Interest | Wellness

Tren Sosial Terbaru: Fitness Club, Apakah Selalu Positif untuk Kita?

Selasa, 24 Jun 2025 17:35 WIB
Tren Sosial Terbaru: Fitness Club, Apakah Selalu Positif untuk Kita?
Ilustrasi tempat gym. Foto: Unsplash
Jakarta -

Katanya sih ikut dengan tujuan ingin mulai hidup sehat. Namun apa daya dengan kartu membership gym yang tidak terpakai, bayar fun run marathon tapi hanya mengambil goodie bag, pakaian-pakaian pillates lucu yang berdebu di lemari, dan penyewaan joki Strava. Kok bisa jadi seperti ini ya?

Pada beberapa tahun post-pandemic ini, banyak tren yang terus berubah terutama pada lifestyle anak-anak muda. Kesehatan bukan hanya menjadi keharusan yang dijaga setelah pandemi, tetapi berkembang menjadi tren sosial yang terus berkembang sampai saat ini. Dimulai saat era pandemi, tumbuh kesadaran yang tinggi untuk menjaga kesehatan diri kita agar tidak terserang Covid-19.

Olahraga tak lagi sekadar gerak yang sehat, tetapi berubah menjadi lifestyle yang bisa dipamerkan di media sosial. Foto-foto di club malam atau foto minuman-minuman beralkohol, kini berganti update status di kaca tempat gym, video pendek sedang berlari pagi, lengkap jus buah yang segar.

Harus diakui, bahwa tren tersebut baik untuk diikuti. Hal-hal tersebut melatih kita untuk mencari kesenangan dengan cara yang sehat. Seiring berjalannya waktu    terutama di post-pandemic ini    orang-orang pun mulai mencari cara untuk tetap berolahraga tapi menyenangkan. Dengan diakhirinya pandemi, orang-orang pun mulai mencari kegiatan di luar rumah.

Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya membership gym, pillates, yoga, dan yang lainnya. Antrian panjang sudah tidak hanya di club malam saja nih, sekarang sudah banyak pula antrian fitness club, dan bukan hanya anak-anak muda yang mengantri, melainkan sampai pada generasi Milenial lho.

Lebih dari Keringat: Olahraga Jadi Medium Koneksi Sosial

Ramainya membership fitness club itu jugalah yang memulai tren baru, salah satunya dengan keberadaan social wellness club. Bukan hanya kesehatan tubuh yang diperhatikan, melainkan kesehatan mental juga. Ada juga fitness club yang memberikan kesan playground bagi para member-nya dengan mengembangkan fasilitas-fasilitasnya seperti pillates studio, lapangan olahraga, steam sauna, sampai onsen (pemandian air panas).

Kemajuan yang sangat pesat ya dalam beberapa tahun ini! Hal ini menjadi pertanda bahwa berolahraga sudah menjadi lifestyle yang menyatu dengan anak-anak muda. Maju sedikit dalam beberapa tahun terakhir ini, olahraga pun semakin berkembang, bukan hanya menjadi lifestyle saja, tetapi sudah menjadi sarana untuk bersosialisasi dan membangun komunitas sehat.

Dapat kita lihat dari meningkatnya kegiatan maraton, yoga, dan olahraga lainnya yang diadakan secara besar-besaran. Media sosial pun penuh dengan kegiatan-kegiatan tersebut, yang menimbulkan rasa FOMO (Fear Of Missing Out) bagi anak-anak muda. Ditambah dengan banyak artis-artis dan influencer yang menjadikan hal tersebut sebagai kegiatan sehari-hari.

Kegiatan-kegiatan tersebut tidak menjadi hal yang negatif meskipun jika diikuti dengan rasa takut ketinggalan tren. Jika kita mengikuti kegiatan tersebut, kita pun tetap terlatih secara fisik dan kita pun bersosialisasi dengan banyak orang, memberi tambahan koneksi secara langsung untuk kita pribadi. Seperti sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui bukan?

Memang betul, kegiatan tersebut positif untuk dilakukan jika kita masih punya batasan terhadap apa yang ingin kita capai. Hidup sehat tentu merupakan tujuan semua orang, tapi untuk mencapai hal tersebut kita tidak bisa mengikuti kegiatan orang sama persis.

