manusiawi. Namun alangkah lebih baik jika semua itu diubah menjadi hal yang lebih positif.
- Pahami bahwa rasa bosan itu wajar
Dalam 24 jam, sebagian besar waktu kamu gunakan untuk bekerja di depan layar laptop, mengetik tiada henti untuk sheets atau bahkan meeting di saat jam makan siangmu. Jika lain waktu tidak ada load kerja yang banyak, tentu waktu luang itu menghadirkan lubang yang tidak biasa, kesibukan yang biasa kamu lakukan terasa hilang begitu saja, yang perlu kamu pahami bahwa hidup memang tidak selamanya seperti naik roller coaster ada kalanya kamu perlu beristirahat dan bosan merupakan hal yang wajar. - Syukuri peran yang dijalani
Pandang rasa bosan itu sebagai sesuatu yang bisa kita syukuri, rehat sejenak dan menatap hal baru di depan sana sebagai kesempatan yang akan membuat hidupmu lebih baik. Tidak melulu menyoal kurang berusaha, namun mengambil peran sesuai kadar yang kamu terima, dan yang paling penting jangan pernah berputus asa. - Punya ruang untuk menjadi kreatif
Saat tidak memiliki waktu luang, kamu cenderung melakukan pekerjaan demi pekerjaan dengan runut. Kembali lagi pada esok hari dengan kesibukan yang sama atau bahkan lebih, namun pernah tidak kamu berpikir bahwa kebosanan bisa membuatmu melahirkan hal baru? Jika tidak, yang perlu kamu lakukan adalah menjadi kreatif.
Untukmu yang sekarang membaca tulisan ini dan merasakan keresahan yang sama, saatnya beranjak dari pemikiran bahwa yang kamu lakukan sekarang itu tidak berarti apa-apa, atau jika kamu merasa jenuh saat melakukan hal yang berulang, ini kesempatan emas untuk menyegarkan pikiran dan melahirkan sesuatu yang kreatif.
Penulis: Muhammad Ridho Fachrezi
*Segala pandangan dan opini yang disampaikan dalam tulisan ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis dan tidak mencerminkan pandangan resmi institusi atau pihak media online.*
(ktr/DIR)
Ilustrasi bosan/ Foto: Getty Images