Membership Fitness Club, Untung atau Buntung?

Banyak sikap impulsif yang menimbulkan kerugian bagi kita, karena kita hanya melihat dari sudut pandang orang lain. Kalau ingin sehat berarti harus daftar gym dan latih otot, atau ikut pillates di studio A, bisa juga ikut tiap acara maraton. Hal-hal tersebut membuat banyak dari kita yang hanya mengikuti tren hidup sehat, bukan hidup sehat yang sesungguhnya.

Jika dibandingkan, dengan tren yang pergi ke club malam, budget tren hidup sehat bisa seperti ini. Kisaran tiket masuk ke club malam biasa di kota-kota besar berkisar Rp150.000-Rp300.000. Tentu saja ketika masuk ke club tak hanya untuk mengobrol sebentar bukan? Untuk minum-minum bersama teman pun dapat kita lihat kisaran alkohol import di Rp750.000-Rp3.000.000 satu botolnya.

Sementara di sisi lain, fitness club yang menjadi tren hidup sehat ini justru menawarkan dampak positif dengan kisaran Rp200.000-Rp500.000 untuk membership satu bulannya. Ada pula yang menawarkan fitur tambahan seperti kolam renang, kelas pillates, dan yang lainnya di kisaran Rp1.000.000-Rp2.500.000.

Hal tersebut pun menjadi dasar perpindahan tren hidup sehat ini. Tidak aneh ya banyak anak-anak muda yang lebih rela membayar membership fitness club mahal-mahal demi kesehatan dan hiburannya.

Tren club malam, minuman beralkohol, rokok elektrik, tentu dapat kita hindari dengan mudah untuk kesehatan tubuh. Tetapi di tengah gempuran tren hidup sehat ini? Sangat sulit untuk tidak tergoda membayar membership salah satu studio di dekat rumah atau menolak ajakan teman untuk event marathon yang diadakan brand ternama, bukan?

Kembali lagi ke diri kita masing-masing, kita harus melihat kembali apa tujuan kita dan apa tanggungjawab yang dapat kita ambil. Saya pun mewawancarai dua orang anak muda di Kota Bandung ini yang merupakan penggiat fitness club. Adi (26) bercerita bahwa dia sudah rutin datang ke gym karena memiliki membership di pusat kebugaran kecil di dalam komplek rumahnya. Dampaknya pun cukup terasa.

"Saya lebih fit, badan lebih bugar dan tentunya badan saya pun lebih bagus ya. Perlu konsisten memang, saya pun terus menerus pindah tempat gym sampai akhirnya merasa nyaman di satu tempat. Hal tersebut membuat saya lebih bisa untuk konsisten hidup sehat," ujarnya,

Sementara Felis (26) mengatakan, walau sudah memiliki membership gym di sekitaran kediamannya, namun karena ada pekerjaan, dia terpaksa tidak datang lagi. Padahal dengan biaya yang cukup mahal, Felis pun mengaku menyesal.

"Saya merasa menyesal sih karena tidak bisa konsisten dan menghamburkan beberapa bulan membership, tapi tetap saya pun berusaha untuk hidup sehat dengan lari pagi di kompleks atau olahraga ringan di rumah," ungkap Felis.

Melihat dari anak-anak muda ini, tren fitness club ini sebenarnya cukup baik karena mengajarkan kita untuk memulai hidup sehat dengan berbagai fitur dan alat-alat modern untuk menambah semangat olahraga.

Namun untuk memulai hidup sehat, tidak harus mahal sebenarnya. Kita bisa mulai berolahraga sederhana seperti berjalan kaki di dekat rumah atau sekadar berolahraga dengan alat-alat di rumah. Hidup sehat bukan perihal kartu membership gym yang pada akhirnya berkutat dalam dompet saja, namun hidup sehat tentang mindset dan kesadaran akan kondisi tubuh sendiri.

Jadi, apakah kalian sudah tahu jalan apa yang akan kalian tempuh untuk hidup sehat?

Penulis: Anastasia Nadila

*Segala pandangan dan opini yang disampaikan dalam tulisan ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis dan tidak mencerminkan pandangan resmi institusi atau pihak media online.*

(ktr/DIR)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS